GOOD DAY
Malam menjadi semakin panjang. Aku masih dengannya. Kita masih bersama sejak terakhir dimana hari kita dirusak oleh Kasim Wang, kita sekarang memutuskan bersama. Di sini. Berdua. Malam indah yang semakin indah untuk kita kenang.
Aku bersamanya di malam yang dingin kali ini, aku bersamanya di dalam dekapannya yang hangat sehangat hatinya menerimaku apa adanya. Aku hanya melakukan kewajibanku sebagai seorang istri di sini, dan dia juga hanya mendapatkan haknya.
Malam ini menjadi malam yang begitu indah. Walau malam kemarin juga indah, namun mala mini malam yang special karena aku seutuhnya hanya milik Raja, pemimpin negara ini.Oh, astaga! Aku sudah benar-benar akan menjadi Ibu dari negara ini lengkap dengan sosok mungil yang kini sudah ada dalam perutku ini. Semua terlihat dari kegiatan pagi hari ini yang sibuk. Aku terbangun dan sudah ingin mengeluarkan semua isi perutku. Astaga!
Mama! Apa mama harus merasakan ini semua saat aku masih dalam perutmu? Maka aku harus lebi menyayangimu lagi karena ini sangat menyiksa. Aku akan menyayangimu dan lebih menyayangimu lagi Mama.
“Panggilkan-“ Perintahna aku potong dengan tergesa-gesa karena aku merasa lebih baik ketika aku melihat wajah Raja.
“Aku baik, Yang Mulia. Aku rasa aku hanya melihat wajah Yang Mulia” Senyum tertoreh di sana, dia juga.
“Jadi hanya saat mual saja kau ingin melihat Ayah?” Ejeknya kepada perutku yang belum terlihat buncit sama sekali, sontak mengundang gelak tawa kita.
Setelah beberapa candaan manis tadi kami bersiap untuk mengunjungi rakyat kita setelah tadi malam kita berunding akan melakukan apa keesokan paginya dan kita setuju akan mengunjungi rakyat karena dari sana kita bisa membenahi negara. Raja sudah pergi terlebih dahulu karena aku memang ingin pergi terpisah dengannya walau sebenarnya ia ingin kita pergi bersama.
“Apa Yang Mulia sudah siap?” Tanya Dayang Yongja untuk memastikan aku tidak terlambat.
“Iya” Satu kata saja semua orang di sini sudah mengerti akan melakukan apa begitupun aku. Aku melangkah menjauhi istanaku dan mendekati gerbang utama untuk bertemu rakyat-rakyatku dan mendengarkan keluh kesah mereka. Gerbang utama dibuka di sana sudah ada Pangeran Kwangmin yang sepertinya akan masuk ke dalam istana tetapi aku tak menghiraukannya.
“Yang Mulia Ratu, bisa berbicara sebentar?” Tanyanya menghentikan langkah kakiku.
“Baiklah” Ia menarik tanganku dan seolah tergesa-gesa ia meneriaki Dayang dan penjagaku untuk tidak mengikuti mereka karena ia hanya ingin berbicara sebentar denganku. Setelah sampai di tempat dimana kita pertama bertemu ia melepaskan gengamannya. Lalu ia menyuruhku masuk ke dalam kapal kecil kita waktu itu. Dia mengeluarkan secarik kertas dan mulai membacanya.
Cantiknya awan biru bukanlah tandinganmu,
Bahkan cahaya matahari tak bisa mengalahkan terpancarnya cantikmu,
Mata memandang tak segan ingin menarik hati menuju rasa ingin memiliki,
Harap-harap cemas hatiku menyadari kau bukanlah milikku,
Namun hati tak ingin memiliki yang lain,
Tak lain hanya dirimu,
Kau.“Maaf” Potongku karena aku takut ia semakin terluka dengan secarik kertas itu.
“Tolong dengarkan aku sebentar dan aku berjanji ini hanya satu kali ini saja.” Perkataannya membuatku menyetujui keinginannya secara tidak langsung kemudian ia melanjutkan apa yang ia baca tadi.
Hatiku, Oh Hatiku..
Tolong ingatlah sesuatu!
Dia bukanlah milikmu,
Berhenti bertindak bodoh dan kembalilah hidup,
Hidup bukanlah permainan waktu yang bisa kau bolak-balikkan,
Hingga kau ingin mengubah takdirnya menjadi milikmu seutuhnya,
Berhenti!
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATH ; WenYeol
FanfictionMataku menatap cincin hijau di atas meja itu sambil meneguk air sontak menarik kembali memori dari tidurku semalam dengan berjuta tanda tanya. Aku terbangun dengan mengenakan hanbok. Kenapa banyak orang di luar yang berbicara dengan formal seolah-ol...