Happy reading :*
Typo bertebaran dimana-mana :*
***
"Rasa ini sungguh tidak bisa dideskripsikan lagi. Antara sakit, bahagia, dan bimbang sudah tercampur aduk di dalam sana. Andai saja kamu tahu, selama ini aku selalu menunggumu."
***
Ingin kuhentikan waktu jika dia berada di sampingku. Ingin bahagia itu kuabadikan bersama indahnya sang malam. Rasa yang sulit dipungkiri perasaan yang datang dari hati. Sulit bagiku melupakan masa lalu yang di mana bayangan itu terus menghantuiku. Saat aku terjebak di pelukanmu kini yang terindah disaat bersamamu.
"Masalah itu harus dihadapi bukan dijauhi." Ucapan Alshaf tadi masih terngiang di kepalaku. Aku masih ingat sekali bagaimana Seonggok Ice Bon Cabe menceramahiku.
Mencoba memejamkan mataku, tetapi tak bisa karena ucapan Alshaf tadi terus terngiang di kepalaku. "Gue tahu, lo itu lagi ada masalah, tapi gue gak tahu masalah lo itu besar atau kecil. Intinya lo harus hadapi semua masalah itu, bukan menghindari dari masalah itu."
Aku tersenyum kecut, tak menyangka seorang Alshaf bisa berbicara panjang lebar seperti tadi. "Hidup ini pasti ada masalah, kalo gak mau punya masalah, ya mati aja. Setiap orang pasti punya masalah masing-masing, tapi mereka bisa menghadapi masalah itu dengan cara mereka masing-masing, dan yang paling penting itu harus dengan kepala dingin."
"Paling penting dari penyelesaian masalah itu adalah memaafkan. Meskipun itu sulit diungkapkan apalagi dilakukan, tapi cuma dengan memaafkan lah masalah itu terselesaikan."
Aku masih hafal ucapan Alshaf tadi ada kata ‛maaf‛. Apa dengan kata maaf itu semuanya akan bisa kembali lagi? Nggak kan?
Sebenarnya aku mau memaafkannya, tetapi entah kenapa hatiku masih sangat-sakit sekali. Di mana dia mengatakan bahwa semuanya sudah selesai tanpa persetujuan dariku. Dengan seenak jidatnya, tetapi sayangnya nggak selebar kayak lapangan sepak bola dia mengatakan pengin kembali denganku.
Mudah banget ya kalo ngomong?
"Jangan terlalu meninggikan ego kita sendiri, karena kita hidup bersama orang lain gak sendiri."
Ya aku tahu, aku sangat egois, lebih mementingkan diri sendiri. Tak tahu menahu perasaan orang lain bagaimana. Sekarang aku harus bagaimana? Apa aku harus memaafkannya? Semudah itukah aku memaafkannya? Tetapi benar semua ucapan Alshaf tadi kalau kita punya masalah pasti bayangan itu menghantui kita. Jadi aku harus bagaimana?
Yoona bingung.
Aku menjambak rambut dengan kasar. Sekarang aku mau tidur pun susah, masih saja memikirkan kejadian kemarin. Ya ampun aku sudah terkena virus seonggok Arnold.
Dia pake pelet apa sih?
Tok tok tok
Tiba-tiba saja suara ketukan pintu dari kamarku berbunyi. Pasti pelakunya bukan Tyra, karena dia tadi pamit kepadaku. Katanya dia mau nge-date sama kak Alland. Ya nama Kakak Senior itu namanya Alland. Bahkan tadi pun pulang kampus Tyra diantar oleh kak Alland. Padahal tadi aku menunggunya. Eh Tyra-Nya malah pulangnya bersama kak Alland.
Nyesek nggak sih kalo digituin?
"Masuk aja Pa."
Ya, aku tahu pasti ini Papa, karena Papa kebetulan sekarang ada di rumah. Kata beliau lagi kangen sama tuan putri kesayangannya ini. Sayangnya Papa nggak bakalan lama di sini, kadang satu bulan sekali mengunjungi rumah. Itu juga cuma beberapa hari. Ya aku memaklumi Papa sibuk sekali, karena itu juga demi masa depanku. Jadi mulai dari sekarang aku harus belajar dewasa. Meskipun Papa sibuk, tetapi beliau selalu menanyakan hari-hariku. Ya meskipun itu juga lewat telepon atau sebuah pesan. Aku tetap bahagia karena Papa bisa meluangkan waktunya untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️
Teen FictionSudah melupakannya? Aku rasa setelah tiga tahun nggak bertemu dengannya, aku yakin sudah melupakannya. Tapi terkadang bayangan masa lalu selalu mengahantuiku disaat aku mau mulai mencoba membuka hati, sampai aku benci pada perasaanku ini. Aku selal...