Aku dan Arnold menaiki sebuah perahu. Setelah aku bicara empat mata dengan kak Naomi, Arnold datang lalu mengajakku naik perahu. Sekarang kami berada di tengah danau.
Arnold mengadahkan kepalanya menatap langit. "Langitnya indah ya," gumamnya.
"Ya."
Arnold menatapku, menggenggam tanganku. "Aku Bulannya dan kamu Bintangnya. Kita saling melengkapi satu sama lain. Berbagi kebahagiaan bersama."
"Aku punya sesuatu buat kamu."
"Apa?" aku masih dengan nada ketus. Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa setelah mengetahui semaunya.
Ok. Ini salah aku juga, karena tidak mencari tahu lagi, lebih rinci lagi. Aku sadar, aku juga termasuk orang keras kepala, egois, selalu me-resepsi sendiri.
Arnold merogoh ke dalam saku celananya. Arnold memberikan sebuah kotak kecil berbentuk persegi padaku.
Aku dengan ragu-ragu menerima menerima kotak tersebut. "Ini apa?"
"Buka aja!"
Aku langsung membukanya. Aku mengerut kening bingung melihat isi kotak tersebut ternyata sebuah benang jahit. "Benang?"
Arnold mengangguk. "Ya."
"Buat apaan?"
"Gak suka ya?"
Gak!
"Buat apaan sih?" tanyaku lagi.Arnold menyelipkan anak rambut ke belakang telingaku. "Ini tuh buat kamu, biar kamu pinter jahit baju. Jadi, nanti kamu bisa menjahit baju aku, kalo ada yang sobek. Sekalian juga jahit hati aku juga biar kamu percaya kalo di hati aku cuma ada satu nama. Nama kamu, Shafiya," ucapnya.
Mulai deh somplaknya!
"Apaan sih!" aku mencoba menahan untuk tidak tersenyum.Arnold mengambil tanganku, dia mengikat jari manisku dengan benang itu.
"Eh ini mau diapain?" tanyaku bingung.
Arnold tidak langsung menjawab. Gulungan benang jahit itu Arnold tarik ke atas. Tiba-tiba sebuah cincin meluncur tepat di jari manisku. Entah dari mana cincin itu tiba-tiba ada, yang aku tahu tadi tidak ada cincin di benang itu.
Cincin tersebut masih setengah menempel di jari manisku.
"Mungkin menurut kamu ini terlalu sangat cepat. Tapi menurutku ini adalah waktu yang tepat. Shafiya, kamu mau kan menjadi sebagian dari hidup aku?"
Aku masih terdiam, aku ingin mendengar kata-kata romantisnya lagi.
"Menjadi temen hidup aku-selamanya sampai maut memisahkan kita."
Ini gak mimpi kan?
"Ka-kamu lagi ngelamar aku?" tanyaku masih tak percaya.Arnold langsung mengangguk dan tersenyum.
"Tapi kita kan bel-" Arnold langsung menempelkan telunjuknya di atas bibirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️
Novela JuvenilSudah melupakannya? Aku rasa setelah tiga tahun nggak bertemu dengannya, aku yakin sudah melupakannya. Tapi terkadang bayangan masa lalu selalu mengahantuiku disaat aku mau mulai mencoba membuka hati, sampai aku benci pada perasaanku ini. Aku selal...