Warning typo bertebaran.
"Haruskah aku pergi ke sana?" Tzuyu terlihat gelisah, berkali-kali dia menggumamkan hal yang sama saat duduk di meja bulat besar yang terletak di tengah-tengah dapur.
Dan kepala kopi pun akan menjawab dengan tatapan bingung yang tertuju pada Tzuyu. Dia tidak mengerti.
Tzuyu menyuap potongan-potongan buah berry yang dicampur dengan sirup vanilla ke mulutnya. Dia senang dengan dapur karena setiap kali dia datang maka kepala kopi akan membuatkan makanan atau minuman khusus untuk nya. Bahkan kepala kopi juga sering mengirimkan kue-kue kecil dalam toples untuk Raya. Sore ini pun tampaknya Tzuyu akan membawa toples kue manis lagi karena kepala koki itu mondar-mandir di depan oven untuk memanggang kue.
Seharian ini Tzuyu tidak bertemu dengan Sehun, dan dia sangat bersyukur. Tapi kelegaannya tidak bertahan lama karena sekarang Raya tengah bersama Sehun di ruang pertunjukan. Mereka menonton pertunjukan boneka yang sengaja dipanggil oleh Sehun, bayangkan!
Dengan kesal Tzuyu memasukkan potongan stroberi dan blueberry sekaligus kedalam mulutnya.
Tzuyu mengangkat bahunnya dan keluar dari dapur masih dengan perasaan yang tak menentu. Apa yang harus dia lakukan jika bertemu Sehun?
Akhir-akhir ini Tzuyu sering merasa cemas setiap bertemu Sehun, pria itu memiliki tatapan mata yang tajam yang mampu menembus kepala Tzuyu dan mengetahui isinya tanpa terlewat sedikitpun.
Seharusnya aku tidak mengikutinya ke sini, keluh Tzuyu dalam hatinya. Seharusnya dulu dia membawa Sehun ke rumah sakit dan tidak perlu terlibat dengan masalah yang rumit seperti ini.
"Mamaaa..." Raya berlari dan memeluk Tzuyu begitu Tzuyu masuk ke dalam kamar.
"Sudah selesai menontonnya?" Tanya Tzuyu sambil menggendong Raya. "Mama punya kue, mau?"
Raya mengangguk senang dan melingkarkan lengannya di leher Tzuyu. Kehangatan pelukan Raya mengusir semua kegelisahan Tzuyu, selalu seperti itu. Tzuyu membawa Raya untuk duduk di sofa dan dia segera membuka toples tersebut. Raya memasukkan tangannya ke dalam toples dan mengambil kue, sebentar kemudian dia bertepuk tangan sambil tersenyum.
"Miss Tzuyu," suara Laura terdengar ragu ketika memanggil Tzuyu. "Anda harus melihat ini."
Tzuyu menoleh pada Laura yang menunjuk tumpukan kotak di atas ranjang. "Apa itu?"
"Anda harus melihatnya sendiri. Dari Yang Mulia Sehun."
Tzuyu mendekati ranjang yang dipenuhi kotak-kotak pipih berbagai warna dan mencoba menerka kali ini apa yang dilakukan Sehun?
"Astaga!" Pekik Tzuyu saat membuka kotak pertama yang isinya adalah satu set perhiasan dengan permata berwarna hijau. "Apa ini?!"
"Itu Emerald," jawab Laura.
"Dia sudah kehilangan akal sehatnya," gerutu Tzuyu sambil menutup kembali kotak itu. Tzuyu menggeleng-gelengkan kepala menatap tumpukan kotak lainnya. "Bisakah kau menolongku, Laura?"
"Tentu saja."
"Tolong bawakan ini semua pada Sehun, aku tidak mau barang-barang ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata di Hatiku : ctz - osh
Fiksi Penggemarapa pun yang terjadi, cinta layak untuk diperjuangkan.