Diam-diam Singto menatap ke arah kekasihnya yang kini tengah memasang wajah kesalnya, sebenarnya Singto tidak heran akan hal itu, sebab dari keseluruhan waktu yang Krist lakukan hanyalah kesal pada orang lain, itu hal biasa bukan hal baru untuk Singto, lihatlah wajahnya yang di tekuk sembari mempoutkan bibirnya, seperti seorang anak kecil yang tengah marah akan sesuatu hal, bukankah Krist telihat menggemaskan.
"Kenapa kau menatapku? Mau aku colok matamu."
Mendengar hal itu Singto langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, tidak ingin Krist memarahinya, beberapa hari ini Singto harus tidur di sofa karena berhasil membuat Krist marah padanya, tetapi saat singto ingin pergi Krist langsung menghampirinya dan mengeluarkan wajah memelasnya, hingga akhirnya Singto terus menemaninya.
Walaupun Singto tidak tahu sampai kapan ini akan berakhir, semakin lama entah kenapa mood Krist semakin mengkhawatirkan saja, padahal usia kandungannya sekarang sudah memasuki usia 7 bulan lebih, tetapi tingkah Krist bahkan semakin parah saja dari dulu.
Tiba-tiba saja Singto merasakan jika Krist memeluk lengan kirinya dengan erat, sambil menatap ke arah sekelilingnya dengan pandangan yang menyiratkan jika Singto itu adalah miliknya, hal itu membuat Singto mencubit pipi Krist dengan gemas.
Keduanya kini ada di sebuah pusat perbelanjaan, harusnya Gun yang pergi, dan Krist menunggu di rumah, hanya saja Krist bersikeras agar bisa pergi sendirian, dan ketika Krist sudah meminta sesuatu hal, itu tidak akan pernah bisa di tolak oleh siapapun lagi.
"Sayang, kenapa?"
"Wanita-wanita itu menatapmu, aku tidak suka."
Singto hanya tersenyum kecil, lalu mengusap lembut lengan Krist, mencoba menenangkan Krist, Singto tahu jika kini Krist tengah merasa kesal.
"Biarkan saja, yang terpenting aku tidak balas menatap mereka."
"Bagaimana jika ada seseorang yang kau sukai di antara mereka, lalu kau meninggalkanku."
"Itu tidak akan pernah terjadi. Mereka tidak sedikitpun terlihat menarik untukku."
"Benarkah?"
"Iya. Sudah jangan bersikap seperti ini. Jika kau sedih nanti mereka berdua juga sedih."
Krist langsung tersenyum ke arah Singto, "Aku tidak akan sedih lagi."
Singto sedikit menundukan kepalanya, lalu mengecup bibir Krist singkat. Hingga membuat wajah Krist bersemu merah karena malu, Singto menciumnya di tempat umum.
"Jangan seperti itu."
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa."
Tangan Singto menarik Krist untuk semakin mendekatinya hingga keduanya berjalan menelusuri pusat perbelanjaan itu untuk mencari apa yang Krist mau.
.
.
Siang harinya Krist hanya mengaduk-aduk minuman yang di pesannya tanpa ada niatan sedikitpun untuk meminumnya, pria manis itu menatap ke arah Singto yang tengah makan dengan mendengus kesal, dasar pria tidak peka.
Sedangkan Singto yang merasakan tidak ada pergerakan apapun dari Krist langsung menatap ke arah kekasihnya yang kini menatapnya dengan cemberut itu, sepertinya Singto melakukan sebuah kesalahan yang sebenarnya tidak ada lagi.
"Ada apa, sayang? Kenapa tidak makan? Makanannya tidak enak? Kau mau makan yang lain?"
"Tidak, aku sedang malas makan."
"Tadi kau bersemangat untuk mengajakku makan kesini, kau bilang kau lapar."
"Itulah tadi, sekarang beda lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[16]. IF [ Love Now ] { Krist x Singto }
Fanfic[ Completed ] Di saat sebuah hubungan rumah tangga yang sudah terjalin lama, tiba-tiba di dalamnya hadir orang orang ketiga apakah yang harus Singto lakukan tetap mempertahankan rumah tangganya atau justru berpaling pada orang lain yang membutuhkann...