Decision

2.7K 298 2
                                    

"Aku ingin berhenti bekerja" Mino menyesal sudah mendesak Seungkwan untuk bicara. Ya bagaimanapun selama 5 menit tadi dia sudah sangat penasaran pada pria yang duduk di depannya itu. Namun kini dia tak masalah jika tiba-tiba Seungkwan tak bisa bicara, dari pada dia mendengar kata-kata itu dari mulut seorang Boo Seungkwan.

"Baiklah sepertinya kau salah masuk ruangan. Silahkan kembali ke tempatmu bekerja" Mino Menundukkan kepala sambil merentangkan tangannya meminta Seungkwan keluar dari ruang kantornya.

"Kau tau kan aku tak pernah main-main. Dan kau tau aku terlalu tak perduli dengan sistem. Surat pengunduran diriku anggap saja sudah kau baca" Seungkwan berdiri dengan tenang. Ingin berlalu jika saja genggaman tangan tak menahannya.

"Aku hanya terlihat bodoh jika aku menahanmu. Tapi bisakah kau memperhitungkan kebodohanku ini Boo. Aku tak tau apa rencanamu dengan berhenti dari sini. Tapi bertahanlah sebentar lagi. Hingga aku menemukan orang yang tepat." Wajah mino benar-benar sangat menyedihkan

"Kau tidak perlu cemas tentang itu hyung. Anggap saja selama ini kau hanya terpesona padaku hingga tak tertarik dengan orang lain. Namun jika kau lebih adil sedikit, kau akan menemukan banyak sekali sepertiku di dapur itu" Seungkwan tak menunjukkan sikap sombong. Gekstur tubuh dan nada bicara sangat datar. "Ya tapi seperti yang ku katakan tadi. Kau terlalu mengagumiku hyung" Pria di depan Mino melihat sebentar pada Mino lalu kembali asik dengan kegiatan melipat-lipat kertas hingga berbentuk burung bango. Ia benar-benar minus ekpresi.

"Siapa" Mino memicingkan matanya. Ia penasaran dengan orang yang menurut Seungkwan selevel dengannya.

"Jinwoo hyung" Meraih kertas lain yang ada di meja Mino lalu mulai membuat pola yang sama seperti kertas sebelumnya. Namun dia melirik sebentar pada Mino yang terlihat bingung.

"Jinwoo? Bukankah dia yang selalu bicara kasar padamu itu" Seungkwan sedikit terkejut. Dia tak menyangka sepupunya itu tau bahwa dia memiliki hubungan kurang baik dengan Jinwoo.

"Hmmm, menyampingkan mulut kasarnya itu. Aku sangat menyukai cara dia menyiapkan masakan. Dia terlihat sangat menghargai Bahan masakan dan seluruh isi dapur" Seungkwan tersenyum kecil sambil melihat hasil karyanya yang kedua. Lalu Ia hendak meraih kertas lagi namun di hentikan oleh tangan yang lebih kekar dari tangannya. Mino tak mau membuang banyak bangau ke tempat sampah.

"Yang aku tau, dia selalu marah-marah dan menyindir semua orang" Mino tak habis pikir. Orang seperti Seungkwan yang Ia kenal sangat tak perduli pada orang lain sangat memperhatikan seorang Jinwoo yang notabenenya sangat membenci Seungkwan.

"Aku tak pernah membencinya hyung. Dia melakukannya karena orang yang bekerja disana kebanyakan hanya demi uang. Sehingga tak memperdulikan kualitas atau proses. Dia berbeda hyung" Seungkwan melihat Mino lalu tersenyum. "Dia aset yang berharga. Kau hanya akan rugi sedikit jika kehilangan seorang koki sepertiku. Tapi kau akan sangat rugi jika kehilangan seseorang yang merasa pemilik restauran ini. Hanya seseorang yang merasa pemilik yang tak keberatan menjaga seluruh miliknya bahkan dengan nyawanya" Masih jelas di ingatanya saat Jinwoo dengan sengitnya memadamkan api yang hampir melahap dapur bahkan saat semua orang sudah mematung termasuk Seungkwan. Mino tersenyum. Dia tak menyangka Seungkwan yang selama ini sangat pendiam mampu memuji orang lain dengan sangat detail. Entah kenapa Mino merasa Seungkwannya sudah sedikit berubah. Tidak bukan berubah. Dia berpikir Seungkwannya sudah sedikit kembali seperti Seungkwannya dulu. Saat mereka masih sangat asing dengan masalah kehidupan yang amat menyesakkan.

"Kau akan kemana setelah ini" Mino tersenyum lega. Ia bangkit dari tempat duduknya. Mino sudah merelakan Seungkwan. Tangannya menjangkau kepala Seungkwan lalu mengacak-acaknya. Seungkwan tak bergeming. Dia sudah malas memarahi sepupunya itu perkara yang satu ini. Mino sangat hobi menghancurkan penampilan orang lain.

"Busan" Seungkwan sedikit menunduk. Tangannya tiba-tiba tak bergerak. Kau tak perlu cemas hyung. Aku sudah memikirkannya dengan matang" Seungkwan tau Mino ingin berkata apa. Dia tau sepupunya itu akan melarangnya.

"Aku tak pernah melarangmu melakukan apapun. Karena aku tau, sejak peristiwa itu kau berubah menjadi sangat dewasa dengan pengertian yang aku tak pahami. Kau memang tak menyulitkan orang lain. Kau mampu mengatasi semua masalahmu. Tapi aku mohon padamu Boo, kau tak perlu lagi menjadi dewasa. Kau berhak menjalani hidup seperti anak seusiamu. Kau berhak marah, menangis, tertawa" Mino meraih tangan Seungkwan dan mengusapnya lembut. "Biar Mira tinggal denganku. Kau cobalah melakukan apapun yang tak pernah bisa kau lakukan dulu" Seungkwan menatap Mata Hyungnya itu dengan lembut. Dia sangat ingin menangis sekarang. Tapi dia menahannya. Dia sudah terlatih untuk tak menunjukkan kesedihannya pada siapapun. Seungkwan hanya menganggukkan kepalanya.

"Aku tau kau sangat mengagumiku. Tapi tak perlu begini juga hyung. Sebaiknya kau berkencan sekarang hyung. Aku yakin tak ada yang bisa menolakmu. Kau sudah pandai bicara sekarang" Dengan pelan Seungkwan menarik tangannya dari genggaman Mino. Dia merasa risih dengan perlakuan Mino yang menatapnya intens sambil memegang tangannya. "Mira akan tetap aku bawa hyung. Aku sudah mendaftarkannya di sana.

To Be Continued

Bingung ya. Mana Vernonya. Ko ga nongol-nongol.

Vernon lagi sibuk nge-les-in bahasa inggris anak perawan orang wkwkwkw. Bayarannya lumayan katanya.


SERENITY [ VerKwan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang