|
❤🌞🍉
D u a p u l u h
L i m a|
Pulang ke Seoul naik kereta adalah ide yang selalu terdengar bagus untuk Irene. Dia suka kereta dan bunyi mesinnya. Aneh, memang. Tapi Irene suka suasana kereta dan orang-orang yang ada di sana.
Entah kenapa setiap detik di kereta terasa begitu berharga. Mungkin karena banyak penumpang yang ingin pulang melepas rindu pada rumah mereka masing-masing.
Tapi entahlah dengan antusiasme Vante. Anak ini malah tidur bersandar di bahu Irene sekarang.
Dan Irene memang membiarkannya. Anggap saja syukuran karena pria ini sudah tidak marah.
Irene memutar kepala pada jendela. Langit pada jam ini adalah favoritnya. Orang-orang menyebutnya golden hours. Dan sebutan cantik itu memang cocok sekali.
Langitnya berwarna ungu gradien yang tercampur dengan hamparan kapas warna merah jambu, belum lagi bias cahaya matahari berwarna jingga yang menambah estetika di indera penglihatan Irene.
Irene merogoh tas bahunya, hendak meraih kamera ponsel. Beberapa guncangan di bahu Irene nampaknya membuat Vante terjagaㅡmembuat Irene berhenti bergerak karena merasa sedikit bersalah.
"Oh, kamu terbangun."
Vante mengerang pelan, berkata dengan suara serak yang lucu, "Kamu sih, menganggu."
"Daripada tidur, lihat, deh. Kesukaanmu. Langit sore."
Vante menurutㅡtumben.
Ia ikut memutar pandangannya seperti Irene. Mulutnya sedikit bergerak
"Wah, gila. Ini sih langitnya tampan banget kayak aku," kata Vante sambil menyengir.
Mata mereka jadi bertemu. Ada sesuatu yang tak biasa di sana. Bola mata Vante mendadak jadi sangat menarik dan Irene ingin melihat sebuah senyuman di wajah pria itu. Tapi yang Irene lihat di bola mata Vante malah pantulan dirinya sendiri yang tersenyum.
T-tunggu, kenapa Irene malah tersenyum bodoh seperti itu?
Irene menggelengkan kepalanya dan berusaha mengalihkan fokusnya. Tiba-tiba Vante membuat jantungnya berdegup saat berkata dengan mata dan intonasi serius;
"Boleh tidak aku menciummu?"
Irene gagal.
Seperti ada yang memukul gong keras-keras di jantungnya. Debarannya semakin kencangㅡakibatnya atensi jadi penuh diberikan untuk Vante. Ia hanya mengerjap, kombinasi dengan tatapan panik.
Sesuatu dalam diri pemuda itu membuat Irene mengangguk panik.
"...y-ya?"
Irene menatap lama Vante dengan jantung yang berdegup kencang. Di kepalanya ia panik, bingung harus melakukan apa. Dan anehnya, di sana Vante masih menatap mata Irene.
Sebentar.
Irene harus memejamkan mata dulu, ya? Apa wajahnya harus condong? Terus? Lalu tangannya kemana? Pegang apa?
Kepalanya serasa diputar-putar. Ia malu sekali.
Jemarinya meraih kerah jaket Vante dan baru mau saja mencondongkan wajah. Akan tetapi, Vante lebih cepat dan lebih dulu mencium gadis itu dan melumat bibirnya dengan lembut. Irene memejamkan matanya dan membalas ciuman tersebut. Saat bibir mereka bertemu, napas Irene serasa berhenti dan degupan jantungnya semakin tak karuan. Bibir Vante terasa hangat, lembut, dan juga dalam. Sekonyong-konyong semua kata yang berarti indah mengisi hati Irene saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Summer Flavor | salicelee.
Fanfiction《COMPLETE》 《FOLLOW SEBELUM BACA! DIPRIVATE. 🔒》 Image Irene Bernice sebagai Ambasador Kampus hancur seketika! Semua gara-gara mahasiswa bernama Victorius Vante Kim yang menciumnya karena sebuah sticky notes bertuliskan "1 treat = 1 kiss" yang entah...