Raya tertawa lebar ketika bermain sepeda bersama Laura. Balita itu tidak merasa lelah karena dia terus tertidur di pesawat. Tzuyu memberi instruksi pada beberapa pelayan yang sedang memindahkan barang-barangnya dari kamarnya ke kamar Sehun.
Mulai sekarang dia akan tidur bersama Sehun. Sebenarnya Tzuyu tidak ada masalah di mana dia tidur. Bersama Raya atau Sehun, sama saja, tapi Sehun berkeras bahwa dia harus tidur di kamar Sehun dan Laura akan tidur di kamar Raya.
Sore hari mereka baru tiba di Royal Palace dan Sehun langsung sibuk di ruang kerjanya. Tzuyu menemani Raya bermain bersama dengan Laura, sebenarnya dia merasa lelah namun dia akan menunggu Sehun untuk menandatangani dokumen pernikahan itu.
Tzuyu baru saja akan mandi ketika seorang staf Sehun memintanya datang ke ruang kerja untuk menandatangani surat-surat penting. Tzuyu langsung berjalan cepat ke sana, itu pasti dokumen pernikahan dan surat perjanjian pra nikah.
Dua orang staf Sehun membantu mereka menunjukkan bagian mana yang harus ditandatangani. Tzuyu merasa sangat puas dengan isi surat perjanjian pra nikah, mereka membuatnya dengan sangat tepat. Sehun tidak banyak bicara, sepertinya dia cukup sibuk. Dia menandatangani surat-surat itu sambil menelepon beberapa orang.
"Kurasa sebaiknya aku pergi sekarang," ujar Tzuyu setelah Sehun menutup teleponnya, "kau terlihat sangat sibuk."
"Tunggu," sergah Sehun dan menggenggam kedua tangan Tzuyu dengan erat. "Ada yang harus kuberikan untukmu."
Tzuyu menatap Sehun yang membuka laci besar di lemari sudut dan mengeluarkan kotak berukir yang sangat bagus. Oh tidak! Pikir Tzuyu, jangan perhiasan lagi. Tzuyu sudah tidak punya tempat lagi untuk menyimpannya.
"Apa ini?" Tanya Tzuyu bingung saat Sehun menyodorkan sebuah mahkota padanya.
Sehun tersenyum. "Ini tiara ratu. Untuk istriku yang tercantik seluruh dunia."
"Oh... Sehun... kau tidak perlu..." Tzuyu terlihat gugup saat Sehun memasangkan mahkota itu di kepalanya.
"Tentu saja perlu, setiap ratu harus memiliki tiaranya sendiri," ujar Sehun dengan bangga melihat tiara Wisdom itu tersemat di kepala istrinya.
Tzuyu menatap Sehun dengan wajah yang merona. "Terima kasih."
"Istirahatlah, setelah pekerjaanku selesai aku akan menyusulmu."
Sehun mencium Tzuyu sebelum Tzuyu keluar dari ruang kerja Sehun. Sekian lama berada di Jakarta ternyata banyak pekerjaan yang menumpuk. Tzuyu merasa kasihan karena dia tahu kalau Sehun belum beristirahat sedikit pun setelah turun dari pesawat jet pribadinya.
Pemandangan dari jendela kamar pribadi Sehun tidak kalah hebat dengan pemandangan dari ruang kerja Sehun. Meskipun malam hari, Tzuyu masih bisa melihatnya berkat bantuan lampu-lampu sorot yang terang.
"Hai, sunshine. Maaf aku sibuk, kau lelah?" Sehun datang tiba-tiba tanpa disadari oleh Tzuyu yang masih berdiri di sisi jendela. Pria itu langsung memeluk Tzuyu dan mengecup puncak kepalanya.
"Sedikit," jawab Tzuyu dan tersenyum. Tzuyu tidak mungkin salah mengenali Sehun meskipun dengan mata tertutup. Pria ini mengeluarkan aroma yang sangat disukai Tzuyu.
Pintu diketuk dan Sehun mempersilahkan masuk. Tzuyu menatap Sehun. "Kau masih bekerja meskipun sudah malam?"
"Dia pegawai Jasper, datang untuk mengambil beberapa permata langka yang akan dibuat menjadi perhiasan sesuai pesanan seorang bangsawan. Aku akan menemuinya dulu di ruang duduk," ujar Sehun dan melepaskan pelukannya. Sehun menghilang di balik pintu penghubung.
Kasihan Sehun, pikir Tzuyu. Dia bekerja terlalu keras.
Sepuluh menit kemudian Sehun sudah masuk lagi ke kamar pribadinya, dia celingukan mencari Tzuyu. Dia mendekatkan telinganya ke pintu kamar mandi, hening.
"Tzuyu!" Panggil Sehun di depan pintu kamar mandi.
"Tunggu sebentar, aku segera keluar," teriak Tzuyu dari dalam kamar mandi.
"Kau akan kedinginan kalau terlalu lama di kamar mandi," ujar Sehun dan mulai membuka kancing manset di kemejanya. Kemudian dia duduk di kursi dan membuka PC tablet, dia masih harus membalas e-mail dari salah satu kliennya.
Kepala Tzuyu menyembul dari balik pintu kamar mandi. "Hei... aku punya kejutan untukmu..."
Sehun memandang Tzuyu dan berpikir apa yang dimasak wanita itu di kamar mandi? Kemudian dia tertawa. "Oke... kali ini apa yang harus kulakukan?"
"Tutup matamu."
Sehun pun menutup matanya dengan geli, Tzuyu tidak akan membuatnya terkejut. Memangnya apa yang bisa dilakukan istrinya yang polos itu?
"Apa sekarang aku sudah bisa membuka mataku?"
Perlahan Tzuyu merasakan wajahnya memanas saat dia berdiri di depan Sehun. "Ya."
PC tablet yang ada di tangan Sehun jauh bergemeletak ke lantai marmer. Di wajah Sehun ada campuran ekspresi terkejut yang amat sangat dan kekaguman yang terdalam. Pria itu membeku di kursinya, tidak mampu mengucapkan kata-kata.
Tzuyu yang sudah merasa sangat malu kini menjadi semakin malu, rona merah di wajahnya merambat hingga ke telinganya. Seharusnya dia tidak melakukan hal seperti ini.
Mata Sehun menelusuri Tzuyu dari ujung kepala hingga ujung kaki wanita itu. Astaga! Sehun tidak pernah menduga kalau Tzuyu bisa melakukan hal seperti ini. Wanita itu berdiri di hadapannya dengan mengenakan gaun tidur berwarna krem yang sangat minim dan transparan. Begitu transparannya hingga Sehun bisa melihat kalau Tzuyu tidak mengenakan apapun dibalik gaun itu🌚.
"Aku pasti sudah mati dan sekarang sedang berada di surga," gumam Sehun masih tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Senyum malu Tzuyu menghiasi wajahnya yang merona, dia sudah kepalang tanggung. "Sehun! Kau masih hidup. Yang berdiri di hadapanmu ini adalah istrimu sendiri."
Sehun berkedip berkali-kali sebelum berdiri dan mengusap pipi Tzuyu. "Cantik..." Gumamnya pelan, "dari mana kau mendapatkan baju seperti ini?"
"Ini hadiah pernikahan dari Laura. Apa ini terlihat terlalu vulgar?"
"Aku menyukainya, kau harus membeli lebih banyak lagi yang seperti ini," komentar Sehun.
"Aku malu..." Tzuyu menggigit bibirnya, pakaian seperti ini membuatnya merasa telanjang.
"Dan mana hadiah pernikahan untukku?" Goda Sehun saat mulai menelusuri leher Tzuyu dengan bibirnya.
"Aku," jawab Tzuyu masih dengan wajah yang merona.
"Kau tidak takut lagi padaku?" Sehun menjauhkan wajahnya dari tubuh Tzuyu untuk melihat wajah Tzuyu.
Tzuyu menggeleng. "Tidak. Aku mencintaimu, Sehun." Meskipun Tzuyu tidak merasa yakin apakah dia mampu mendampingi Sehun, namun dia akan mencobanya, dan terus mencoba hingga dia mampu.
Sehun mendekap Tzuyu dengan rasa lega yang sangat besar, dia bisa hidup bersama wanita yang dicintainya. "Dan aku mencintaimu dengan seluruh hidupku."
***FIN***
Fix ini udah tamat ya.
Makasih banget yang udah mau baca FF ini dari awal cerita sampe akhir cerita ini, dan juga yang udah suka cita memberi vomment buat cerita ini makasih banyak. Aku cinta kalian❤️Maaf banget kalo endingnya tidak seperti ekspektasi kalian😂 dan maaf banget kalo endingnya tidak ada nganu🌚 wkwkwk pikiran gw ya ampun🙄 gw cuma gak mau meracuni otak" para reders qu wkwkwk
Udah kgk usah banyak bac*t sekian thank u😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata di Hatiku : ctz - osh
Fanfictionapa pun yang terjadi, cinta layak untuk diperjuangkan.