27. Perang Dunia Ketiga

289 13 4
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan :*

***

"Carilah orang yang menyayangi kamu, bukan orang yang mencintai kamu. Karena mencintai itu pasti akan hilang tiba-tiba, sedangkan menyayangi tidak akan pernah hilang sampai kapan pun."

***

Setelah dua tahun terakhir Papanya meninggal dunia. Fani harus melangkahkan kakinya lagi ke sini. Rumah milik kedua orang tuanya. Sayangnya sekarang pemilik rumah itu bukan milik dirinya, melainkan adalah Diana, Mama tirinya.

Banyak sekali kenangan-kenangan indah bersama Papanya. Namun, naas, takdir itu tidak ingin Fani bahagia. Ibu-Nya meninggal dunia saat ketika ia masih dua bulan, Papa-Nya pun ikut menyusul istrinya, ketika Fani berusia enam belas tahun. Fani selalu berusaha ikhlas, dan selalu mendoakan untuk kedua orang tuanya.

Langkah Fani terhenti. Ia melihat Mama tirinya-Diana sedang berbicara dengan seorang lelaki paruh baya berumur lima puluh tahun lebih. Namun, di sana juga ada dua orang lelaki yang bertubuh besar dan mukanya pun sangat seram memakai pakaian serba hitam.

Fani melihat Diana yang terus saja memohon-mohon kepada lelaki paruh baya yang sedang berkacak pinggang. Ia bisa melihat Diana di sana sedang menangis. Entah kenapa alasannya Diana menangis.

Perasaan Fani tiba-tiba saja tak enak. Firasatnya mengatakan ini ada hubungannya dengan dirinya. Fani menggeleng cepat, ia cepat-cepat bersembunyi dibalik tembok yang jaraknya pun lumayan dekat, tetapi tidak akan ada orang yang tahu bahwa ia bersembunyi di sini.

Fani bisa mendengar suara lelaki paruh baya ini sedang memarahi Diana.

"Ke mana anak kamu yang cantik itu, huh?" tanya lelaki paruh baya itu.

"Dia akan ke sini secepatnya."

"Tapi kenapa sampai sekarang belum datang juga?"

"Mungkin jalanannya lagi macet."

"Saya tidak mau tahu kalau anak kamu itu tidak ke sini, saya akan sita rumah kamu."

Diana langsung menggelengkan kepala. "Jangan dong Pak Roni. Kalau rumah ini disita saya tinggal di mana? Kasihani lah saya, Pak!"

Lelaki paruh baya itu pun tersenyum mengejek. "Apa yang harus saya kasihan kan. Lagian Anda itu punya hutang banyak sama saya, 50 juta. Lagian rumah ini juga kalau dijual cuma 10 juta. Gak bakalan ada yang mau beli rumah butut kayak gini."

"Fani pasti akan ke sini. Percaya sama saya."

Lelaki paruh baya itu pun menyeringai senang. "Saya sudah tak sabar ingin menikahi Fani, anak si Redi."

Fani menutup mulutnya tak percaya. Ia harus cepat-cepat pergi dari sini, sebelum mereka tahu bahwa ia memang berada di sini. Ia tidak mau menikah. Apalagi ia harus menikah dengan orang yang ia tidak kenal, ditambah lagi umurnya pun sangat jauh dengannya. Mungkin kata orang, Fani lebih pantas sebagai anaknya, daripada istrinya.

🍰🍰🍰

Aku dan Tyra menggelengkan kepala tak percaya. Sekarang aku tahu alasan Fani kabur dari rumahnya. Fani menceritakan semuanya. Sungguh berat sekali kehidupan Fani. Apalagi sekarang dia harus dipaksa menikah.

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang