Trauma

2K 240 7
                                    

"Eomma, tolong eomma" Anak kecil itu meringsuk dengan tubuh diikat pada pohon. Di depannya berdiri seorang pria yang sangat menyeramkan. Sedangkan dua ekor anjing terus saja mencakari tubuhnya yang berbau amis. Ya pria itu sengaja melumuri tubuh anak kecil itu dengan darah burung yang baru ditangkapnya.
Yang membuat anjing-anjing liar itu semangat menjilati tubuh anak berusia 8 tahun itu. Mereka juga mercakari kulitnya.

"Aku akan membuat karya seni pada tubuh mulusmu itu. Aku akan menjadi orang pertama yang membuat lukisan beralaskan kulit dan cakaran hewan dan tenang saja, aku akan menuliskan namamu di sana. Boo Seungkwan. Benarkan" Pria itu mengeja nama di pakaian seragam sambil menulisnya dengan pisau di salah satu pohon yang dekat dengannya. Dia menguliti pohon tersebut hingga berbentuk kotak. Ia lalu tersenyum dengan menunjukkan seluruh giginya yang sudah menguning. Seungkwan gemetar mendengar perkataan dan perbuatan pria di depannya itu. Dia membayangkan kulitnya akan dilepaskan dari tubuhnya. Seungkwan berusaha menarik salah satu tangannya agar terlepas dari ikatan dan berhasil. Dia mengusir kedua hewan itu menjauh dari tubuhnya dengan sebatang kayu yang ada di sekitar tempatnya terikat. Pukulan Seungkwan mengenai kepala salah satu anjing itu hingga anjing itu mengeluarkan suara khas anjing kesakitan. Hal itu membuat pria yang di mata seungkwan sangat besar itu marah. "Berani-beraninya kau menyakiti temanku" Pria itu menjambak rambut seungkwan dan memotongnya dengan pisau yang sudah berkarat. Seungkwan menahan teriakannya karena takut. "kau mau nasibmu sama seperti rambutmu ini" pria itu meniup rambut yang terpotong ke depan wajah Seungkwan. Seungkwan memejamkan matanya dan mulutnya. Lalu pria itu mengangkat pisau itu berniat menusuk seungkwan.

"Eomma" Seungkwan terisak sambil memanggil ibunya. Dia berharap ibunya datang menolongnya. Dia menatap pisau yang baru saja memotong rambutnya itu sudah mendekat ke tubuhnya. Walau dia tak ingin melihat pisau itu menusuk tubuhnya, Seungkwan tak bisa menutup matanya. Dia terus mengikuti arah pisau itu hingga tangan pria itu bergerak beberapa centi yang membuat mata Seungkwan makin membesar. Dia menahan nafasnya hingga membuat tubuhnya membeku.





Door



Seungkwan terkejut mendengar ledakan yang tiba-tiba itu dan makin terkejut saat tubuh pria yang hendak menusuknya itu terjatuh ke tubuhnya. Dia melihat jelas mata pria itu sangat menyeramkan. Tangan pria tanpa nyawa itu memeluk Seungkwan. Aroma tubuh pria itu sangat menusuk. Seungkwan terdiam dengan tatapan yang kosong. beberapa orang berseragam polisi mengangkat tubuh pria itu dan seorang lagi berbaju putih mendekati Seungkwan dan berusaha menyadarkan anak kecil itu namun tidak berhasil. Seungkwan tetap terdiam hingga dibawa ke rumah sakit, saat di mobil ambulan dia meringkuk ketakutan karena ruangan yang penuh dengan orang-orang yang sangat besar dan kaku. Dia takut orang -orang itu akan membunuhnya juga.


*****

"Benarkan anak ini adalah anak dari keluarga yang mengalami kecelakaan di dekat hutan itu" Seorang dokter pria dan juga masih muda datang dengan tergesa-gesa ke dalam ruang pasien tempat Seungkwan dirawat. Dia ingin memastikan anak yang menghilang dari mobil yang mengalami kecelakaan di dekat hutan adalah anak itu. Seungkwan sudah tertidur nyenyak akibat obat bius. Mereka tak punya pilihan lain selain membius Seungkwan. Karena anak itu terlihat ketakutan saat melihat orang. Mereka tau tubuh Seungkwan lelah. Namun karena perasaan waspadanya membuat Seungkwan enggan memejamkan matanya. Dia mengawasi setiap orang yang ada di dekatnya. Namun dengan cekatan salah satu dokter yang merupakan dokter spesialis anak berhasil menyuntikkan obat tersebut pada Seungkwan tanpa disadari oleh anak usia 9 tahun itu.

"Ia dok. Ini anak itu. Namanya Boo Seungkwan" Seorang dokter lain memberikan name tag Seungkwan kepada dokter muda itu. "Bagaimana keluarganya?" Semua mata tertuju pada satu orang.

"Tak selamat. Ibunya meninggal dua puluh lima menit lalu" Semua dokter dan suster yang ada diruangan itu menundukkan kepala mereka. Walau mereka sudah sangat sering menghadapi peristiwa kematian. Tetap saja hati mereka tak pernah terbiasa menerimanya. Perasaan duka dan iba selalu menggerogoti hati mereka.

"Anak ini akan mengalami goncangan yang berat. Selain karena ibunya yang meninggal, dia juga mengalami penculikan setelahnya. Aku tak tau apa yang akan terjadi setelah dia sadar nanti" seorang dokter spesial anak menatap dokter muda yang menangani ibunya Seungkwan.

"Kita harus melakukan sesuatu. Kau harusnya tahu bagaimana mengatasinya" Dokter muda itu berkata dengan Santai, seperti bicara pada orang seumurannya.

"Kita bisa mengatasinya. Namun memerlukan biaya yang tak sedikit. Aku memiliki kenalan seorang dokter spesial traumatik. Namun dia sedikit kikir. Dia tak memandang teman atau saudara. Dia hanya akan setuju untuk menangani jika harga yang dia sebutkan pertama kali disetujui. Jika tidak ya dia akan mengusirmu dengan sangat terhormat" dokter spesialis anak itu menatap dokter muda itu sambil melepaskan stetoskop berwarna kuning dari telinganya lalu melingkarkannya di lehernya.

"Pertemukan aku dengannya. Katakan aku akan memberikan lebih dari yang dia inginkan. Asal dia mampu menyembuhkan anak ini. Jika tidak, jangan harap dia menerima sepeserpun dariku" Dokter muda itu pergi begitu saja meninggalkan rekan kerjanya yang bingung.

"Ada apa dengan anak itu. Sikapnya tak seperti biasanya" Dokter spesialis anak itu menatap Boo Seungkwan yang tertidur nyenyak. "Semoga kau beruntung nak" Dokter itu juga pergi dari ruangan Seungkwan setelah mengusap kepala Seungkwan dengan lembut.

Eomma... Eomma...Eomma

To Be continued

SERENITY [ VerKwan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang