Chapter 11

617 59 3
                                    

DESTINY?



"Bagaimana pestanya?"

"Bagus, ramai dan penuh dengan kebahagiaan pastinya" mantab keluar ekspresi bahagia

"Baiklah! Ketika kembali ceritakan kepadaku tentang semuanya!"

"Iya!" kututup telepon setelah Irene eonni menyelesaikan panggilan ini. Saat ini aku tidak langsung kembali menuju gedung SG karena aku merasa ingin menghibur diriku dan memikirkan beberapa hal berat dari seseorang yang kupanggil mantan tadi.

"Aku harap aku masih memiliki kesempatan agar kita bisa kembali lagi". Perkataannya tadi, tiba-tiba terngiang-ngiang dalam pikiranku. Setelah memikirkan itu, perutku berteriak keroncongan meminta makanan akhirnya aku mampir untuk membeli makanan disalah satu restoran kesukaanku. Jadi, aman untuk aku sering berkunjung tanpa ada fans yang dapat mengetahui keberadaanku

"Halo! Wendy-shi"

"Halo, Oppa! aku ingin memesan pizza disini dan juga minuman coklat spesial menu kesukaanku" pesanku merupakan perintah penting untuknya, dia langsung mengiyakan semuanya dan mengatakan jumlah harganya kemudian aku susul mengeluarkan kartuku dan menunggunya setelah itu aku duduk di meja sebelah jendela tingkat dua, tempat favoritku sebelum kesana seseorang sudah menempati tempat itu

"D.o sunbaenim!"

"Ooh, astaga. Wendy-shi!" suaranya terdengar kaget namun wajahnya tetap tampan dengan tambahan senyum manis yang menghiasi wajahnya

"Duduk sini!" suruhnya sambil menepuk-nepuk tempat duduk dihadapannya

"I-iya"

"Ternyata kamu langganan disini juga?" tanyanya begitu antusias, sambil menghentikan kegiatan makannya saat itu

"Iya, sunbaenim. Tahun kemarin aku mulai mengenal restoran ini" aku mengimbangi rasa antusiasnya

"Apa sunbaenim sudah lama?"

"Tidak, baru saja. Rasanya aku sedikit bosan dengan ruangan latihan. Jadi, aku pergi keluar dan akhirnya menemukan restoran ini"

"Aaah.. seperti itu!" anggukanku setuju dari pernyataannya. Terkadang, jika kita latihan terus-menerus jelas akan timbul rasa bosan walau kita bersama dengan orang-orang yang menyenangkan. Kemudian keadaan mulai sedikit canggung, terselamatkan dengan datangnya hidanganku dan juga terdengar tiba-tiba dering telepon seseorang berbunyi nyaring

"Iya! Baiklah! Tunggu!" jawabnya beruntun sambil memegang kendali tangannya yang memegang handphone ditelinganya, berusaha sopan aku memandangi makananku seolah-olah aku tak emndengar semua

"Wendy-shi­" otomatis kepalaku terangkat dan memandanginya ternyata ia ingin berpamitan kepadaku bahwa ia harus kembali dan melakukan latihan lagi

"Iya, sunbaenim. Hati-hati di jalan!." Dia berhenti, lalu kembali lagi mendekat ke mejaku lagi

"Bagaimana kadoku?" kaget mendapat pertanyaan itu karena kado-kado belum ada yang kubuka sejak saat itu selain kado dari Chanyeol

"Aah, kalo belum dibuka juga tidak apa-apa" aku merasa ia mengetahui bahwa aku belum membuka kado darinya

"Maaf, sunbaenim"

"Iya, tidak apa-apa. Aku hanya penasaran. Jangan lupa baca suratnya ya!" ucapnya terang-terangan

"I-iya, sunbaenim"

BREATH ; WenYeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang