9

4.7K 439 120
                                    

Pria manis itu tidak memperdulikan tatapan banyaknya orang kepadanya, Krist terus melangkahkan kakinya menuju ruangan Singto, saat pria manis itu semakin mendekati ruangan Singto, bertepatan dengan seorang pria paruh baya yang keluar dari ruangan Singto.

Krist menatap pria itu dengan pandangan tidak suka, dan sedikit menundukan kepalanya, melewati pria paruh baya itu begitu saja, lalu langsung memasuki ruangan Singto. Tidak memperdulikan pria paruh baya yang kini menghentikan langkah kakinya untuk menatap ke arah Krist.

"Sial, kenapa pria tua itu ada di sini." Gerutu Krist, sambil melangkahkan kakinya mendekati Singto.

"Akhirnya kau datang juga."

"Aku terjebak di dalam kemacetan tadi." Krist mengarahkan map yang di pegangnya ke arah Singto, "ini."

"Terima kasih."

"P'Sing…."

"Mmm, ada apa?"

"Bisakah aku bertanya sesuatu?"

"Siapa pria yang baru saja keluar dari sini?"

Sebenarnya bukan itu yang ingin Krist tanyakan, hanya saja Krist tidak bisa terlihat jelas sekarang. Krist akan mengorek informasi hanya saja harus perlahan-lahan.

"Ayah Baitoei. Kenapa apa ayah berbuat sesuatu?"

"Tidak, hanya saja pria itu menatapku dengan aneh."

Mendengar hal itu, Singto langsung bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan menghampiri Krist, "Tapi kau tidak apa-apakan?"

"Tidak. Memang aku kenapa?"

Singto hanya diam. Membuat Krist menepuk pundak Singto, "Apa tejadi sesuatu?"

"Tidak ada."

"Dia kesini, pasti karena akukan? Menyuruhmu untuk menjauhiku?"

"Iya, tapi tidak perlu di pikirkan."

"Baiklah."

Krist menatap ke arah jendela kaca yang berada di ruangan Singto. Pasti saat ini ayah dan anak itu bertemu, dan menyusun rencana untuk menyingkirkannya, Krist sudah tahu itu, karena dia tidak bodoh.

Baitoei pasti mengadu pada ayahnya, tentang hubungannya dan juga Singto yang berjalan tidak baik, sejak Krist masuk kedalam kehidupan mereka, padahal dari awal hubungan keduanya juga tidak ada baiknya.

Memangnya bisa dengan mudah menyingkirkannya begitu saja. Tidak akan bisa, kali ini Krist tidak bisa di singkirkan oleh siapapun. Krist harus mendapatkan apa yang pantas dia dapatkan.

"Kenapa melamun?"

"Tidak apa-apa."

Tangan Singto mengusap-usap pipi Krist dengan lembut, "benarkah? Mau makan siang bersama?"

"Boleh, tapi…,"

"Tapi apa?"

"Semua orang memandangku dengan aneh di sini. Apa ada yang salah denganku?"

Singto menggelengkan kepalanya, "Jangan pikirkan apa yang orang lakukan."

Krist menganggukan kepala, lalu memeluk Singto. Meskipun mereka baru tidak bertemu beberapa jam, tetapi Krist sudah merindukan yang berada di dalam pelukannya ini.

Anggap saja Krist sudah terbiasa dengan Singto, karena pria itu yang berada di dekatnya beberapa waktu ini. Tidak ada yang lainnya lagi. Setiap hari yang Krist temui hanya pria itu, mereka selalu bersama di dunia mereka sendiri. Tanpa adanya orang lain yang masuk ke dalam sana, termasuk istri pria itu.

[16]. IF [ Love Now ] { Krist x Singto }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang