23. Khawatir

285 8 2
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan :*

***

"Rasa sayang itu bukan hanya untuk pasangan saja, tapi untuk teman pun bisa. Bahkan rasa cemburu pun ada untuk teman."

***

"Masih gak aktif," gumamku.

"Coba sekali lagi!" perintahnya.

Aku mencoba lagi menelepon Fani, sayangnya dari tadi hanya suara operator saja yang bersuara. Ponsel Fani nggak aktif sehingga susah dihubungi. Aku semakin khawatir keadaan Fani sekarang. Aku bingung harus mencari dia ke mana? Aku terus saja bergerak gelisah.

"Tenang, kita bentar lagi nyampe ke Bandung," ucapnya.

"Gue khawatir banget sama Fani, Al."

Ya, Alshaf ikut denganku bahkan motornya pun disimpan di kampus. Tyra bukannya tak mau ikut, tetapi dari tadi aku menghubunginya, ponselnya nggak aktif terus. Ingin menghubungi kak Alland, tetapi aku tak punya nomornya. Minta ke Arnold nggak mau, kan aku lagi marahan sama dia.

GENGSI DI GEDEIN.

Biarin!

Alshaf menemaniku ke Bandung. Bukan apa-apa, dia khawatir karena keadaanku- mengkhawatirkan. Jadi dia ikut.

"Kok gak aktif terus... gimana sih ini?" racauku.

"Gue khawatir banget sama lo Fani."

"Lo gak ada kerjaan banget kabur segala, apalagi lo kan gak suka jalan jauh-jauh."

"Lo gak tau tempat apa-apa. Kalo lo nyasar gimana?" omelku ke arah ponsel yang sedang aku genggam.

"Paling nyungsep di kolong jembatan," sahut Alshaf.

"Omonganmu sopan banget," cibirku.

Alshaf hanya terkekeh pelan, dia masih fokus menyetir mobil.

"Kalo lo kenapa-napa gimana?"

Aku semakin gelisah, apalagi tadi Tante Dinda mengirim sebuah pesan singkat yang isinya, "Fani udah 3 hari gak pulang."

Pikiranku terus saja negatif. Takut Fani kenapa-napa. Aku tahu Fani orangnya tertutup banget, ada orang yang kenal baru pun dia menjauh, apalagi dia nggak bisa bela diri. Bagaimana kalau ada preman? Terus...

"Positif thingking dulu!" ucap Alshaf. Dia mengambil tanganku, menggenggamnya.

Aku langsung menoleh ke arah Alshaf yang sedang tersenyum ke arahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku langsung menoleh ke arah Alshaf yang sedang tersenyum ke arahku.

"Katanya genggaman tangan juga bisa buat hati tenang."

Aku masih menatapnya yang masih fokus menyetir mobil, sesekali dia melirik ke arahku.

"Gimana?" tanyanya.

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang