|
❤🌞🍉
T i g a
b e l a s|
"Itu pasti mereka!"Irene terlihat sangat antusias. Apalagi ketika sosok Dean muncul di balik daun pintu, dan saat si satpam itu tersenyum selebar-lebarnya untuk memamerkan lesung pipitnya.
Padahal Dean tidak bermaksud pamer. Seseorang hanya 'sensitif' melihat situasi ini.
Menurut Vante, Irene terlihat terlalu bahagia di depan satpam itu.
"Kaaak!" sahut seorang gadis yang terlihat jauh lebih muda dibandingkan mereka bertiga. Bisa dipastikan, itu adalah Jennie Bernice, adik Irene.
Aura yang dipancarkan Bernice bersaudara berbeda. Lain dengan Irene yang cocok dengan warna-warna dewasa seperti netral dan pastel, Jennie memiliki aura ceria seperti warna primer, terutama kuning.
"Ayo masuk," ajak Irene tanpa melepas pelukan erat pada bayi besarnya, Jennie.
Tapi tidak juga. Menurut Vante, yang mirip bayi itu Irene.
Lihat saja, wanita umur 20 tahun mana yang pakai kaos kaki warna-warni motif sushi sembari bergelantungan pada leher adiknya dengan wajah sumingrah begitu?
Baru kali ini Vante lihat Irene yang tersenyum seperti itu.
Kepada Dean yang baru saja memasuki ruang tamu, Vante memberi sapa dengan menaikkan alisㅡseolah-olah ingin menyampaikan: Iya, saya tinggal di sini. Anda kaget?
Dan semakin melebarkan senyum saat melihat Dean terkejut seperti kedapatan melihat hantu.
Ekspresi Dean terbaca jelas: kenapa ada makhluk ini tinggal bersamamu, Irene?!
Seolah mengerti raut wajah Dean, Irene tersenyum kikuk, "a-aku ceritakan nanti. Yang pasti, ini tidak seperti apa yang kau pikirkan."
Baiklah, mendengar Irene yang berusaha memberi penjelasan pada Dean membuat Vante bertanya-tanya. Memangnya hubungan mereka apa? Sampai harus menjelaskan hal seperti ini?
Cih, dasar nona majikan dengan satpam-tak digaji-nya.
Irene menyikut belakang kepala Vante, "sapa mereka," bisiknya.
Vante mendengus malas. Sembari berdiri dengan satu tangan di kantong, ia mengangkat tangan, "Hi," Vante berucap lalu mengembangkan senyum lebar sampai giginya terlihat.
Jennie memberi respon baik, tapi tidak dengan Dean. Dean hanya berjalan melewatinya seolah-olah Vante tidak ada.
"Satpammu sepertinya tidak suka padaku," bisik Vante kepada Irene.
"Kan memang tidak ada yang suka padamu di sini."
Vante mengangguk, "betul juga."
Keempatnya bergabung di meja makan dan mulai menyantap hidangan yang sedari pagi disiapkan Irene. Jennie terus membuka percakapan sejak awal bokong mereka menempel di kursi. Tapi Vante tidak terlalu mengindahkan atau mengikut alur cerita Jennie. Atensinya berpaku, pada Dean yang sibuk memotong kecil-kecil daging sapi untuk Irene, dan pada Irene yang bersemu.
"Ha-ha," Vante tertawa hambar, mengundang tanya dari yang lain.
Siapa sangka ternyata Irene Bernice bisa punya waktu untuk menyukai lelaki. Dengan setengah tidak percaya, Vante menggeleng-gelengkan kepala, takjub.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Summer Flavor | salicelee.
Fanfiction《COMPLETE》 《FOLLOW SEBELUM BACA! DIPRIVATE. 🔒》 Image Irene Bernice sebagai Ambasador Kampus hancur seketika! Semua gara-gara mahasiswa bernama Victorius Vante Kim yang menciumnya karena sebuah sticky notes bertuliskan "1 treat = 1 kiss" yang entah...