Chapter 7

694 84 0
                                    

Vote ditunggu
.
.
.

.

.

.

.

Selamat Membaca ~








GOOD BYE


"Wen!" Teriakan itu sontak mengalihkan pandanganku dari beberapa foto hasil tangkapan layar percakapanku dengannya

"Kamu sedang apa disini?" Kuarahkan pandanganku padanya tanpa merubah posisiku 

"Ada apa, Seulgi?" Dia mendekatiku mengarahkan sepiring kue, tentunya buatan dia setelah sibuk membuat berantakan dapur.

"Kamu sedang apa? Semuanya sedang berkumpul untuk makan. Sedangkan, kamu disini?" tanyanya beruntun

"Kamu mau?" Tanpa menunggu jawabanku atas pertanyaan sebelumnya ia langsung menyodorkan kue coklat kehadapanku. Bukan bermaksud tak membantunya namun tugasku tadi membersihkan dorm dengan yang lain.

Tak lama air mata ini mulai berjatuhan. 

Mengapa ia susah dikendalikan dan kenapa jatuh disaat disini ada Seulgi. Ini menyesakkan hatiku. Bisa tolong berhenti!

Mohonku dalam hati agar air mata ini berhenti.

"Hei.. ada apa?" Dia mulai khawatir
"Kamu kenapa? Jangan menangis seperti itu, aku bisa saja ikut menangis jika begini" ungkapnya menjauh dariku dan kembali dengan tangan kosongnya yang sekarang sudah mendekapku dalam-dalam

"Ceritalah! Ada apa? Kamu sedikit pendiam hari ini, kenapa hm?" Jawaban yang kini kutunjukkan pada Seulgi hanya sesegukan yang tak  terhenti

"Tenanglah" Seulgi memelukku
"Menangislah! Lakukan agar hatimu tak sesak" lanjutnya tanpa melepas pelukannya

Mungkin hanya ini yang kini bisa kulakukan. Bukan berarti aku tak berusaha. Aku sudah berusaha. Sesuai kemampuanku. Untuk melupakannya. Ini sungguh menyiksaku.

"Dia muncul lagi dalam pikiranku Seulgi-ya" ungkapku ketika sedikit tenang. Tak menjawab ungkapanku namun ia tetap memelukku lagi dan itu cukup membuatku tenang.

"Kenapa dia harus datang dalam ingatanku!?" Teriakku sedikit frustasi

Teriakanku sontak membuat semua member mendatangi kita. Tak perlu menjelaskan seluruh perasaan ini, cukup air mataku yang bisa menjelaskan semuanya. Tanpa bertanya mereka juga akan tau segalanya dengan melihat tangisan ini.

"Eonni" beberapa panggilan mereka membuatku mengalihkan pandanganku pada mereka

"Seungwan-na" tatapan sendunya membuktikan bahwa dia peduli padaku

"Kamu kenapa?" Tanya salah satu dari mereka sambil mendekatiku

"Tak biasanya kamu seperti ini" lanjutnya sambil menatap fokus padaku yang saat ini tengah bergerak menghadap mereka semua dan menjelaskan apa yang ingin mereka tahu

"Aku minta maaf. Aku merepotkan kalian" mendengar suaraku, semua mulai mengambil posisi agar bisa mendengarkan penjelasanku. Samar-samar aku melihat mereka menggelengkan kepala mereka karena mataku tertutup air mata yang belum terjatuh

"Kalian orang-orang tersayangku" ungkapku sambil mengulurkan tanganku untuk mereka dan tanpa basa-basi mereka memelukku. Beberapa menit berharga itu bisa membuatku lebih tenang

"Tenanglah Seungwan, ceritakan pada kami pelan-pelan" kata-kata itu keluar dari bibir Irene 

"Kami tak akan melupakan untuk mengurusmu Seungwan-na. Jadi bukan kamu saja yang mengurus kita" Joy ikut menanggapi

"Uri Wendy" kemudian mereka mendekat dan memberikan pelukan dan itu otomatis menghangatkan hatiku lagi.

Hangatnya hubungan kita membantu membuatku membaik, kemudian kami makan bersama setelah itu membersihkan barang-barang yang kita pakai untuk makan. Setelah selesai semua, kita hanya tinggal menunggu jadwal latihan. Kemudian kita lanjut dengan beristirahat sejenak agar badan bisa kembali segar. Aku kebetulan satu kamar dengan Irene eonni 

Saat ini kami berada di dalam kamar dan mulai sibuk dengan kegiatan kita masing-masing, tanpa sadar butiran bening nan berharga  itukini terjatuh dari mataku dan yang juga tak tak disangka Irene eonni melihatku menangis

"Tak seharusnya kamu menangis, Wendy" belaanya begitu jelas tak ingin melihatku berlarut-larut dalam tangis

"Berhentilah memikirkannya" tekannya sekali lagi

"Ingat! Perhatikan dirimu yang selalu menangis bahkan kamu belum makan hanya karena memikirkannya. Kamu juga perlu memikirkan dirimu!  Jangan hanya egois pada perasaanmu saja. Dan ingatlah kamu tidak sendirian disini" ocehnya begitu panjang namun jelas membuat air mataku jelas-jelas semakin berjatuhan karena ocehannya yang selama ini belum pernah sepanjang ini dan sajauh itu ia ucapkan

"Ouuw.. terima kasih eonni!!" aku mendekat padanya dan tanganku mengarah padanya kemudian mulai memeluknya.

Tiba-tiba pikiranku mengarungi memori lama dan mulai mengungkap perlahan luka lama yang kini terasa membekas tak terlihat namun terasa begitu dalam

"Wendy-ya" panggilnya

"Ya?"

"Aku minta kita putus" ungkapnya. Selaras dengan ucapannya mataku tak bisa menahan butiran itu mengalir jatuh menuju pipiku dan sontak otakku berpikir untuk menyuruh bibir ini mengucapkan beberapa kata tidak penting agar aku bisa mengerti penjelasannya dengan  yang benar

"Ya?"

"Maafkan aku, tapi ini mungkin yang terbaik untukmu" balasnya dengan mendekatkan badan kearahku lalu memelukku dalam diam. Dan aku masih mematung diikuti dengan air mata ini yang terus berjatuhan

"Maafkan aku"

"Selamat Tinggal" ungkapku menutup memori masa lalu itu


Waaah... ketemu lagi niih. Haha akhirnya. Aku kangeen banget sama kalian! Kalian kangen gak?
Apa kalian kangen sama Wendy? Aku kangen banget sama dia?? Apa kabar Wendy? 😭😭

BREATH ; WenYeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang