29. Mengejutkan

272 10 4
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan :*

***

"Masalah itu tidak ada yang rumit. Yang rumit itu orang yang membuat semuanya menjadi sulit."

***

Seminggu telah berlalu. Hubunganku dengan Arnold semakin membaik, bahkan sama Alshaf pun. Tak ada lagi rasa canggung diantara kami, bahkan dia selalu jahil atau menggodaku terus. Di mana pun dan kapan pun. Natasya pun heran, bertanya-tanya tentang perubahan sikap Alshaf padaku. Kenapa Alshaf sekarang menjadi dekat denganku? Aku selalu menjawab, "dia udah jinak sama gue."

Fani sudah kembali lagi ke Bandung tiga hari yang lalu. Eits itu juga diantar oleh Juna. Awalnya aku dan Tyra yang akan mengantarkan Fani ke Bandung karena dia sangat merindukan Tante Dinda. Namun, Juna menyuruh aku dan Tyra nggak usah mengantarkan Fani, karena dia yang akan mengantarkan Fani. Itu juga ada beberapa alasan Fani harus pergi bersama Juna, agar apa? Agar Tante Diana-Mama Fani tidak terus-menerus memaksa Fani untuk menikah dengan Berondong Tua itu. Aku sempat berpikir kenapa nggak Tante Diana saja yang menikah dengan Berondong Tua itu? Padahal Tante Diana sudah status janda. Benar kan?

Juna akan mengatakan pada Tante Diana bahwa dia adalah pacar sekaligus calon tunangan Fani.

Memang sih waktu Fani masih di Jakarta juga, Juna selalu ke rumahku. Dia selalu mengajak Fani jalan keluar. Kali pertamanya ada seorang cowok yang berani menawarkan pergi jalan-jalan bersama Fani. Bahkan Fajrin pun belum pernah menawarkan pergi jalan bersama Fani. Karena apa? Karena Fani selalu menolak, menolak dan menolak setiap cowok yang mengajaknya.

Anehnya, sekarang Fani mau-mau saja. Aku kira Fani akan menolak ajakan dari Juna. Ternyata firasatku salah, benar-benar salah. Patal.

Hmmm sepertinya ada gajah dibalik air kali deh?!

ADA UDANG DIBALIK BATU KALI!

Aku tak tahu sejak kapan Fani dan Juna dekat. Atau mungkin sejak-waktu Juna menolong Fani dari orang suruhan Tante Diana. Dari sana mereka ada benih-benih cinta?

Wah berarti mereka cilok dong.

CILOK. CILOK. CINLOK KALI!

Aku keluar dari pintu kelas. Ya jam kuliahku sudah selesai. Ah hari ini benar-benar sangat melelahkan. Ingin rasanya cepat-cepat terdampar di kasur yang empuk di kamarku.

Aku terlonjak kaget karena tiba-tiba saja tasku ada yang menarik ke belakang. Aku menoleh, ternyata Alshaf sang pelakunya sembari menyengir tanpa dosa.

Please deh sekarang bukannya iklan pepsodent ya. Jangan sombong deh punya gigi kinclong gitu kayak yang udah di amplas!

"Lo gak ada kerjaan banget sih." Aku langsung memukul lengan Alshaf.

Aku melipat lengan di dada dengan memanyunkan bibirku sepuluh senti meter.

"Galak amat sih Neng," goda Alshaf.

"Tahu ah!" ketusku.

Aku mengerut kening bingung. Tumben banget Alshaf tidak bersama Boni. Biasanya juga, di mana ada Alshaf pasti ada yang nempel dipunggungnya kayak perangko Boni.

"Tumben lo sendiri?"

"Kok lo jadi nanyain Boni sih. Padahal gue ada di hadapan lo."

"Gue cuma nanya doang. Sensi amat Mas!"

"Biasa, si Gentong lagi nunggu Tuan Putri," ucap Alshaf.

"Maksud lo Tyra?" tanyaku penasaran.

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang