21.

963 110 252
                                        

Kehidupan Tzuyu kembali normal, itulah hal yang paling disyukurinya. Dua hari setelah beristirahat, Tzuyu kembali mengajar privat. Tidak ada yang berbeda, kecuali sekarang dia memiliki uang yang banyak, sangat banyak.

Sempat terpikir oleh Tzuyu untuk mengembalikan uang itu ke Sehun, namun urung dilakukan. Pertama, dia tidak tahu bagaimana mengembalikannya. Kedua, dia orangtua tunggal yang pasti membutuhkan banyak uang untuk biaya pendidikan Raya kelak. Ketiga, Tzuyu merasa dia pantas menerimanya, dia menganggap uang itu sebagai bayaran atas jasanya merawat luka-luka Sehun dulu.

Tzuyu ingin sekali membeli rumah yang layak untuk Raya, dia juga ingin membeli sebuah mobil agar Raya tidak perlu kepanasan atau kehujanan saat pergi bersamanya. Namun itu urung dilakukan, Tzuyu tidak tahu sampai kapan dia bisa bekerja. Jika nanti dia tidak memiliki penghasilan lagi, bagaimana dia bisa menafkahi Raya? Jadi sebaiknya uang itu disimpan sebagai dana cadangan keperluan Raya.

Karena tidak ingin menjadi begitu kikir, setiap akhir pekan Tzuyu mengajak Raya berjalan-jalan ke mal. Raya terlihat sangat senang bisa bermain di rumah bola, atau hanya sekedar makan di restoran favoritnya.

Hanya satu hal yang sering membuat Tzuyu sedih, saat-saat tertentu ketika Raya menanyakan papanya. Tzuyu tidak tahu mengapa Raya memanggil Sehun dengan sebutan papa. Tapi Sehun terlihat luar biasa senang ketika Raya memanggilnya seperti itu jadi dia membiarkannya saja, dengan asumsi ingatan balita hanya akan bertahan sebentar.

Di minggu pertama kepulangannya, Raya berulang kali menanyakan Laura dan papa. Di minggu kedua, Raya tidak lagi menanyakan Laura. Namun dia terus menanyakan Sehun, bahkan di minggu ke empat ini dia masih menanyakannya.

Saat Raya mulai merajuk ingin bertemu "papa" maka satu-satunya hal yang bisa Tzuyu lakukan hanyalah menghindarinya. Tzuyu hanya menjawab kalau papa sedang bekerja dan mereka tidak bisa bertemu setiap saat lagi. Kemudian dia akan melakukan hal-hal konyol dan yang bisa memancing tawa Raya dan balita itu pun akan melupakan pertanyaannya.

Kemudian hal seperti itu akan terulang lagi, lagi, dan lagi. Terkadang Tzuyu merasa begitu sedih, dia pun sebenarnya ingin bertemu Sehun. Berulang kali dia menegaskan pada dirinya sendiri bahwa semuanya sudah berakhir.

Semua yang pernah terjadi antara dirinya dengan Sehun adalah masa lalu. Yang tersisa adalah kenangan. Hanya itulah yang dia punya, tidak kurang dan tidak lebih.

Sesekali Tzuyu berkhayal kalau Sehun mencintainya. Kemudian Tzuyu disadarkan oleh kenyataan pahit, Sehun bahkan tidak melakukan apapun untuk menemuinya. Padahal Sehun tahu di mana rumah susunnya. Sebulan berlalu dan Sehun tidak pernah muncul di hadapannya.

Tzuyu tidak pernah mengharapkan banyak, apa yang pernah diberikan Sehun padanya telah cukup untuk menjadi ingatan terindah yang pernah dia miliki. Raya telah mengembalikan hidupnya dan Sehun telah mengembalikan keberaniannya.

Cinta yang tumbuh di hatinya hanya mekar selama sesaat, mengendapkan kesedihannya ketika waktu lambat berganti. Semakin Tzuyu berusaha melupakan Sehun, bayangan pria itu semakin kuat memaksanya untuk terus merindukannya.

Dan seringkali Tzuyu harus merelakan air matanya jatuh di pipi. Dia pernah bersumpah tidak akan pernah membiarkan seorang pria menyentuhnya. Namun apa yang dilakukan Sehun sangat berbeda.

Sentuhannya begitu lembut, tidak sekali pun Sehun menyakiti Tzuyu. Dan Tzuyu selalu mengatakan kalau Sehun sudah gila. Tapi sekarang Tzuyu lah yang merasa gila. Dia tidak bisa berhenti memikirkan Sehun.

Akhirnya Tzuyu menyerah, dia membiarkan cinta itu tetap ada. Suatu hari nanti, Tzuyu yakin bisa melupakan Sehun.




















Permata di Hatiku : ctz - oshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang