Aku menangis terisak di sebuah ruangan sambil membaca selembaran kertas berisi beberapa bait ayat, berharap Tuhan mendengar seruanku. Aku berterima kasih untuk yang kesekian kali pada-Nya.
Saat terjebak bersama Jimin aku dibuat utuh tak tersentuh sama sekali, lalu Taehyung membantuku dari si psikopat Daisy, Yoongi menolongku saat kelaparan dan ketakutan, dan sekarang Jungkook membebaskanku walaupun bersifat tak sementara setidaknya aku bisa hilang bersembunyi dari depan wajahnya.
Hiks
Aku masih dengan isakanku.
Aku tahu maksud Jungkook Sunbaenim, dia tidak ingin semua orang tahu dengan sisi gelap grup mereka. Maksudku, sisi gelap dari beberapa anggotanya, karena ini akan menghancurkan grup itu lebih tepatnya masa depan mereka, padahal mereka semua menanti debut. Tapi kau tak perlu membuat orang menjadi takut dengan hal segila itu, aku orang yang tertutup tentu aku takkan memberitahu soal ini pada siapa pun walaupun aku sendiri masih terkejut, dibalik wajah tampannya ternyata, ah sudahlah! Aku tak ingin membahasnya lagi.
Tapi bagaimana cara untuk kabur darinya nanti? Sekarang aku juga harus kembali ke kelas karena aku sudah berbolos satu jam pelajaran Matematika tadi.
Aku keluar dari ruangan ini dengan mata yang sembap, aku tentu tak mau terlihat mengkhawatirkan, aku bahkan belum sampai ke perpustakaan seperti tujuanku diawal. Tapi aku mendapat pesan singkat dari teman sebangkuku -Park Jihyo.
Dia menanyakan aku di mana dan apa yang kulakukan tapi selanjutnya dia bilang kelas tidak belajar apapun karena baru pengenalan saja, tentu ia merasa bosan dan mengantuk karena tidak ada teman mengobrol.
Baiklah kalau begitu aku tak akan kembali ke kelas dan akan pergi ke perpustakaan seperti tujuanku sebelumnya, yang sebelum membawaku ke ruangan ini menangis dan semacamnya.
Aku melangkahkan kakiku menuju ruangan yang ingin aku kunjungi sekarang, tapi kakiku tak mau berjalan. Dia lebih memilih membawaku terdiam mematung, kali ini apa lagi yang aku lihat sendiri.
Sebuah aksi di mana lelaki dengan rambut bewarna putih blonde yang tak asing di mataku terus menendang habis seseorang yang terkapar lemah tak berdaya dan aku tak sempat mengenalinya karena dia merengkuk kesakitan di lantai lorong yang dingin ini.
Aku mengerjapkan mataku seolah aku tak percaya dengan semuanya, aku tak percaya pada orang-orang ini. Mereka semua sialan! Mereka semua mengerikan dan sebuah keberuntungan karena aku tak dihabisi seperti itu karena sebuah Kimbap kadaluwarsa saja.
Tentu setelah puas menghabisi lelaki itu, dia pergi dari sana tanpa melihatku sama sekali padahal aku sedang berdiri tak jauh dari mereka.
Yang lebih anehnya lagi adalah dia memukul teman satu grupnya yang bukan lain adalah Park Jimin yang beberapa saat jam yang lalu akan menyerangku. Aku rasa dia memang pantas mendapatkan itu, tapi apa yang terjadi?
Merasa tak peduli dan acuh, itu seharusnya yang aku lakukan apalagi mengenai ia yang hampir menghabisiku bersama Jungkook tadi.
Tapi aku dengan bodohnya tanpa berpikir panjang, karena rasa tak tegaku sudah meruak ke dalam semua hati bahkan egoku akhirnya aku bergegas mendekati Jimin dengan khawatir.
Bodoh kan? Harusnya aku tinggalkan saja dia selagi tak melihatku, ini sama saja seperti aku menjeburkan diri ke dalam sumur berlintah.
"Su-sunbae! Kau tak apa-apa?" Itu yang aku lakukan padanya, tapi ini tak buruk karena aku juga harus berterimakasih bukan, tentang saat di mana dia tak melakukan apapun padaku ketika terjebak didalam kamar yang tertutup. Anggap saja rasa peduliku karena aku berterima kasih padanya, tapi aku terlalu baik sepertinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/162762189-288-k600725.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Disorder✔
Fiksi Penggemar⚠⚠Mature Konten⚠⚠ "Mencintaimu adalah suatu kejadian yang terjadi diluar akal sehatku!" Orang tua memang kadang selalu berkehendak semaunya tanpa mengerti perasaan anak-anaknya, termasuk Ayah dan Ibu Kim Dahyun. Gadis malang itu terpaksa melanjutka...