"Terima kasih Hyung sudah membukakan pintunya." Ujar lelaki yang hampir setengah jam terkurung bersamaku pada lelaki yang menubruk bahuku tadi.
Tatapan dingin dari lelaki berkulit putih itu terlihat menusuk bagiku. Dia mematikanku dengan tatapannya, pasalnya aku dibuat mati berdiri disini.
"Bagaimana bisa ada seorang perempuan masuk ke dalam sini?" Tanyanya dengan nada yang tidak senang, "Apa kau berulah lagi?" Tanya lelaki berambut white blondie itu pada temannya.
Berulah? Lagi? Apa maksudnya?
"Tidak, aku sedang menahannya untuk saat ini. Dia sepertinya salah kamar, nomor kamarnya sama seperti kamar kita hanya saja dia masuk dibagian laki-laki." Jelasnya.
Ya, itu memang benar! Aku sudah memberi tahunya tadi, jadi tentu tak akan ada salah paham lagi antara aku berdua dengan Jimin Sunbaenim -nama lelaki yang berada sekamar denganku sekarang.
Aku terlihat canggung dan membungkukkan tubuhku pada kedua seniorku -sepertinya. Lalu bergegas pergi dari sana.
"Ini peringatan terakhir, ingat!" Penuturan dari orang yang sama itu sedikit terdengar ditelingaku, tapi aku tak peduli dan kembali bergegas mencari kamarku yang benar-benar memang kamarku.
Aku berterimakasih pada Tuhan karena lelaki tadi tidak macam-macam padaku, bahkan dia bilang akan memakai bajunya kembali jika temannya datang, dia khawatir takut temannya akan salah sangka melihat kami berdua didalam kamar dengan keadaan dia yang sedang membuka baju, ah maafkan aku Jimin Sunbaenim, kau harus memakai bajumu lagi dan tidak jadi mandi karena aku, aku menunda aktivitasmu.
Dan ya, aku menemukan kamarku seperti apa yang Jimin Sunbaenim beritahu tadi, kuharap ini benar kamarku karena nomornya sesuai.
Kali ini aku perlahan membuka pintu kamar itu, dan ada tiga orang gadis disana sedang membereskan baju-baju mereka.
"Eo?" Kaget salah satu gadis saat melihat aku yang memasuki kamar itu.
"Annyeong haseyo?" Sapaku dengan suara yang amat kecil bisa dibilang asmr saja sambil membungkukkan tubuhku menyapa mereka.
"Annyeong." Sapa ketiganya, mereka terlihat ramah, humble dan friendly sepertinya aku tidak bisa mengabaikan mereka.
"Kim Dahyun?" Tebak salah satu gadis itu sambil menunjuk ke arahku.
"Iya, aku Kim Dahyun." Jawabku sambil sedikit tersenyum padanya.
"Senang bertemu denganmu, aku Park Jihyo, ini Son Chaeyoung dan dia Chou Tzuyu." Jihyo, dia menjabat tanganku dan memperkenalkan yang lainnya padaku, baik sekali.
"Hai Dahyun." Sapa Tzuyu ramah yang masih menggenggam sebuah meni-pedi kebutuhan pribadinya.
"Hai Tzuyu."
"Kau terlambat? Kenapa kau baru datang?" Tanya Chaeyoung padaku.
"Tidak, hanya saja tadi aku sedikit tersesat." Sahutku lalu menaruh ransel besar yang sedari tadi aku bopong menuju kemari.
"Kau wangi sekali, ini tercium familiar, parfummu sama seperti Kim Taehyung Sunbaenim? Apa namanya?" Seru Chaeyoung yang mencium aroma tubuhku.
Ya, jika dipikir-pikir tadi aroma kamar Jimin Sunbaenim memang sangat menyengat dengan aroma citrus ini. Aku harus menjawabnya apa? Sedangkan aku tidak kenal dengan orang yang dia sebutkan tadi.
"Kim Taehyung? Siapa dia?" Tanyaku tak yakin.
"Kau tidak tahu? Sayang sekali, tapi jangan tahu, nanti kau suka hehehe." Sahut Jihyo begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disorder✔
Fanfiction⚠⚠Mature Konten⚠⚠ "Mencintaimu adalah suatu kejadian yang terjadi diluar akal sehatku!" Orang tua memang kadang selalu berkehendak semaunya tanpa mengerti perasaan anak-anaknya, termasuk Ayah dan Ibu Kim Dahyun. Gadis malang itu terpaksa melanjutka...