"Masih mual?" tanya Fahri pada isterinya yang sedang merebahkan kepala di atas pangkuan.
"Hm," jawab Maria memejamkan mata. Satu tangannya berada di atas kening, sedangkan tangan yang lain berada di atas perut. Ia berusaha meredam perubahan hormon dalam tubuh yang membuatnya mual sepanjang waktu.
"Aku buatkan susu hamil, ya. Biar mualnya mereda." Fahri menawarkan sebuah bantuan. Satu tangannya membelai kepala Maria yang dibalut kerudung motif bunga sakura.
Maria menggeleng, "Nggak usah. Aku tadi udah bikin jus asam folat, kok."
"Jus asam folat?" Fahri baru mendengar ada nama jus seperti itu.
"Iya," Maria membuka mata untuk menatap janggut Fahri yang kini mulai ditumbuhi jenggot, "Aku dapat resep dari Lia. Buahnya pisang, alpukat sama jeruk. Katanya ampuh banget buat meredakan mual waktu dia hamil."
"Sudah kamu minum?" Tangan Fahri beralih membelai pipi isterinya yang dingin. Selain karena suhu Malang akhir-akhir ini semakin membeku, pipi Maria yang dingin dan pucat juga disebabkan karena tubuhnya meringkih akibat mual muntah.
"Udah, dikit tapi. Susah masuk. Aku paksa minum malah muntah lagi," keluh Maria dengan warna muka seputih kapas.
Fahri menghela napas lalu mengembuskannya perlahan, tidak tega melihat isterinya semakin kurus sejak dinyatakan positif hamil. Dasarnya tubuh Maria sudah kurus, menjadi semakin kurus. Kehamilan ini menguras banyak emosi dan tenaga bagi mereka berdua.
"Kamu lagi pengin makan apa, Sayang? Harus dipaksa makan, meskipun cuma sedikit yang bisa masuk. Kasihan bayi kita kalau nggak ada asupan makanan apapun."
"Aku lagi nggak ngidam apa-apa sekarang. Males aja." Maria kembali memejamkan mata untuk meredam pening yang kini mulai merambati bagian atas kepalanya.
Sedangkan Fahri kembali menghela napas pelan sembari menatap pergelangan tangan isterinya yang semakin mengurus. Andai saja lemak bisa didonasikan, Fahri akan dengan suka rela mendonasikan sebagian lemaknya pada Maria. Sayangnya hal itu mustahil dilakukan.
"Assalamu'alaikum."
Seorang anak laki-laki dengan setelan celana jeans dan kaos jersey berlogo Liverpool sedang berdiri di balik pintu kaca di hadapan mereka dengan membawa banyak bawaan.
Maria segera bangkit dari pangkuan Fahri. Sedangkan Fahri berdiri untuk membukakan pintu,"Wa'alaikumsalam." balasnya sembari mempersilakan Liand masuk.
"Mai ada, Om?" tanya Liand setelah masuk ke ruang santai. Tangannya sibuk membawa toples kaca dan perlengkapan Terrarium. Bahkan giginya sedang menggigit selembar kertas tugas making project yang tadi sore dibagikan oleh pak Ahmad.
"Mai Ada di kamarnya," jawab Fahri menatap heran barang bawaan Liand yang terlalu banyak untuk dibawa sendiri. Ia bergegas membantu anak kedua Andrew itu ketika toples kacanya hendak melorot jatuh.
"Makasih, Om," balas Liand segera meletakkan toples kaca dan perlengkapan terrarium ke atas meja ruang santai. Dia baru tahu bahwa ternyata Maria tengah duduk di sofa.
"Liand. Mau ngerjakan PR bareng Mai?" sapanya tersenyum ramah sembari menegakkan punggung dan membenahi kerudung.
"Iya, Tante. Maaf mengganggu malam-malam," balas Liand menyeringai lebar dengan gigi berderet rapi tanpa cela.
"Nggak mengganggu, kok. Sebentar, ya. Tante panggilin Mai dulu di kamarnya," jawab Maria bergegas bangkit dan berjalan menuju kamar Humaira.
"Iya, Tante. Terimakasih." Liand mengangguk sopan. Kemudian memeriksa ulang barang bawaannya yang terserak di atas meja, dan tersenyum semringah ketika merasa tidak ada yang terlewat.
![](https://img.wattpad.com/cover/159537728-288-k587423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Humaira, A Girl With The Blue Eyes
RomanceAnak perempuan yatim bermata biru yang ingin menemukan cinta sejati. *** Humaira diadopsi oleh keluarga Fahri. Sejak kecil ia merasa bahwa Papa angkatnya adalah seorang pahlawan yang siap melindunginya dari segala ancaman bahaya. Lambat laun perasaa...