3: Rasa Penasaran

2.7K 631 25
                                    


|

❤🌞🍉

T i g a

|








CHU Mart
Seoul, Apgujeong

Di tempat ini Irene bekerja paruh waktu. Irene dengan cekatan membereskan rak kategori biskuit dan camilan. Rambut hitam bergelombangnya selalu ia ikat satu ke atas sebelum akhirnya ia berdiri di depan meja kasirㅡmenunggu jika ada pengunjung yang datang lagi.

Sembari menunggu shift malam yang hampir selesai, ia membaca buku pelajaran saat tak ada yang datang. Terkadang ia terlelap sejenak ketika membaca. Namun saat bel pintu berbunyi, ia bisa segera berdiri dan fokus melayani pelanggan yang masuk.

Ketika pergantian shift, supervisor toko akan menghampiri meja kasir, menghitung dan memastikan total pendapatan sesuai dengan yang diinput ke dalam monitor.

Di menit itu, seorang berhoodie hitam masuk dan mencari minuman di depan lemari pendingin besar.

Pria misterius itu berdiri agak lamaㅡ belum bisa menentukan produk mana yang ingin dibelinya.

"Irene!"

Supervisor toko memanggil, begitu menyadari bahwa uang di dalam laci kasir lebih sedikit nominalnya dibanding yang seharusnya. Kurang 75.000 won.

Mulut Irene sedikit ternganga tak percaya.

Ia mengambil alih uang yang berada di tangan atasannya dan membandingkan dengan output yang berada di monitor.

Dan benar saja, nominalnya memang tidak sesuai.

Astaga, Irene sangat tidak mengerti dengan hari ini. Kesialannya seperti berlipat ganda! Ia pasti ceroboh tadi.

Kehilangan 75.000 won sama saja dengan gajinya untuk bekerja full-time selama 3 hari!

Banyak hal yang lebih baik yang bisa Irene manfaatkan dengan 75.000 won itu;
Uang jajan adiknya, Jennie, atau yang sedang mendesak bulan depan, biaya foto yearbook Jennie yang kini sedang menempuh pendidikan junior tingkat akhir.

Tiba-tiba saja sebuah jari telunjuk mengetuk-ngetuk meja kasir. "Permisi."

Suara serak itu membuat Irene dan supervisornya menoleh. "... aku menemukan ini di tangan bocah yang baru saja keluar dari sini," dan pria dengan hoodie hitam tadi mendorong uang sebanyak 75.000 won di atas meja kasir.

Dengan dahi berkerut, Irene menatap kosong setumpuk uang itu.

Tidak ada bocah yang kemari tadi.

Supervisor Irene pun membungkuk malu karena membuat kericuhan di depan pelanggan. Irene hanya mengikuti gestur tersebut dengan kikuk.

Tanpa membuka tudung hoodie dan maskernya, pria itu mendorong minuman soda ke arah Irene sambil terbatuk kecil. "Uhuk. Ini.. tolong ditotal." Suara beratnya tidak tertutup sepenuhnya meski serak.

Sembari memindai kode bar pada kaleng soda dengan CT Scan, Irene mencuri-curi pandang kepada pria itu.

Entah mengapa Irene terasa familiar dengan kehadirannya.

"Terima kasih. Silahkan datang kembali," Irene mengulas senyum tulus setelah selesai mengurus belanjaan si pria misterius.

Dibalik masker yang dikenakan pria itu, Irene yakin bahwa bola mata pria itu menatapnya sambil tersenyum. Pria itu mengangguk sambil berdeham.

Sedang sakit. Tapi malah membeli soda.

Irene mengernyitkan dahi. Sepertiga khawatir, sepertiga heran, dan sepertiga bimbang.

Akhirnya, ketika bahu lebar si pria mulai menghilang dari pandangan, Irene dengan segera mengambil segenggam produk obat batuk sachet dan sebotol minuman mint dengan cekatan.

Usai memasukkannya ke dalam paper bag motif kartun kelinci miliknya, ia berlarian keluar dari toko untuk mengejar pelanggan tersebut.

Dengan napas tersengal-sengal, ia bersahut lumayan keras supaya yang dimaksud memberinya atensi, "Permisi!"

"Halo, Permisi!" Ulangnya.

Pria itu menoleh dan memfokuskan pandangan kepada Irene yang sedang berlari tergopoh-gopoh.

Irene menyodorkan paper bag pink kepada si pelanggan yang hanya berdiri kebingungan di depannya.

"Anggap saja ini tanda terima kasihku. Aku tahu ini tidak seberapa dibandingkan bantuanmu tadi. Aku akan mengganti uangmu suatu hari nanti. Jadi, jaga dirimu dan..."

Menahan ucapannya, Irene menggantung paper bag tersebut di antara ruas jari panjang dan besar yang dimiliki pria itu. Tangan Irene terlihat mungil apabila dibandingkan.

"A-aku ambil sodamu."

Irene berkata sebelum menukar kaleng soda dengan jumlah uang setimpal di telapak tangan pria itu. Lalu melesat pergi.

"C-cepat sembuh." []

___________

[Cerita Summer Flavor sudah tamat. Sebagai pembaca yang budiman, harap meninggalkan jejak 👍]



✔ Summer Flavor | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang