Warning typo bertebaran!
"Tante Tzuyu, lihat!"
Suara Bella membuat Tzuyu yang sedang memutar anak kunci seketika berhenti, dan menoleh ke arah suara.
"Wow...itu pasti baru!" Seru Tzuyu ketika melihat Bella meluncur dengan sepatu roda berwarna pink.
Gadis itu tersenyum lebar sambil mendongak.
"Mama yang belikan tadi siang. Hadiah!"
Tzuyu tersenyum.
"Hadiah ulang tahun?"
Bella menggeleng dan tetap tersenyum.
"Coba tebak lagi!"
"Hadiah naik kelas?" Tanya Tzuyu, meskipun sangsi karena sekarang bukan akhir tahun pelajaran.
"Ya ampun, Tante! Coba tebaknya serius dikit," seru Bella sambil terkekeh, gadis cilik itu mengangkat kakinya untuk memamerkan sepatu roda barunya.
Tzuyu mengangkat kedua tangannya. "Baiklah, Tante menyerah."
"Hadiah karena aku menang lomba menggambar seminggu yang lalu!" Ujar Bella dan mulai meluncur lagi di koridor.
"Wah, hebat!" Teriak Tzuyu sebelum Bella menghilang di tikungan.
"Mama..." Raya merajuk sambil memukulkan tangannya ke pintu.
"Maaf ya sayang, mama lupa. Kamu pasti sudah capek ya," ujar Tzuyu. Sapaan Bella barusan membuatnya lupa untuk segera buka pintu.
Begitu pintu terbuka, Raya menyerbu masuk ke dalam dan segera berbaring di karpet. "Mimi," ujarnya dengan tangan berusaha menjangkau Tzuyu.
Tzuyu meletakkan tasnya di meja dan mengambil segelas air putih di cangkir plastik berwarna kuning.
Balita itu segera duduk dan meminum air putihnya dengan cepat, kemudian dia mengembalikan cangkir itu ke Tzuyu.
"Ini," ujar Tzuyu sambil menyodorkan sepotong biskuit sebelum meninggalkan putrinya ke dapur.
Langkahnya terhenti di depan kamar tidur, diperhatikannya pria asing yang masih berbaring di ranjang. Tzuyu teringat kalau pria itu belum minum semenjak dia pergi, tadi pagi jadi dia segera mengambil segelas air untuknya.
"Maaf kalau aku pergi lama," ujar Tzuyu sambil duduk di pinggir ranjang. "Aku harus bekerja. kau pasti haus."
Pria itu menggerakkan kepala ke arah Tzuyu, matanya yang terpejam perlahan terbuka.
Dengan sabar Tzuyu menyendokkan air putih ke mulut pria itu sementara jakun pria itu bergerak-gerak ketika berusaha keras menelan air yang ada di mulutnya. Tzuyu menghela napas, dia tidak tega melihatnya.
Setengah gelas telah habis dan pria itu menggerakkan kepalanya menjauhi Tzuyu, sepertinya dia sudah tidak ingin minum lagi. Tzuyu meletakkan gelas di meja kecil kemudian mengusap bibir pria itu menggunakan tisu.
"Aku akan membuatkanmu bubur lagi, tunggu sebentar ya." Tzuyu segera melesat ke dapur, kali ini dia akan membuat bubur dari tepung beras dan kuah kaldu agar pria itu lebih mudah menelannya. Tzuyu sendiri sebenarnya tidak yakin dengan rasa bubur buatannya tapi tadi pagi pria itu menghabiskan bubur yang dia berikan, jadi dia akan menambahkan porsinya sedikit.
Namun Tzuyu harus membuatkan makanan untuk Raya lebih dulu. Tidak sampai sepuluh menit makanan itu sudah tersaji dan balita itu segera melahapnya, mungkin dia memang sudah lapar. Tidak lama kemudian Tzuyu berada di dapur dan membuat bubur untuk pria asing itu.
"Maa..." Raya kembali merajuk sambil menunjukkan televisi.
"Kenapa?" Tzuyu menoleh ketika roknya ditarik oleh Raya, tangannya tetap mengaduk bubur tepung yang masih mengepul di mangkuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata di Hatiku : ctz - osh
Fanficapa pun yang terjadi, cinta layak untuk diperjuangkan.