Bagian 38

2.4K 101 24
                                    

------------------------------------------------------
🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳

"Ini--"

"Terlalu kacau"

"Aiden, aku pikir aku mencium sesuatu yang aneh di sini?"

"Ya, sudah ku duga. Aku yakin wabah kekeringan ini bukan wabah biasa, Dave. Mungkin semacam ada 'campur tangan' orang lain disini."

Saat Aiden sudah tiba di daerah sekitaran kaum elf, ia benar-benar dibuat terkejut dengan keadaan negeri tersebut. Karena apa yang ia bayangkan ternyata tidak ada apa-apanya dengan apa yang dia lihat saat ini.

Sebab bagaimana pun, Negeri Elf dulu tampak hijau dan indah namun kini telah berubah menjadi negeri tak layak huni dan berkabut membuatnya sedikit merasa aneh.

" Ahh, aku jadi merindukan suasana wilayah elf yang ceria".

Pohon-pohon yang dulu berdiri kokoh dengan daun yang indah kini tampak mengecil dan mengerut hingga hanya menyisakan kenangan di dalamnya.

"Lalu siapa yang berani menyebarkan wabah seperti ini? Dan bagaimana caranya selama ini mereka bisa bertahan untuk hidup?"

Dia pun terus terbang menyusuri wilayah tersebut hendak memeriksa sesuatu yang merupakan bagian dari kaum ini tepat di pusat wilayah.

Setelah beberapa menit kemudian, ia pun turun lalu masuk ke dalam gua.

Dan siapa sangka, di dalam sana terdapat sebuah pohon yang mengeluarkan cahaya biru, besar  nan tinggi dengan daun berwarna ungu yang indah tengah berdiri kokoh secara terbalik  karena akarnya tertanam di langit-langit gua.

"Syukurlah, pohon kehidupan ini baik-baik saja." Ia pun tersenyum lega seraya menatap pohon itu dalam diam.

Hingga keheningan pun kembali menyelimuti gua tersebut.

"Hiks.. Ini tak adil." Mendengar suara yang begitu lirih seperti itu, repleks membuat Aiden mengerutkan dahinya.

"Apa ada orang lain disini?"

"Kenapa kami harus menderita seperti ini, Moongodness? Dan apa salah kami hingga Raja tak bertanggungjawab itu tidak memperhatikan kami? Di depan pohon suci ini aku hanya berharap padamu agar ibu dan adikku bisa makan malam ini. Aku mohon. Aku tak bisa melihat mereka menahan kelaparan seperti itu, Goddness. "

"Apa tadi dia membicarakanmu, Aiden? Berani sekali dia!"

Hening.

"Kenapa diam? Apa dia sudah pergi?" Karena rasa ingin tahunya yang besar, akhirnya Aiden pun mulai mencari-cari darimana asal suara itu berasal.

"Diluar mungkin aku tampak kuat tapi di hadapan mu apa yang bisa aku sembunyikan? Perasaanku? Aku tak akan bisa menyembunyikan hal seperti itu darimu, Goddnes. Aku tak bisa".

"Bagus, teruslah bersuara."

"Hei, kenapa kau jadi tertarik dengan suara itu? Lebih baik kita selesaikan urusan kita disini, Aiden."

"Ini semua salah Raja itu kan? Walaupun aku tahu baru kali kau mengirimkan kami wabah kekeringan ini pasti itu dijadikan sebagai alat untuk menguji seberapa besar hati pemimpin tak bertanggungjawab itu kan? dan hal tersebut telah kau tunjukkan bahwa dia memang bukan Raja yang baik untuk dimensi ini."

Alpha's mateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang