Masih pukul 07.00 malam namun Raya sudah tertidur pulas di ranjang.
Sehun masuk dan langsung memberi isyarat pada Laura dengan telunjuknya agar tidak memberitahu Tzuyu tentang kedatangannya. Laura meneruskan pekerjaannya, yaitu membereskan mainan Raya ke dalam lemari. Sekolahnya dari London, Sehun membawa banyak mainan untuk Raya.
Tzuyu mengusap rambut Raya dengan penuh kasih, perlahan dinaikkan nya selimut hingga menutupi leher Raya. Matanya terpejam ketika mengecup kening Raya, untuk beberapa saat Tzuyu terus memandangi wajah Raya yang polos.
Sehun mencoba mengingat kapan terakhir kalinya dia melihat adegan seperti ini. Mungkin ketika umurnya 7 tahun 8 tahun, ketika dia masih tinggal dengan ibunya di Jakarta. Ayahnya berusaha untuk melakukan hal seperti yang biasa ibunya lakukan namun bagi Sehun rasanya tetaplah berbeda. Ada yang hilang dalam hidupnya.
"Dia terlihat seperti malaikat."
Tzuyu menoleh ke belakang dan terkejut oleh sorot mata Sehun yang melembut saat memandangi Raya. Tzuyu heran, sejak kapan dia tidak terenyak karena kemunculan Sehun yang tiba-tiba. Mungkin karena Sehun sudah terlalu sering mengejutkan, pikir Tzuyu masam.
"Dia sudah pergi?" Tzuyu melangkah menjauh ranjang dan duduk di kursi di sisi jendela. Gelapnya malam yang diselingi oleh lampu-lampu kecil di halaman Royal Palace menciptakan keindahan tersendiri. Tzuyu membayangkan akan seperti apa rupanya jika sedang tertutup salju.
"Siapa?" Tanya Sehun lalu ikut duduk di kursi satunya lagi.
"Pria tua itu."
"Pria tua yang kau maksud itu adalah Raja Yesung, Kepala Negara Dorman. Sekutu terdekat Freyster sekaligus teman terbaik ayahku."
Tiba-tiba Tzuyu menjadi tidak enak karena tadi sudah bersikap kurang sopan. Lalu itu salah siapa? Sehun tidak memperkenalkan nya...
"Maaf. Aku tidak tahu, dia terlihat..." Tzuyu tidak meneruskan ucapannya.
"Seperti orang biasa?" Sehun tersenyum ketika menatap wajah Tzuyu yang salah tingkah. "Dia jarang berpakaian resmi dan lebih suka muncul tiba-tiba seperti tamu tak diundang."
"Apa menurutmu sebaiknya mulai sekarang aku memanggilmu Yang Mulia?"
"Untuk apa? Itu tidak akan membuat perbedaan bagi kita. Kau tetap Tzuyu dan aku tetap Sehun." Mata Sehun berkelana kegelapan malam di luar jendela, kalau bisa memilih, dia lebih suka menjadi Sehun ketimbang Raja Sehun. Kehidupannya jauh lebih baik saat menjadi orang biasa di Jakarta. Sehun meraih tangan Tzuyu.
"Ikutlah denganku."Tzuyu tersentak dan menarik tangannya secepat kilat. Dalam waktu sepersekian detik dia menyesali tindakannya, apalagi saat melihat mata Sehun yang menyipit curiga. "Ke mana?"
"Kamu masih takut padaku?" Tanya Sehun dengan wajah terluka.
"Kalau tidak terlalu penting sebaiknya besok pagi saja, ini sudah malam." Tzuyu mencoba mengalikan pertanyaan Sehun. Jika Sehun berharap untuk mendapatkan cerita bagus dari Tzuyu maka sebaiknya dia bersiap untuk menggigiti jarinya sampai habis karena Tzuyu bersumpah tidak akan ada lagi cerita yang keluar dari bibirnya.
Sehun mengerti kalau Tzuyu tidak mau membahas nya, jadi dia memilih untuk tetap fokus pada tujuannya semula. "Kau tidak akan menyesal. Percayalah padaku," ujar Sehun ketika berdiri dan mengulurkan tangannya pada Tzuyu.
Tzuyu memandangi tangan Sehun dan manghela napas, dia tidak akan melakukan kontak fisik dengan pria manapun. Titik.
"Baiklah." Tzuyu berdiri dan memandangi Sehun yang mulai melangkah. "Kenapa Raja Yesung terlihat kesal padamu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/154590747-288-k996192.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata di Hatiku : ctz - osh
Fanfictionapa pun yang terjadi, cinta layak untuk diperjuangkan.