"OPPAAAA.. KAU TIDAK MENYISAHKAN SEDIKITPUN AYAM PEDASNYA?" Sofia melangkah dari dapur ke ruang tamu sambil berteriak. Tak lupa menghabiskan segelas susu yang sudah ia tuang ke dalam gelas sebelum mandi. Ia melempar sembarangan handuk yang sudah basa bekas mengeringkan rambutnya yang habis dikeramasi. Wajahnya terlihat sangat kesal. Sofia sudah lapar dan sudah sejak tadi membayangkan ayam pedas yang tanpa malu dibawa Kaka dari rumah muridnya itu."Bagaimana orang bisa berpikir untuk menyisahkan makanan selezat itu" Vernon bicara sambil menatap layar televisi seperti biasanya. Bertahan di channel tentang pengetahuan umum. "Lagi pula aku yang membawanya" Vernon mengeluarkan lidahnya untuk meledek Sofia. "Ahh..." Pria itu menepuk pahanya pelan. Wajahnya menunjukkan kalau dia menyesal. "Kenapa tadi aku tak membawa semua ayam pedasnya?" Dia bermonolog. "Tapi bagaimana aku bisa membawa semuanya saat aku liat Seungkwanie hanya makan sedikit tadi. Aku tak mau dia kelaparan nanti malam" Vernon terus bicara sendiri dengan tatapan tetap fokus pada layar televisi, namun pikirannya sudah di tempat yang baru saja mereka kunjungi. Sofia yang sudah siap menjambak rambut oppanya itu mengurungkan niatnya. Dia cukup termangu mendengar ucapan dari pria yang sudah bertahun-tahun dia kenal itu.
"Oppa. Bagaimana menurutmu tentang Seungkwan Oppa" Sofia menjatuhkan tubuhnya di sofa, tepat di samping kakanya. Ia sengaja mengusap-usap kepalanya agar air yang di rambutnya terbang kemana-mana dan tentu saja tujuannya adalah menghancurkan ketenangan Vernon. Vernon meraih rambut Sofia yang bisa digenggamnya lalu menariknya ke bawah dengan semangat. Membuat Sofia mendongakkan kepalanya ke atas. Sofia memukul lengan Vernon bertubi-tubi sambil menjerit-jerit. Vernon yang tak tahan dengan jeritan Sofia melepaskan rambut pirang panjang milik adiknya itu.
Setelah semua pertengkaran itu Mereka diam untuk beberapa saat. Sofia yang sibuk mengoleskan vitamin pada rambutnya dan Vernon yang terlihat sedang fokus melihat tayangan penangkapan kriminal yang lepas dari penjara.
"Oppa. Jawab pertanyaanku" Sofia sudah selesai mengurusi rambutnya dan bergabung untuk menonton tayangan yang di pilih oleh kaka laki-laki itu.
"Dia cukup manis" Tatapan Vernon tetap ke layar televisi namun pikirannya tertuju pada Seungkwan dan senyuman malu pria berpipi cabi itu. Memikirkan Seungkwan membuat Vernon tersenyum.
"Kau tak berniat menjadikannya kekasihmu?" Sofia berusaha memberikan stimulus pada Vernon, jika tidak begitu, kakanya itu hanya akan diam saja dan menunggu takdir. Pria blesteran itu merupakan pria yang sangat tidak peka. Dia sangat tak perduli pada sekitarnya. "Jika kau berminat, aku akan memberitahukan satu rahasianya padamu" Sofia mengamati mimik wajah Vernon dan dia mendapati wajah itu terlihat berubah mengkerut.
"Rahasia Seungkwan?" Vernon menatap Sofia masih dengan kerutan di dahinya.
"Ya. Rahasia yang membuatnya sering terjatuh seperti tadi. Seperti saat kau bersamanya di dapur" Sofia menarik turunkan alisnya dengan bibir yang di tarik ke samping membentuk senyuman sambil melihat ke arah kakanya. Sofia mengetuk-ngetuk ujung jari telunjuknya di hidung di hidung Vernon.
"Kau salah paham. Aku tidak melakukan apa-apa. Dianya saja yang tiba-tiba ingin jatuh" Vernon berpikir Sofia menuduhnya yang membuat jatuh Seungkwan. Vernon membentuk tanda X dengan kedua tangannya di hadapan Sofia. Mengisyaratkan bahwa pikiran Sofia salah. "Dia tiba-tiba saja bergetar dan banyak mengeluarkan keringan. Bahkan urat-urat di leher dan wajahnya dapat terlihat jelas. Dia benar-bener seperti orang lain untuk beberapa saat." Vernon membela diri. Dia tak takut Sofia memergokinya berduaan saja, yang dia takuti bahwa Sofia pikir Seungkwan sakit karena dirinya. Bisa habis dia dihajar Adik yang lebih sayang kaka orang lain itu.
"Tunggu dulu. Untuk apa kau mengintip kami. Kau pikir aku akan melakukan apa padanya? Ha" Vernon duduk tegak menghadap Sofia sambil bertolak pinggang. Namun bukannya penjelasan yang diberikan Sofia. Gadis itu malah tersenyum mesum.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY [ VerKwan ]
FanfictionAku sudah lama menunggu hingga menyerah. namun saat aku melepas semuanya, Dia datang membawa penantian yang lain.