Happy reading :*
Enjoy, typo bertaburan :*
***
"Selalu ada cerita saat hujan datang, sebuah kenangan indah bersamamu. Ingin rasanya aku melupakan semua kenangan itu, tapi lembaran kenangan itu selalu mengingatkan aku kepadamu."
***
Tiga tahun sudah kita tidak bersama, bahkan nggak ada kata perpisahan yang terucap dari bibirmu. Terkadang aku menyesal telah memberi perasaan itu kepada seseorang yang salah, tapi mau bagaimana lagi? Itu semua sudah terlanjur.
Tiga tahun adalah waktu yang sangat lama sekali, bodohnya aku masih menunggu kamu untuk menghubungiku. Mungkin, di luar sana banyak orang yang akan menertawakanku, karena aku manusia bodoh yang terlalu berharap semua itu.
Aku tahu itu salah karena terlalu berharap. Menurut pepatah, "Jangan terlalu berharap kepada orang lain karena terkadang yang kita harapkan nggak sesuai dengan keinginan kita."
Aku menghela napas pelan. Aku tahu semuanya tak akan mungkin terulang kembali jika itu kehendak yang di Atas.
"Siswa yang dapat nilai tertinggi dalam ujian nasional adalah Shafiya Lathaya Dhevanira."
Fani yang duduk berada di sampingku menyenggol lenganku. "Fiya nama lo dipanggil tuh."
"Kepada saudari Shafiya Lathaya Dhevanira dipersilahkan ke depan, beserta orang tua atau wali siswa."
Aku mengerjap pelan, tersadar karena Bu Susi selaku MC memanggil namaku. Aku beranjak dari dudukku, lalu berjalan ke arah panggung menampilkan senyuman bahagiaku.
Bahagia karena usahaku tak sia-sia. Setiap hari aku belajar, belajar dan belajar. Inilah hasilnya. Aku yakin Papa pasti akan sangat senang sekali. Bahwa putri satu-satunya ini masuk juara umum pertama.
Nenek langsung memelukku, mencium kening dan pipiku. Tak lupa pula beliau mengucapkan, "selamat" untukku.
"Nini bangga pisan Fiya. Mudah-mudahan cita-cita kamu tercapai," ucap Nenek. (Nenek)
"Aamiin. Makasih Ni."
Ini adalah awal dari menuju kesuksesanku. Aku akan berusaha. Aku tidak mau mengecewakan untuk orang yang aku sayang. Cukup satu orang lah yang telah mengecewakan aku.
Aku akan buktikan kepada dia, bahwa aku bisa menjalani hari-hariku tanpa nya. Sekarang sudah tiga tahun ini aku tidak bersamanya lagi. Tak terasa ternyata. Aku bisa melewatinya bukan?
🍰🍰🍰
Selalu ada cerita saat hujan datang, sebuah kenangan indah bersamamu. Ingin rasanya aku melupakan semua kenangan itu, tapi lembaran kenangan itu selalu mengingatkan aku kepadamu.
Kenangan pasti tetap ada, tapi jangan terlalu fokus ke dalam kenangan itu. Karena kita hidup bukan untuk kenangan, tapi buat masa depan. Biarkanlah kenangan itu menjadi motivasi buat kita ke depan.
"Fiya, lo beneran mau pindah? Ini kan lagi hujan," tanya Fani memastikan.
Aku yang sedang memasukkan baju ke dalam koper melirik ke arah Fani. "Iya. Bokap gue telepon terus. Lagian berangkatnya juga nanti sore."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️
Fiksi RemajaSudah melupakannya? Aku rasa setelah tiga tahun nggak bertemu dengannya, aku yakin sudah melupakannya. Tapi terkadang bayangan masa lalu selalu mengahantuiku disaat aku mau mulai mencoba membuka hati, sampai aku benci pada perasaanku ini. Aku selal...