3. Modus

780 37 2
                                    

Happy reading :*

Enjoy typo bertaburan say :*

***

"Dewasa itu bukan tubuh yang sudah besar dan bukan pula juga karena umur. Dewasa itu bagaimana ia bisa mengendalikan dirinya sendiri, bersikap dewasa dan juga bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan."

***

Kita sudah dewasa bisa memaknai tentang ini. Entah itu benci atau sebaliknya yang terlukis di kelopak matamu, tatapanmu itu sangat sulit diartikan. Lihat sekarang! Aku ragu untuk menyapamu, sedangkan kamu hanya membisu. Kita sama-sama malu untuk memulainya karena kejadian yang dulu. Ya karena masa lalu.

Melihat dari kejauhan. Itu adalah caraku memandangimu. Meski aku tahu kamu tidak menyadari itu. Aku sangat berharap bisa seperti dulu. Melihat tatapanmu yang membuat aku malu. Bisa membuatku tersenyum karena candaanmu. Aku lupa kapan terakhir kamu seperti itu? Ah sepertinya sudah sangat lama sekali.

Aku sadar, sekarang kamu telah melupakanku. Kita bertemu lagi, kamu terdiam dan menatap datar seolah-olah kita tak saling kenal. Padahal waktu itu kita sangat dekat sekali. Kalau kata orang kita bagaikan Bulan dan Bintang. Kita saling melengkapi satu sama lain. Bahkan waktu itu aku selalu bergantungan padamu, itu dulu. Sekarang? Jangan ditanya lagi.

Aku di sini bukan pura-pura tak mengenali dirimu. Aku hanya ingin tahu ekspresi apa yang akan kamu tampilkan saat kali pertamanya kita bertemu lagi. Terkejut, kan? Aku tahu itu, tetapi hatiku sangat sakit sekali karena dengan keterkejutanmu itu seolah-olah kita-seperti tak saling kenal. Kamu diam saja, bahkan tak ada kata yang terucap di bibirmu seperti, 'Apa Kabar Kamu?'

Gue salah ya berharap kayak gitu?

Aku akan menerima semua itu, tetapi ada satu permintaan Jika aku menjauhimu, jangan pernah menemuiku lagi! Bagiku semuanya sudah cukup.

Selama tiga tahun ini aku terus saja menghukum diriku sendiri. Bahkan sampai saat ini pun aku belum bisa membuka hati untuk orang lain.

KARENA APA?

Gue juga gak tahu jawabannya.

"Shafiya gimana udah beres?" tanya Resa yang duduk di sampingku.

Aku sedang mengerjakan tugas dari Kakak Senior. Tugasnya pun berkelompok. Dalam satu kelompok terdiri dari lima anggota. Kelompokku terdiri dari: tentunya diriku sendiri, Resa, Juna, Natasya dan Anton. Aku tidak sekelompok dengan sahabatku-Tyra. Aku dan Tyra berbeda fakultas. Setiap kelompok berbeda tugasnya.

"Sedikit lagi Resa," sahutku yang masih fokus mengetik di Laptop.

Aku ditugaskan bagian mengetik, sementara yang lain mencari sumber referensi. Ada yang mencari dari buku yang tadi pinjam di perpustakaan, dan ada juga yang searching di Google.

Anton yang tadinya duduk di samping Angga, berpindah duduknya tepat di sampingku.

"Neng Fiya geulis pasti cape nya? Kadieukeun bagean A Anton nya, " ucap Anton sembari menarik laptop dari pangkuanku. (Neng Fiya cantik pasti cape ya? Sini bagian Anton ya)

Aku menahannya. "Gak papa kok. Mendingan lo cari referensi lagi ya!"

Anton mengedipkan sebelah matanya. "Siap atuh. Apa atuh anu teu tiasa kanggo Neng Fiya mah. " (Apa yang nggak bisa buat).

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang