"GUE BILANG GUE GAK BUTUH BANTUAN LO." Bentak Bima menahan tangannya yang sudah terkepal. Hampir setiap istirahat Aurel menawarkan diri pada Bima untuk membantunya dalam hal apapun.
Sementara itu, Aurel berusaha menahan dirinya agar tidak meneteskan bulir bening yang siap meluncur dari kelopak matanya. Aurel sendiri berusaha berperang melawan egonya yang berkata lain.
Gadis itu berdiri tegap dihadapan Bima yang notabene nya adalah pacar Aurel. Tak peduli ia kini menjadi sorotan puluhan tatap mata yang melintas. Gadis itu sangat teguh pada pendiriannya. Dia hanya tersenyum ramah ke arah Bima seolah kalimat itu adalah ungkapan tanda rasa cinta Bima pada Aurel.
Tak mendapat respon apapun dari Aurel, kini Bima melengos meninggalkan Aurel sendirian.
Gadis berparas cantik itu menatap miris punggung Bima yang perlahan hilang dari tatapanya. Kini senyuman ramah nya perlahan memudar tergantikan senyuman miris yang sebenarnya ia rasakan.
Seseorang datang menghampiri Aurel sambil mengejutkannya.
"Hoi, bidadari kok ngelamun. Gak baik tauk, nanti kesambet mimi peri kan gak lucu." Tukas Bimo yang tak lain dan tak bukan adalah kembaran dari Bima. Sedetik setelahnya mereka tertawa bersama. Meskipun Bimo adalah adik kembar dari Bima tapi kepribadiannya sangat jauh berbeda dengan kepribadian Bima. Sikapnya pun jauh bagaikan langit dan bumi.
"Eh bidadara, ngagetin aja. Mau kemana?" Aurel dengan sangat cepat merubah mimik wajahnya menjadi ceria kembali seolah tak terjadi apa-apa. Aurel tertawa renyah melihat tingkah aneh bin ajaib Bimo.
"Biasa lah, ini perut gue minta diisi. Bakso gimana?" Tawar Bimo yang langsung duduk di kursi kosong yang tak jauh darinya.
"Kayaknya enggak deh Bim,soalnya gue udah kenyang, diomelin kakak lo." Tolak Aurel sambil bercicit pada tiga kata terakhirnya.
Bimo hanya ber-oh saja menanggapinya. "Yaudah gue balik ke kelas dulu ya Bim." Tanpa persetujuan Bimo, Aurel langsung mengambil seribu langkahnya untuk meninggalkan Bimo.
Sebenarnya Bimo tahu kejadian tadi saat Bima membentak Aurel karena tadi posisinya sedang memesan bakso. Kejadian itu tak aneh lagi bagi Bimo,mengingat watak Bima yang sangat tempramental dan keras kepala.
Bimo sudah tahu hubungan Aurel dengan kembarannya Bima. Sikap Bima itu yang mengkhawatirkannya pada Aurel. Menurutnya Aurel sangat sabar dalam menghadapi Bima. Maka dari itu Bimo selalu berusaha menghibur Aurel saat saat seperti tadi.
°°°
Aurel ragu untuk melewati kakak kelas cowok yang sedang bergerombol sambil memainkan gitar tepat ditangga yang menjadi jalan utama nya ke kelas.
Siulan bahkan godaan sering mereka lontarkan kepada setiap siswi yang melewatinya. Gadis berparas cantik itu pun menatap ragu sambil mengendus kasar dan menundukan kepala nya. Dengan secuil keberaniannya Aurel menegur gerombolan penyamun itu.
"Misi kak saya mau ke kelas." Cicit Aurel sambil menundukan kepalanya dalam-dalam. Bahkan sekarang Aurel tak berani untuk menampakan wajahnya kearah gerombolan cowok itu.
"Jangan nunduk gitu dong kan gak kelihatan cantiknya. Yega." Kini cowok itu pun dengan tengilnya menggoda Aurel yang disambut siulan oleh cowok lainnya.
Bukannya mendongkak, kini sampai sekarang Aurel menunduk sampai ada seseorang yang menariknya dengan paksa untuk menembus gerombolan cowok tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Stay✔
Teen FictionIni tentang mereka yang menyayangiku. Tentang mereka yang masuk dikehidupanku. Tentang mereka pula yang menghancurkan kisah cintaku. Biarkan aku yang menikmatinya. Menikmati alur yang ku buat sendiri dari awal. Dan... Biarkan aku menghancurkan diri...