"Mai, sebentar lagi Papa ke kantor. Besok sore kita ketemuan sama mamamu lagi." Fahri berbicara tanpa menatap Humaira. Tangan kanannya sedang menyendok bubur oat strawberry sedangkan tangan kirinya memegang ipad dan matanya terpaku pada layar yang sedang melaporkan keuangan perusahaan minggu lalu.
"Ya, Papa," jawab Humaira patuh.
Diam-diam Mata biru Humaira sedang menatap kagum sosok yang luar biasa tampan di hadapannya. Rambut hitam lurus dengan potongan rapi belah pinggir, alis yang seperti busur panah, hidung dengan tulang dan ujung tinggi, kedua tulang pipi yang menonjol ketika tersenyum, bibir atas tipis dan bawah lebih tebal, tulang rahang yang kotak dan tajam. Apalagi pagi ini Papa angkatnya mengenakan kemeja putih dengan dasi hitam, jas dan celana biru dongker, tampak licin, rapi dan press-body di tubuhnya yang atletis. Kemudian wangi parfum khas yang maskulin, selalu memabukkan siapa saja yang menghidunya. Humaira semakin tergila-gila pada sosok Fahri.
Bahkan ketika Fahri sudah akan berangkat ke kantor, Humaira menahan langkahnya agar berhenti. Tinggi tubuh mereka yang tidak sepadan, memaksa Humaira menaiki kursi untuk membenahi dasi Fahri, dimana sebenarnya Itu adalah tugas Maria setiap pagi, "Papa ih, pasang dasinya nggak rapi gini."
Itu karena, sejak ada Maria, memasang dasi bukan lagi keahlian Fahri. Dia selalu mengandalkan sang isteri untuk memasangkan dasi di lehernya dengan sempurna, disusul ciuman hangat yang memacu semangat sebelum berjibaku dengan kesibukan di kantor. Ingatannya tentang Maria membuat gelenyar kerinduan memberontak di dalam hatinya. Fahri merindukan Maria dan setiap ritual mesra mereka.
"Nah, udah beres." Tangan mungil Humaira menepuk-nepuk dada bidang Fahri.
Fahri hanya diam dengan mata yang menerawang, baru saja tersadar bahwa akhir-akhir ini ia tidak mengacuhkan isteri sahnya di rumah, karena terlalu sibuk mengurus Humaira. Saking sibuknya, Fahri selalu pulang larut malam dan mendapati isterinya sudah tertidur di kamar. Begitu pula paginya, ketika Maria sudah berangkat mengantar Keysha ke sekolah, Fahri baru bangun dan segera berangkat ke rumah Bundanya untuk sarapan bersama Humaira. Begitu terus simpang siur diantara mereka selama beberapa hari terakhir ini.
Meskipun Maria tidak pernah protes, tapi Fahri merasa hubungan mereka mulai renggang. Mereka tidak pernah bertegur sapa sejak bertengkar di ruang kerja. Bahkan Fahri sudah berkata sangat kasar pada Maria. Padahal isterinya itu juga sedang berduka karena baru saja kehilangan bayi mereka. Fahri merasa sangat bersalah sudah memperlakukan Maria secara tidak adil.
Kalau tidak ingat bahwa hari ini adalah hari kunjungan para pemegang saham, Fahri sudah pasti izin tidak masuk kantor untuk menemui Maria sekarang juga dan menghujaninya dengan pelukan serta ciuman mesra seperti yang selalu mereka lakukan. Sayangnya, hal itu mustahil untuk dilakukan. Para stakeholder akan kecewa jika Fahri tidak mendampingi kunjungan mereka kali ini.
"Papa ... Papa!"
Fahri tersentak dari lamunan ketika kelima jari anak gadisnya terayun di depan wajah.
"Papa ngelamunin apa, sih?" tanya Humaira menggamit lengan Fahri manja.
Fahri mengembuskan napas kemudian menggeleng. Percuma memberi tahu anak ini perihal rasa rindunya pada Maria. Mereka toh sedang tidak akur.
"Nggak apa-apa. Papa berangkat ke kantor dulu," balas Fahri melepas tangan Humaira dari lengannya, lalu kembali bersiap melangkahkan kaki menuju halaman rumah, tapi lagi-lagi ditahan oleh Humaira.
"Tunggu sebentar," Humaira menangkup pipi Fahri dengan kedua tangan dan mendaratkan sebuah ciuman di kening.
Fahri terbelalak menerima ciuman itu.
"Mai sayang Papa," ucap Humaira usai melepas bibirnya dari kening Fahri,"Terima kasih sudah berkorban banyak untuk Humaira. Semoga suatu saat nanti, Mai bisa membalas semua jasa papa."
![](https://img.wattpad.com/cover/159537728-288-k587423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Humaira, A Girl With The Blue Eyes
RomanceAnak perempuan yatim bermata biru yang ingin menemukan cinta sejati. *** Humaira diadopsi oleh keluarga Fahri. Sejak kecil ia merasa bahwa Papa angkatnya adalah seorang pahlawan yang siap melindunginya dari segala ancaman bahaya. Lambat laun perasaa...