Episode - 23: Batu Sinar Bulan (4)

180 33 106
                                    


Jakarta, 6 April 1981. Kediaman Van Hesther, Menteng.

"Saya terima nikahnya Soelastri Roekmini binti Adiradjada Bima dengan Maskawin Kalung emas putih dengan berat dua gram dan delapan belas karat, dibayar tunai."

Terdengar suara koor 'Aamiin' ketika penghulu bertanya pada para tamu undangan, termasuk Obi. Dengan diakhiri oleh lantunan doa, maka Dhani dan Lastri telah sah menjadi suami istri. Obi menyaksikan bagaimana dua insan ini saling melemparkan tatapan penuh cinta.

Sesuai permintaan mereka berdua, acara akad nikah dan resepsi diadakan dalam waktu sehari.

Jika akad nikah diadakan di dalam rumah Lastri dengan cara menyulap ruang keluarga dipenuhi oleh dekorasi serba coklat muda dan putih dengan meja yang didekorasi oleh bunga mawar merah dan putih. Maka, acara resepsi dilakukan di halaman belakang rumah Lastri. Halaman belakang ini luas, sesuai dengan tema yang kedua mempelai inginkan. Tempat inilah yang paling banyak dekorasinya, bernuansa coklat muda dan merah, warna favorit kedua mempelai. Pelaminan mereka hanya dihiasi background tanpa panggung, sementara para wedding singer berada di sisi kiri pelaminan. Karena tidak ada panggung, maka Obi menyarankan untuk memberi pembatas di sepanjang jalan kesana agar para tamu bisa tertib.

Acara resepsi diadakan setelah matahari terbenam. Lampu hias warna-warni mendominasi area. Lastri mengganti gaun akadnya dengan kebaya lengan panjang berwarna merah, kali ini dia mengganti topi yang biasa dia pakai dengan sanggul rendah dengan hiasan bunga mawar merah. Sementara itu dia menggunakan bawahan longgar bermotif jarik berkualitas terbaik. Sedangkan Dhani sendiri tampak gagah dengan jas berwarna coklat dengan dasi kupu-kupu, dipadu dengan sepatu loaf hitam mengkilat yang memiliki nilai historis. Obi yang juga mengenakan jas hitam dengan kemeja putih dibaliknya, tanpa dasi kupu-kupu. Dia tampak memerintah kru acara untuk menertibkan antrian orang-orang yang mau berjalan ke pelaminan.

Lastri dan Dhani sungguh menikmati pesta ini. Kini giliran mereka untuk turun dan berdansa. Aksi mereka diikuti oleh segelintir tamu undangan yang berpasangan. Di sela-sela dansa, Lastri menempelkan kepalanya di dada Dhani.

Lastri memutar badannya dan menempelkan kepalanya di bahu lelaki itu. Saat itu juga dia melihat Badri sedang duduk di bagian VIP, menatapnya dengan seringai. Lastri merasakan perutnya sakit, dia yakin ini karena Badri.

"Sayang, kamu kenapa?" Dhani menyadari bahwa gerakan Lastri tidak bersemangat.

Lastri tidak langsung menjawab, dia lalu membisikkan sesuatu ke telinga Dhani. "Om kamu memang jahat ... tapi ... dia ... kejam. Kamu ... harus hati-hati ... dengannya." Suaranya melirih.

Walau bingung, Dhani mengangguk dan membawa Lastri kembali ke pelaminan.

*

Jakarta, 6 Oktober 1981.

Tiga bulan awal dari pernikahan Dhani dan Lastri, semua tampak baik-baik saja. Dhani dan Lastri memang sempat melakukan bulan madu di bulan ketiga pernikahan mereka, membuat Obi yang praktis menggantikan pekerjaan Dhani sementara waktu. Sepulang bulan madu, Dhani dan Lastri makin mesra saja.

Ketika jam istirahat saja mereka berdua bilangnya makan bersama di ruangan, tetapi Obi lima ratus persen yakin mereka tidak hanya makan bersama. Tanpa sepengetahuan karyawan, Obi pernah mendengar suara berisik dan erangan mereka berdua dari dekat. Waktu itu karena Obi ingin menyampaikan laporan keuangan bulanan toko jam 'Time Flies'. Akhirnya, lelaki itu tak jadi masuk.

Kini, mereka telah memasuki bulan ke enam pernikahan.

Lagi-lagi Obi menggantikan pekerjaan Dhani, karena lelaki itu sedang persiapan bulan madu sesi kedua.

Sentralisasi | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang