I Don't Believe In Destiny

4.2K 345 5
                                    

"Cepat sedikit Seungkwan, pelanggan makin banyak saat ini" keadaan sangat kacau di sekitar Seungkwan yang sedang menggoreng cumi segar. Kedua tangannya tak berhenti bergerak menahan penggorengan dan menuangkan bahan-bahan yang dibutuhkan.

"Nde nde sajangnim" Seungkwan menjawabnya seperti tokoh di spongebob. Tak sedikitpun merasa tertekan.

"Kau ini benar-benar Boo" Orang yang tadi menegurnya hanya geleng-geleng kepala lalu meninggalkan tempat itu.

"Bagaimana kau bisa berani padanya Boo? Bahkan aku tak berani menatapnya saat Dia marah" Seorang pria yang juga sedang berhadapan dengan api dan wajan menatap sebentar pada Boo lalu kembali memperhatikan masakannya.

"Hhmmm. Aku hanya tau bahwa Dia pria yang baik" Seungkwan yang bermarga Boo itu tetap fokus pada masakannya dan sedetik kemudian dia tersenyum setelah mematikan api. Dia memajukan wajahnya sedikit untuk menghirup aroma masakannya dan seperti biasa. Dia puas akan hasilnya.

"Apa kau juga merasa Dia menyukaimu. Makannya kau melakukan apapun yang kau mau" Seorang pria lewat dari belakang Seungkwan sambil menyindirnya. Sorot matanya menunjukkan ketidaksukaannya pada pria yang sedikit berisi itu.

"Hhmmm. Atau karena kau menyukainya makannya kau selalu menunjukkan wajah menyebakkanmu itu padaku" Seungkwan membalas ucapan temannya itu dengan sangat santai. Dia menuangkan masakannya ke piring segi empat yang sangat antik.

"Kau" Pria itu hampir memukul Seungkwan jika saja dia tak melihat situasi di sekelilingnya.

"Cepat keluarkan hidangannya" Pria yang tadi dipanggil sajangnim oleh Seungkwan tiba-tiba datang lagi dengan gerakan yang sangat cepat dan melihat satu persatu orang-orang yang ada di sekitarnya.

"Nde sajangnim" Beberapa orang pria bergerak cepat meraih piring berisi makanan dan membawanya ke depan setelah melihat ke meja mana pesanan tersebut diletakkan. Sedangkan Seungkwan sudah asik dengan menu berikutnya. Dia sama sekali tak perduli dengan sikap pria yang tadi ingin memukulnya. Dia berpikir bahwa dia tidak punya kewajiban untuk menjelaskan sesuatu yang tak ada hubungannya dengan hidupnya. Dia tak pernah penasaran mengapa pria itu tak menyukainya. Karna dia pun tak berharap semua orang menyukainya.

***

"Apa kau tak merasa kau ini terlalu cuek Boo. Sifat seperti itu lebih banyak tak berdampak baiknya. Sebaiknya kau sedikit mengurangi sikap nasabodomu itu. Buat orang lain tak salah paham dengan sikapmu" Seungkwan sedang mengganti pakaian kerjanya saat seorang pria mendekatinya dengan wajah yang sangat serius.

"Lalu aku harus menjelaskan pada semua orang bahwa Mino hyung bersikap seperti itu padaku karna dia sepupuku. Karna Dia anak dari adik ayahku. Lalu orang lain akan membicarakan hal lain lagi. Lalu aku harus menjelaskan lagi." Aku tak yakin bahwa aku tipe orang bodoh seperti itu.

"Setidaknya jangan keluarkan kata-kata pedasmu itu. Kau membuat orang berpikir kau kejam. Kau tak sadar bahwa kau terlalu imut untuk berkarakter seperti serigala" Pria itu mendekati Seungkwan dan mencubit kedua pipi penuh lemak milik pria imut itu.

"Ya. Kim Mingyu. Lepaskan tanganmu ini. Atau aku akan membunuhmu" Seungkwan berusaha menarik tangan Pria bernama Mingyu itu dari pipi Seungkwan. Namun itu membuat pipi seungkwan makin tertatik dan terasa sakit. Ya, tenaga mingyu terlalu besar di bandingkan Seungkwan.

"What ? Kim Mingyu! Ya anak nakal. Kau memanggilku Kim Minggyu tanpa hyung. Apa kau ingin Ku telan ha" Mingyu memperkuat cubitannya di pipi Seungkwan dan kakinya berusaha menahan gerakan Seungkwan yang tak mau diam.

"Kau tak pantas di panggil Hyung. Aku melihatmu menangis kemarin. Dasar cengeng" Cubitan di pipi Seungkwan mengendor lalu terlepas. Seungkwan melihat wajah Mingyu berubah menjadi sedih. Seungkwan belum menyadari ucapannya hingga Ia melihat Mingyu duduk di pinggir bangku panjang dan menutup wajahnya dengan satu tangan.

"Mingyu Hyung. Gwenchana." Seungkwan bingung dengan perubahan ekpresi Mingyu. Ia tak tau apa yang sedang terjadi pada hyungnya itu. Memang Dia melihat Mingyu menangis, namun keadaannya saat itu sedang mabuk. Dan bagi Seungkwan yang sangat sering melihat orang mabuk di restorannya merasa hal yang dilihatnya itu biasa saja. Dia tak pernah ambil pusing untuk sekedar ingin tau, apa yang membuat Mingyu menangis saat mabuk. Menurutnya, mencampuri urusan orang lain adalah hal paling rumit baginya.

"Mingyu hyung "Seungkwan menggoyang tubuh Mingyu dengan ekpresi bingung.

"Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Tapi pasti percuma mengatakannya pada padamu. Kamu tak akan mengerti dan tak perduli" Mingyu memajukan bibirnya membuatnya terlihat sangat menggemaskan jika dilihat orang lain. Namun sayangnya dia hanya menunjukkannya pada Seungkwan yang memiliki hati dingin.

"Jelas. Untuk apa aku perduli padamu. Toh hanya kau yang mampu menyelesaikan urusanmu." Seungkwan mengatakannya dengan santai sambil merapihkan lokernya. Namun perkataannya membuat Mingyu sadar akan sesuatu.

"Kau memang memiliki mulut yang jahat. Namun bonusnya kau juga memiliki kata-kata yang selalu tepat untuk menasehati orang" Mingyu kini teraenyum sambil mencubit pipi Seungkwan sekali lagi. Ia melihat wajah Seungkwan yang sudah merah, namun tak berniat sedikitpun untuk melepaskannya. Mingyu berpikir bahwa perkataan Seungkwan benar. Semua masalah hanya mampu diselesaikan jika si pemilik masalah mau menyelesaikannya.

"KIM MINGYUUUU" Akhirnya Mingyu melepas kedua kulit tebal di pipi Seungkwan dan lari dengab cepat. Di susul Seungkwan yang sudah naik darah. Mereka tak menyadari seseorang sangat kesal melihat kedekatan mereka.

To Be Continued


SERENITY [ VerKwan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang