I never knew how heavy your burden, because all this time I was only thinking about my burden .. Miane .
"Mira-yah"
Setelah menggendong Mira ke dalam ruang kerja, Jihoon mendudukkan gadis itu di kursi empuk tempatnya biasa duduk mengerjakan laporan-laporannya. Jihoon mengelus kepala Mira dengan lembut, ia pun bicara selembut mungkin.
"Jika kau ingin mengatakan sesuatu, kau boleh mengatakannya padaku. Aku berjanji hanya aku dan kau yang boleh mengetahui rahasia ini" Jihoon benar-benar berusaha bicara selembut mungkin, ia tak mau melepaskan kesempatan ini. Sudah lama ia ingin membuat Mira bicara. Ia ingin tahu apa isi hati gadis berusia 7 tahun itu. Ya, untuk ukuran anak TK memang Mira sudah terlampau tua, namun untuk ukuran anak-anak, pikiran Mira sudah sangat dewasa. Namun bagaimanapun pandainya Mira, Seungkwan tahu bahwa Mira belum siap dimasukkan ke sekolah dasar karna selama ini dia tidak pernah bersosialisasi. Itulah yang membuat Seungkwan mendaftarkannya ke sekolah taman kanak-kanak. Tubuh Mira yang kecil mendukung untuknya menjadi anak TK yang manis dan cantik.
"Aku tidak ingin Oppa memaksakan dirinya. Aku tidak ingin Oppa menderita" Mira duduk dengan tegak. Tubuhnya tak bergerak sama sekali. Mira bicara tanpa menatap lawan bicaranya, pandangannya lurus ke depan.
"Sonsaengnim, aku tak mau Oppa terus-terusan sakit" Pandangannya kabut karena air mata yang tertahan. Ia menggigit bibirnya agar tidak ada isakan yang keluar dari bibirnya. Ia berusaha menahan air matanya, namun bendungan itu selalu penuh dan akhirnya berjatuhan tanpa isak, tanpa jeritan khas anak kecil.
"Mira-ya. Jika kau mau menceritakan sedikit saya tentang kalian, aku akan menceritakan sesuatu yang aku ketahui tentang kalian" Jihoon mengelus lembut kepala Mira untuk kedua kalinya. Ia jarang sekali melakukannya, karna dia juga merupakan orang yang tertutup. Ia tak terlalu suka bicara dengan orang lain tentang kehidupannya, kebiasaan itu membuatnya menjadi orang yang sulit mengatakan apapun pada sorang lain. sifat itu ada pada Mira. Gadis yang sangat pendiam ini pun pasti memiliki banyak hal yang ingin dikatakan namun tidak bisa. Ia menyimpannya untuk dirinya sendiri. Dia duduk di depan gadis kecil itu hingga tubuhnya lebih pendek dari Mira. "Bagaimana" Jihoon tersenyum. Senyum pertamanya untuk orang lain selain Dokyeom.
"Kau tahu tentang kami" Mira masih bertahan dengan tubuh tegaknya. Namun kepalanya sedikit menunduk, menatap pada mata kecil kepala sekolahnya itu. Ia mengedipkan kedua matanya karna air yang menumpuk membuat pandangannya tak jelas dan ia berusaha mencari kebenaran dari ucapan Jihoon.
"Tentu saja, aku tau sedikit mengenai kalian. Namun aku tak bisa mengatakannya jika kau tak memberitahuku apa yang kau ketahui" Jihoon menggenggam kedua tangan gadis kecil itu. Sebenarnya Dia sudah sedikit lelah karena posisi duduknya, namun demi melihat respon Mira, ia menahan tubuhnya. "Aku tak bisa mengatakan apapun jika kau tak mau mengatakan apa yang membuatmu menolak pelukan kakamu. Namun jika kau beritahu aku sesuatu, maka aku berjanji aku akan membantumu. Membantu kakakmu" Jihoon menjulurkan jari kelingkingnya dan menyelipkan nya di jari kelingking Mira, lalu ia sendiri yang menggerakkan tangannya untuk meraih ibu jari Mira agar menempel di ibu jari ya.
"Kau bisa membantu Oppa" Mira benar-benar menunjukkan ekpresi yang sangat lain. Ia sangat lantang saat mengucapkan kalimatnya, mengharapkan jawaban ya dari pria yang ada di depannya itu.
"Tentu, kita akan saling membantu. Bukankah selama ia gurumu mengajarimu saling bekerja sama. Kita akan sama-sama berusaha membantu Oppamu" Jihoon pun bersikap yang sama. Ia lantang mengucapkan tiap kalimatnya. Meyakinkan Mira, bahwa ia memiliki semangat yang sama dengannya.
"Oppa tak bisa disentuh orang lain bukan karna dia sombong. Oppaku sangat baik. Dia orang yang ramah. Dia orang baik. Oppa sangat baik..hiks..hiks" Mira akhirnya mengeluarkan tangisannya. Jihoon yang merasakan rasa sakit dalam tangisan gadis itu segera berdiri dan merangkul murid paling pendiam nya itu. Jihoon orang pertama yang dipercaya Mira. Dia merasa nyaman dipelukan pria dengan postur tubuh kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY [ VerKwan ]
FanfictionAku sudah lama menunggu hingga menyerah. namun saat aku melepas semuanya, Dia datang membawa penantian yang lain.