Chapter 28: Terkuaknya Misteri Seorang Perempuan

4.5K 212 8
                                    

Meesha menggeleng pelan.

"Ya ampun," ucap Nita seraya tangannya menepak kening pelan. "Terus gimana Arzan tahu kalau kamu nerima ta'aruf-nya sedangkan tandanya aja nggak bisa dilihat. Kalian terpisah jarak dan waktu sekian. Oh come on, Bebs."

"Aku percaya, jodoh akan selalu bertemu."

"Jangan gitulah. Usaha dong! Arzan 'kan udah bantuin kamu. Tuh lihat Najwa, mental move on pun didapatnya dari dia–Arzan. Jadi, kali ini kamu yang usaha dong!"

"Aku harus gimana?"

"Pergi ke Jepang dan kasih tahu dia."

"Apa?"

"Haish, ke Jepang, Meesha. Aku yang akan bayarin deh kalau kamu kuatir sama biaya."

"Aku ... ragu."

"Please ...! God jangan sampai Arzan dapat perempuan lain di sana."

Meesha tertunduk mendengarnya.

Tring. Sebuah nada dering di ponsel Meesha mengejutkannya. Sebuah notifikasi dari email. Meesha mengernyit, sudah lama sekali dia tak membuka email. Dikarenakan sudah tak bekerja di perusahaan lagi, email-nya pun adem ayem tak dirusuhi dengan pekerjaan dan tetek bengeknya. Namun, kini ada sebuah email. Ini membuatnya was-was.

"Dari siapa?" tanya Nita penasaran.

"Entahlah."

"Buka dong!" perintah Nita. Meesha hanya mengangguk, men-swipe ponselnya dan membuka email itu. Tubuhnya membeku saat membaca nama email pengirimnya.

"Arzan," lirih Meesha.

"Kenapa?" tanya Nita bingung.

Meesha menggeleng. Melanjutkan membaca email itu.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ....

Meesha menjawab salam itu dalam hati.

Perkenankan saya, Arzan Ryouta Zakwan untuk memohon ampun, meminta maaf selapang dan seluas yang engkau punya, Dik Ana.

Meesha mengernyit bingung. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang. Jeri mulai menyusup. Pelan-pelan menginvasi seluruh hatinya menciptakan sesuatu yang bergemuruh di dalamnya.

'Ya Allah, ada apa ini? Kenapa Mas Arzan meminta maaf?' tanya Meesha bingung dalam dadanya. Sesuatu itu kian bergemuruh kuat.

Saya tak menyangka, apa yang saya rasakan terhadapmu adalah kesalahan. Kesalahan fatal bagi keimananku. Aku salah menafsirkan arti dan makna dalam dadaku. Aku terlalu lena. Lengah, lalai, alpa. Kini, aku sadar sesadarnya, untuk itulah, mohon ampuni segala khilafku, terhadapmu, Dik. Saya mohon keikhlasan dan keridaanmu.

Dalam surat ini, saya tak akan menarik apa pun ucapan saya. Namun, perlu ditelaah kembali. Apakah semua itu lillahi atau semata berdasar pada hati saya yang bisa kapan pun berubah. Saya mendapat jawaban, semua itu karena hati saya sudah terpaut padamu. Di sinilah rasa itu bermula hingga menguasai akal waras saya untuk tak melepaskanmu. Saat ini, dengan kewarasanku, ketenangan sukmaku, aku ingin kamu menentukan pilihan.

Kamu ingin aku bagaimana? Aku menunggu jawabanmu. Masih dengan waktu tak terbatas. Hingga masing-masing dari kita memiliki jodoh.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Arzan R. Z.

Kepala Meesha tertunduk menatap bumi. Ada sesuatu yang menghimpit dadanya. 'Ya Allah, ampuni hamba. Astaghfirullahaladzim,' ratap batin Meesha.

Memeluk Janji [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang