Kini aku memiliki masalah yang tak ingin kuselesaikan, yakni Setiap kali aku menutup mata yang terlihat adalah senyummu.
Hansol Pov
Entah apa yang ku pikirkan hingga aku dengan mudahnya membuat janji seperti itu pada Sofia yang pasti tak akan mau melepaskanku jika tak menepatinya.
Hari ini semuanya dimulai. Saat ini Aku sudah berdiri di depan gedung sekolah, tempat Sofia yang berniat menghabiskan masa remaja atau mungkin sampai tuanya dengan bermain guru dan murid berlangsung. Tentu saja aku menurutinya, tidak ada lagi pilihan. Karena frustasi, Aku berjalan mondar-mandir sambil menarik -narik rambutku. Kepalaku seperti ingin meledak rasanya."Aaargggg" Aku berteriak masih dengan tangan yang menarik-narik rambut, berharap rasa pusingku hilang.
"Kau baik-baik saja" Aku membelalatkan mata mendengar suara yang kini lumayan familiar di telingaku. Aku tak berani berbalik. Hingga tepukan kurasakan di pundakku.
"Ya. Aku masih baik-baik saja. Tapi mungkin sebentar lagi aku akan gila, Kwanie~" Aku berbalik dan berusaha tersenyum yang siapapun tahu bahwa senyumku benar-benar sangat dipaksakan. Aku dapat melihat wajah Seungkwan yang terlihat sedikit kaget.
"Tapi sepertinya saat ini pun kau tak terlihat baik-baik saja" Seungkwan bicara dengan nada yang datar sambil menunjuk ke atas kepalaku.
Pupil mataku terarah ke atas, mengikuti arah yang ditunjukkan Seungkwan. "Ahhh" Aku mengangguk menyetujui ucapannya. "Hanya perlu perbaikan sedikit. Kau ingin menjemput Mira?" Aku mengalihkan pembicaraan sambil merapihkan rambut dengan jari-jari tanganku.
"Hmm" Jawabnya singkat. Bahkan tanpa anggukan. Untung saja telingaku masih bagus. Jika tidak, aku akan mengulangi pertanyaanku hingga dia menjawab dengan lebih keras.
"Sebelum mereka keluar, aku ingin mengajakmu berjalan-jalan sebentar. Itu pun jika kau tak keberatan." Aku menundukkan kepalaku sambil menggaruk rambut yang tidak gatal. Tidak ada jawaban yang ku dapat atau aku memang tidak mendengarnya?
Karena penasaran aku meliriknya dengan hati-hati. Terlalu takut dengan respon yang akan di berikan Seungkwan. Bagaimanapun aku tak dapat melupakan peristiwa yang dialami Seungkwan, seakan aku mengalaminya sendiri. Jantungku tiba-tiba terpompa dengan cepat. Perasaan panik dan takut menyatu jadi satu. Bagaimana tidak, aku melihat tubuh Seungkwan yang memegang dengan kulit wajah yang memerah. "Kau baik-baik saja" Walau sebenarnya aku sangat cemas, tapi aku berusaha bersikap tenang. Aku mundur beberapa langkah, namun tanganku terangkat setengah, siap jika tubuh yang terlihat gagah namun rapuh itu jatuh. "Kau sangat diijinkan untuk mengatakan tidak jika memang kau tak mau" Aku benar-benar panik. Tubuhku terasa basah karena keringat. "Aku hanya bosan saja sejak tadi berdiri disini" Aku berusaha menjelaskan. Aku melangkah lagi ke belakang, hanya itu cara yang ku tahu agar dia tak ketakutan.
"Oppaaaa" Suara Seorang gadis kecil membuat Seungkwan refleks menggerakkan kepalanya ke arah suara itu. Aku melihat Seungkwan menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan teratur.
"Haaah" Aku menghela napas. Aku mengusap-usap dadaku, merasa lega. Sepertinya aku memang terlalu mudah membuat janji. Bagaimana aku bisa menghadapi pria dengan kepribadian seperti ini.
"Apa kau keberatan jika Mira ikut?" Apa-apaan ini! Apakah dia sedang bermain-main denganku atau apa? Jantungku baru saja pulih karena ketakutan dengan ekpresinya tadi. Tapi sekarang dia lagi-lagi membuat jantungku berdetak tak terarah karena syok atas kesediaannya terhadap ajakanku.
"K... K.. Kau ya..yaakin" Aku bicara terbata-bata. "Kau tak perlu memaksakan diri jika tak ingin" Aku yakin saat ini wajahku benar-benar menunjukkan ekpresi seorang pecundang dari pada wajah yang khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY [ VerKwan ]
FanfictionAku sudah lama menunggu hingga menyerah. namun saat aku melepas semuanya, Dia datang membawa penantian yang lain.