44. Minta Maaf

182 8 0
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan :*

***

"Inilah yang aku inginkan, berbagi tawa bukan berbagi luka, apalagi duka."

***

Setiap hari aku selalu pergi ke rumah sakit. Kondisi Arnold semakin membaik. Setiap aku masuk ke ruang inap yang di tempati Arnold, Oma selalu ada di dalam. Tapi saat aku datang Oma Ani selalu keluar dari ruangan tersebut membuat aku tak enak hati.

Sekarang pun begitu. Aku masuk ke dalam, Oma Ani langsung keluar dari ruangan ini. Aku terus menoleh ke belakang, Oma Ani sudah tidak ada di ruangan ini.

Aku merasakan sebuah tangan menggenggam tanganku. Aku menoleh, Arnold tengah tersenyum padaku.

"Jangan dipikirin!"

"Tapi gak enak sama Oma, Ar."

Arnold menarik tanganku agar mendekat kepadanya. Lalu dia memelukku, menyandarkan kepalaku di dada bidangnya.

"Jangan dipikirin!"

Aku mengangguk pelan. "Ya."

Ehem!

Aku langsung melepaskan pelukan Arnold. Aku malu, ketahuan berpelukan dengan Arnold, meskipun aku belum tahu siapa yang masuk ke sini.

Aku melihat raut wajah Arnold yang berubah datar. Karena penasaran aku menoleh ke belakang, terkejut ternyata Alshaf ada di sini.

"Gue mau ngomong sama lo," ujar Alshaf.

Aku bisa merasakan suasana mendadak canggung begini. Aku berdiri dari kursi namun Arnold langsung menahan lenganku.

"Ke mana?"

"Keluar. Ini waktunya yang tepat buat kalian ngobrol empat mata." Aku menoleh Alshaf. "Gue keluar. Jaga Arnold!" Aku menepuk bahu Alshaf.

Alshaf mengangguk paham.

Aku menutup pintu. Aku duduk di kursi, memainkan ponselku. Aku membalas pesan dari Fani. Aku merasa ada seseorang yang sedang duduk di sampingku.

Saat menoleggh aku langsung terkejut ternyata Oma Ani duduk di sampingku. "Oma?"

Oma Ani menoleh sekilas lalu menatap lurus ke depan. "Saya mau bicara sama kamu!"

"Silakan Oma. Tentang apa?"

"Gak di sini. Ikut saya!" Oma Ani beranjak dari duduknya. Aku mengikuti Oma Ani dari belakang. Oma Ani mengajakku ke taman rumah sakit.

"Duduk!" perintah Oma Ani.

Aku duduk di samping Oma Ani. Mengunci bibirku rapat-rapat. Biarkan Oma Ani yang memulai pembicaraannya. Mungkin Oma Ani akan bercerita tentang hubungan Kak Naomi dengan Arnold-pasangan yang cocok, dan aku harus menjauhi Arnold.

Ok. Cukup. Jangan dulu suudzon!

"Sebelumnya saya terima kasih sama kamu. Berkat kamu cucu saya semakin hari semakin membaik. Jujur saya masih gak percaya ini. Saya gak tahu kamu dengan cara apa bisa mengalihkan semuanya terhadap cucu saya."

"Maksudnya?"

"Ya bisa jadi kamu udah mempelet cucu saya. Apalagi sekarang zaman sudah berbeda lagi kan?"

Ini kamera ada yang bawa golok gak?
"Astagfirullah. Saya gak pernah sama sekali melakukan hal begitu."

Oma Ani tersenyum. "Tenang! Saya tahu kamu gak akan pernah melakukan itu. Saya gak mau basa-basi. Saya hanya mau bilang 'minta maaf' sama kamu, Shafiya."

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang