12.

861 109 43
                                    

Dada Tzuyu berdebar kencang dan dia sendiri hampir melompat dari ranjang ketika menyadari bahwa dia tidak tidur sendirian. Entah bagaimana caranya dia bisa sampai ke ranjang ini. Dan Sehun masih tertidur pulas di sampingnya dengan tangan dan kaki melilit tubuh Tzuyu.

Lama-lama ini akan jadi kebiasaan! Batin Tzuyu. Seharusnya sebuah kastel memiliki banyak kamar, kenapa Sehun tidur di sini juga?

Dengan sangat hati-hati Tzuyu menyingkirkan tangan dan kaki Sehun dari tubuhnya. Ketika pria itu menggeliat, Tzuyu segera menempatkan sebuah guling di tubuh Sehun yang segera didekapnya.

Udara masih sangat dingin meskipun hujan sudah berhenti. Dengan berjinjit, Tzuyu mengintip ke luar jendela. Gelap, mungkin ini sudah malam. Tidak ada satu pun barang modern di dalam kamar ini. Berada di dalamnya membuat Tzuyu merasa seolah kembali ke zaman pertengahan.

Perutnya berbunyi nyaring, dia melewatkan makan siang dan makan malam. Tzuyu memutuskan untuk keluar kamar dan mencari dapur. Di sebuah ruangan yang besar Tzuyu menoleh ke kiri dan ke kanan seperti orang bodoh.

Terdapat beberapa pintu besar, dan Tzuyu tidak tahu pintu mana yang mengarah ke dapur.

Akhirnya Tzuyu menanyakan letak dapur pada seorang pria tua yang kebetulan ditemuinya. Pria tua itu memperkenalkan dirinya sebagai Jackson, si pengurus kastel.

Bukan hanya mengantar Tzuyu ke dapur, Jackson juga membuatkan makanan.

Tzuyu bersumpah dia tidak akan berkedip, interior kastel ini luar biasa antik! Tangganya yang lebar dengan sisi yang dilapisi marmer sangat menggoda Tzuyu untuk mengelusnya sekilas sambil lewat. Dingin seperti es. Lampu-lampu kecil yang menempel di dinding sepanjang koridor memancarkan cahaya yang lembut.

Dapurnya ternyata tidak seantik kastel ini, bahkan lebih modern dari dapur di rumah susun yang dulu Tzuyu tempati. Meja besar di tengah ruang juga terbuat dari marmer.

Jackson mempersilahkan Tzuyu duduk sementara dia memanaskan sup. Tidak sampai lima menit sup yang hangat dengan roti berlapis mentega sudah tersaji di depan Tzuyu. Sebenarnya dia merasa tidak enak sudah merepotkan pria tua itu, namun Jackson tidak mengizinkannya untuk membantu sedikitpun. Pria tua itu menemani Tzuyu makan sambil bercerita batapa khawatirnya dia saat membukakan pintu dan melihat Sehun menggendong Tzuyu dalam keadaan basah kuyup.

Makanan dalam mulut Tzuyu menjadi lengket dan sulit ditelan ketika Jackson mengatakan bahwa wajah Sehun sepucat mayat saat baru datang. Hati Tzuyu mencelus, luka-luka di tubuh Sehun pasti belum seratus persen sembuh dan pria itu harus menggendongnya yang pingsan ke kastel. Di tengah badai!

Sup yang Tzuyu makan masih tersisa sedikit ketika Sehun muncul dengan mengenakan celana panjang dan kemeja longgar yang hanya dikancing setengah. Wajahnya terlihat tidak senang.

"Aku belum memberimu izin untuk keluar dari kamar." Sehun berjalan mendekati Tzuyu.

"Kenapa aku harus minta izin padamu?" Tzuyu menghabiskan suapan terakhirnya sambil menatap Sehun.

"Karena mulai sekarang," Sehun memberikan intonasi penekanan pada kalimatnya, "kau tidak bisa pergi kemanapun tanpa izin ku."

"Bahkan untuk ke dapur dan makan?" Tzuyu membelalak tidak percaya.

"Bahkan untuk itu!" Sehun berjongkok di sisi Tzuyu.

"Konyol," dengus Tzuyu, memangnya dia hewan peliharaan. "Sehun!" Tzuyu memukul tangan Sehun yang mengangkat roknya hingga sebetis.

"Kau juga tidak memakai sepatu! Apa kau mau terkena flu?" Suara Sehun meninggi karena khawatir pada kecerobohan Tzuyu.

"Aku tidak tahu di mana sepatuku. Dan jangan meneriaki ku!" Tzuyu berdiri menantang Sehun.

Permata di Hatiku : ctz - oshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang