Happy reading :*
Enjoy, typo bertaburan :*
***
"Jika ada cewek yang suka gonta-ganti pasangan. Jangan bilang cewek itu Playgirl. Dia cuma ingin membuka hatinya untuk seseorang dan mencari sesosok-yang sikapnya lebih baik dari seseorang yang pernah singgah di hatinya. Jadi wajar saja. Daripada dia dibilang gagal move on. Benarkan?"
***
"Jadi gimana?" tanya Natasya.
Resa tengah berpikir sejenak. "Mending lo balikan lagi sama Ricky. Kan tadi lo bilang Ricky gak bisa lupain lo. Lo juga gak bisa lupain Ricky kan?"
"Tapi itu terserah lo aja sih, gue cuma ngasih saran itu aja. Gini ya Sya, lebih baik dicintai daripada mencintai. Karena mencintai itu, belum tentu yang kita cintai, mencintai kita. Bener kan Shafiya?" jelas Resa panjang lebar.
Aku menoleh ke arah Resa, mengangguk setuju. "Ya," jawabku singkat.
Natasya menatapku heran. "Lo kenapa sih dari tadi diem-diem bae?"
"Tahu tuh, dari tadi gue liat-liat lo gak fokus pas Mr. Radi ngasih materi. Lo kenapa sih?" tanya Resa.
Aku menatap kedua temanku yang sedang menunggu jawaban dariku. Aku menggelengkan kepala. Nggak mungkin aku menceritakan semuanya, apa yang terjadi lima hari ke belakang. Biar lah aku yang merasakannya sendiri bersama matahari yang menyinari bumi ini.
EAAAK!
"Gue gak papa kok."
Resa menatap curiga. "Yakin?"
Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatiku yang saat ini terus saja memberontak pengin marah-marah. Apalagi kalau lihat cowok bawaannya pengin jambak rambutnya sambil bilang, "Semua cowok tuh brengsek ya?!"
Sayangnya, tak ada satu pun cowok yang dengan senang hati dijadikan pelampiasan kemarahanku ini. Jadi benar, cowok tuh semuanya pada brengsek. Sudah punya bidadari satu, eh malah tebar pesona lagi.
Emangnya satu gak kenyang apa?
Aku mencoba tersenyum. "Gue gak papa kok."
Aku melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangan. Di sini sudah satu jam, di kantin. Lebih baik aku pulang terus makan, bobo syantik di ranjang yang super empuk.
Aku menyampirkan tas selempang ke bahu. "Gue balik ya."
"Mau ke mana lo, cepet amat?" tanya Natasya.
"Gue ada urusan. Sorry ya." Aku meninggalkan kedua temanku yang masih mematung di kantin. Aku nggak mau berlama-lama di sini, apalagi Arnold sepuluh menit lagi keluar dari kelasnya. Jadi lebih baik aku pulang. Sekarang aku nggak mau ketemu dulu dengan Arnold, bahkan nggak mau ketemu dulu sama semua cowok, bisa-bisa aku langsung mencakar-cakar muka mereka tanpa dosa.
Tyra sekarang selalu diantar-jemput oleh kak Alland. Bahkan selalu dimonopoli terus. Di mana ada Tyra disitu lah ada Alland. Yaps seperti itu.
Aku membuka pintu mobil, tetapi langsung dicegah oleh sebuah tangan besar.
"Apaan sih gue mau balik." Aku menepis tangan tersebut, meskipun aku tak tahu itu pemilik tangan siapa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️
Teen FictionSudah melupakannya? Aku rasa setelah tiga tahun nggak bertemu dengannya, aku yakin sudah melupakannya. Tapi terkadang bayangan masa lalu selalu mengahantuiku disaat aku mau mulai mencoba membuka hati, sampai aku benci pada perasaanku ini. Aku selal...