18. Winter

595 102 10
                                    

Sebuah pergerakan benda diluar ruangan membuatku terbangun dari tidurku, tentu aku yang sadar langsung mengerjapkan mataku dengan cepat.

"Siapa disana?" Tanyaku saat sudah mendudukkan diri di kasur yang jelas memang bukan milikku ini.

Ctak

Seseorang tiba-tiba saja menyalakan saklar lampu kamar yang sudah sangat dingin ini, di mana aku masih berusaha membungkus diriku dengan selimut tebal.

Terlihat disana Yoongi Sunbaenim yang sudah rapih dengan seragam dan baju hangatnya menatapku sampai sebegitu kesal.

Entah apa yang sudah terjadi padanya?

"Sunbaenim, ada apa?" Tanyaku pura-pura perhatian padanya.

"Bisa-bisanya kau!"

"Apa?" Tentu kali ini aku bertanya karena takut, bukan karena hal lain.

"Bagaimana bisa kau menyalakan air conditoner sedingin ini? Kau mau meninggalkanku karena hipotermia?" Protesnya seraya mencari remot AC yang sudah kutaruh entah di mana semalam.

"Aku juga tidak tahu kenapa jadi sedingin ini."

"Semalam saat aku kembali ke asrama tiba-tiba saja salju turun."

"Benarkah?"

"Kau lihat saja sendiri."

"Aku tidak membawa baju hangat saat kesini."

"Pakai milikku."

"Aku tidak mau mandi, dingin sekali." Imbuhku karena memang cuacanya cukup sialan sekali saat menembus paksa hingga ke tulang-tulangku.

"Terserah, cepat bangun lalu segera sarapan, produserku akan datang kesini."

"Produser?"

"Iya, produser dan koreografer dari agensiku akan datang kesini untuk mendengarkan laguku."

"Ah baiklah-baiklah! Aku akan bergegas sekarang, jadi Sunbaenim akan pergi ke kelas atau tidak?"

"Karena hari ini koreograferku datang jadi kami akan berlatih satu hari penuh."

Wow keren, aku selamat hari ini.

"Baiklah!" Seruku dengan senyum yang mengembang hebat.

"Aku tidak sekolah bukan berarti kau bebas ya, ingat itu!" Ujarnya begitu mengancam.

Aku merasa mata-mataku memang sesatu sekolah.

"Maksudmu? Aku tidak boleh apa?"

"Aku akan terus mengawasimu, kau tidak boleh bertemu Taehyung, awas saja sampai kalian berdua bertatapan. Akan kucongkel matamu sebelah!"

Glek

Saliva dengan susah payah kutelan.

"B-baik Sunbaenim! Aku mengerti." Sahutku segera bergegas dari atas kasur dan melewati Yoongi Sunbaenim yang terus memperhatikanku.

"Tunggu!"

Tiba-tiba saja dia menahan tubuhku.

"Kemana piyamamu? Kau tidur dengan hanya mengenakan itu?"

Tatapannya begitu mengintimidasi, aku takut sekali saat dia terlihat marah sambil menatap tengtop bewarna hitamku.

"A-aku memang tak mengenakannya, semalam panas sekali, aku kegerahan."

"Aku percaya, tapi bercak merah di lehermu tak bisa menipuku."

"B-bercak?" Panikku sambil meraba-raba leherku sendiri, "Ka-u yang melakukannya 'kan?"

Disorder✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang