Dua Belas -Reynand-

36K 3.2K 141
                                    

"Gak ada tempat yang paling cocok untuk selain di sana babe. Dan kebanyakan temanku honeymoon disana." Aku melirik ke samping, pada wanita yang berbocara sejak tadi namun matanya tak lepas pada handphone di tangannya. Tersenyum tipis, kulihat lagi jalanan di depan.

"Aku gak sabar banget Rey, aku ingin cuti satu bulan. Kamu juga yah?" Sambung kini meminta perhatianku dengan cara menggoyang-goyang lengan kiri yang bebas dari kemudian.

"Satu bulan itu lama Sha, kita mau apa satu bulan disana." Aku menjawab dengan pemikiran logis, untuk ukuran bulan madu, 1 bulan memang waktu yang lama. Aku tak ingin pekrrjaanku terbengkalai. Lalu ku minta dia tak mengangguku yang fokus membawa kendaraan, dan lenganku segera di lepasnya.

"Banyak yang akan kita lakukan, namanya juga pengantin baru." Mendengar jawabanya tak tahan menggerakan kepala untuk melihatnya. Danisha mengedipkan sebelah mata membuatku menggeleng kepala dan tersenyum saja.

Kami belum menikah, merencanakannya saja belum. Belum ada waktu untukku, tapi jelas aku akan membawa hubungan ini kemana setelah lamaran yang aku lakukan untuknya beberapa bulan sebelumnya.

Aku memang sudah melamarnya, dia adalah tunanganku. Tapi anehnya saat merapalkan status ku kini, kenapa begitu terasa asing di telingaku sendiri. Aku menghela pelan agar tak bisa di dengar Danisha.

Ku akui jika Danisha wanita yang sangat cantik, terpelajar, wanita berkarir dan jangan lupakan nama keluarganya yang terpandang. Kupikir banyak lelaki di luaran sana yang rela melakukan apapun untuk bisa bersanding dengan wanita di sampingku ini.

Pertama kalinya aku mengenal Danisha, kala itu aku baru pulang setelah menyelesaikan Diploma ku di The University of Queensland, Australia. Malam itu aku menyetujui ajakan salah satu kawan untuk bertemu dengan yang lainnya di salah satu club malam.

Robi, satu dari ketiga temanku yang datang malam itu mengajak wanita yang ia kenalkan sebagai kekasihnya. Hanya sebatas itu, aku sama sekali tidak mengenal lebih jauh wanita yang aku aku rasa terus saja melihatku setelah jabatan tangan kami terlepas. Bahkan setelah aku pulang lebih dulu, kami tidak pernah bertemu lagi.

Aku tidak pernah tahu bahkan lupa saat tak sengaja bertemu di Lobby Hotel, jika saja Danisha tak menyapaku dan membuatku ingat jika kami pernah berkenalan.

Danisha ternyata seorang Manager F&B di Hotelku. Hotel yang ku pegang setelah kakek tiada yang sebelumnya di tangani Papah ketika aku masih menimba ilmu.

Sejak saat itu ku pikir kami menjadi dekat karena karena tak sengaja sering bertemu. Seiring kedekatan kami, aku tak pernah tau jika dia menyimpan rasa yang kemudian di kemukakannya pada suatu malam di salah satu makan malam kami ketika itu.

Meskipun tahu bahwa aku tak tidak memiliki rasa lebih saat itu, Danisha tetap tak mengubah ajakannya padaku. Untuk jaga-jaga agar dia tak menyesal aku bahkan menjelaskan, bahwa dia akan menelan kekecewaan dari pada madu dari hubungan kami. Dia hanya tersenyum dan meminta kami menjalaninya saja dulu.

Dan setelah ku pikirkan tak ada salahnya juga, karena baru ku tahu dia sudah tak ada lagi hubungan dengan Robi sejak lama. Lagipun, Danisha wanita yang pengertian, dia tak pernah mengeluh saat waktuku lebih banyak di habiskan dengan bekerja daripada dengannya. Aku memang butuh wanita yang mengerti aku.

Kini hubungan kami sudah berjalan dua tahun lebih lima bulan, hubungan yang terbilang cukup mukus karena tidak banyak pertengkaran, bahkan bisa di katakan tidak pernah. Kecuali, ketika dia meminta hubungan kami di bawa ke tingkat yang lebih serius malam itu.

Masih belum ada niatan untuk melamarnya karena kesibukanku di Hotel, di tambah kini Papi melimpahkan tanggung jawab perusahaannya padaku. Meski dirinya masih seorang pimpinan yang hanya memantau dari rumah dan sesekali meminta laporan perusahaan padaku.

Belahan Jiwa (Sudah Jadi Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang