|
❤🌞🍉
D u a p u l u h
E m p a t|
Tolong.
Irene menapakkan kakinya dengan tergesa-gesa. Langkah kakinya semakin cepat berderap sehabis tiap kali ia melirik jam tangannya. Tak peduli sudah berapa orang yang ia usir lewat dorongan tangan, di kepalanya hanya ada satu kalimat yang tertanam bagai doa.
Tolong jangan pergi dulu.
Irene berlarian kesana kemari, menubruk orang asing secara asal dan tak mengindahkan apapun. Beberapa menit kemudian ia berhenti dengan napas tak beraturan diiringi adrenalin yang berpacu cepat. Sudah 20 menit ia berlari seperti orang bodoh di stasiun kereta.
Astaga. Kau dimana?
Harus kemana kakinya melangkah supaya ia bisa menemukan sesosok Vante yang tengah berbaur di lautan manusia?
Dari banyaknya stasiun dan kereta bagaimana ia bisa tahu kereta nomor berapa yang akan Vante naiki?
Mustahil sekali. Apalagi pria itu tidak mengangkat panggilannya sejak tadi. Dan tahu apa? Telepon Vante dinonaktifkan.
Astaga. Irene hampir gila dibuatnya.
Irene ingin menyerah saja, sungguh. Tapi mendadak sebuah suara menyadarkan dan memberinya secercah harapan. Kepalanya mendongak perlahan.
[# Kepada pengunjung yang terhormat, kereta A036 menuju Busan telah sampai. Silahkan masuk ke dalam kereta sesuai nomor kursi pada tiket.
Selamat menikmati perjalanan Anda. #]
Gadis itu langsung berlari secepat mungkin ke ruangan asal suara. Mendobrak masuk tanpa izin meski dihalang oleh penjaga. Setelah berhasil menyelip, ia mengunci ruangan."Maafkan aku. Ijinkan aku menggunakan ini," Irene menggeser sang penyiar perempuan dengan paksa.
"Nona! Kau bisa membuatku dipecat!"
"Sebentar saja. Aku yang bertanggung jawab penuh," Irene asal bicara. Padahal ia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya dengan keadaannya sendiri.
Heiㅡ Sejak kapan Irene Bernice bertindak seimpulsif ini?
Ini jelas sebuah kenekatan dan kegilaan yang tak bisa dijelaskan nalar.
Irene mempersiapkan diri untuk duduk. "Aku harus melakukannya, jikalau tidak, aku akan menyesal."
"Ya Tuhan! Lantas aku harus apa di sini?!"
"Kau pura-pura pingsan saja sana," balasnya asal.
"Kalau aku dipecat bagaimana kau akan mengembalikan pekerjaanku, huh?"
"Sulap."
"Nona! Kau ini sudah gila, ya?"
"Bantu aku. Diam 1 menit saja. Astaga," Irene mencebik. "Dan itu benar. Kau tidak mau dibekap orang gila, 'kan?"
Sepertinya ia benar-benar kehilangan akal sehatnya.
Irene menekan tombol ON AIR yang tertera di sana. Kemudian mencondongkan wajah pada microphone.
○○○Vante sedang mencuci tangan di wastafel. Samar-samar mendengar riuh rendah pengunjung, ia pun menengadahkan leher, ikut mencari tahu apa yang tengah dibicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Summer Flavor | salicelee.
Fanfiction《COMPLETE》 《FOLLOW SEBELUM BACA! DIPRIVATE. 🔒》 Image Irene Bernice sebagai Ambasador Kampus hancur seketika! Semua gara-gara mahasiswa bernama Victorius Vante Kim yang menciumnya karena sebuah sticky notes bertuliskan "1 treat = 1 kiss" yang entah...