[30]. Akhir dari segalanya

570 39 0
                                    

Alohaa,

Update again gaiss
Gosah muluk muluk langsung baca aje yeu

Happy reading^^

°°°

Gadis berparas cantik itu kini tengah duduk di depan meja riasnya. Ia sedikit ragu untuk pergi ke pesta itu. Ada sedikit perasaan yang menggerogoti hatinya dan terasa sangat linu. Kalimat yang tadi diucapkan Dekka terngiang di benaknya.

Entahlah, namun ia tak mengerti apa maksudnya. Cowok asing itu tampak seperti memberi peringatan kecil padanya. Siapakah sebenarnya cowok asing bernama Dekka itu? Dan kenapa ia sampai memberinya peringatan?

Entahlah.

Sebenarnya Aurel telah tampil cantik memakai dress selutut berwarna merah dengan make up natural yang ia padukan bersama lip tint di bibir mungilnya. Namun ia sedikit ragu untuk pergi ke pesta itu, ia takut akan terjadi sesuatu yang membuatnya lebih tersiksa.

Gadis itu terdiam sekejap, dalam kurun waktu satu minggu kebelakang ada dua orang yang memperingatinya untuk mengakhiri semuanya. Namun ada kejanggalan dalam kalimat tersebut. Apakah ia juga harus mengakhiri hidupnya yang terbilang kelam itu untuk bahagia?

Ia yakin ada maksud terselubung dalam peringatan itu. Namun ia juga masih tak paham dengan peringatan bodoh yang dilontarkan dua cowok yang berbeda.

Drttdrttdrtt

Benda berbentuk pipih itu bergetar menandakan sebuah panggilan masuk. Gadis itu menghela napas pelan melihat nama si penelpon terpampang jelas di layar ponselnya. Ia terdiam seketika, tak berniat langsung mengangkatnya.

Hingga akhirnya ia mengangkat telepon itu dengan ragu.

"Iya,"

"Lima menit lagi,"

"Gak usah, saya bisa sendiri!"

Sambungan telepon diputus secara sepihak oleh Aurel. Gadis itu mengusap keringat di dahinya dengan kasar. Sebentar lagi ia akan menemui ibunya di pesta itu. Ia menatap ragu kedepan, terlihat pantulan dirinya yang cantik terpampang di cermin dengan senyum terpaksa yang terlihat asli.

Aurel beranjak, lantas mengambil sling bag yang kemudian disampirkan di bahu kanannya. Kaki yang dibalut flat shoes nya itu menuruni satu persatu anak tangga dengan hati-hati. Perasaannya tetap saja tak keruan, ia sangat ragu saat ini.

Tiba-tiba Bi Murti menahan lengannya dengan tatapan sendu, seolah tahu apa yang Aurel rasakan.

"Neng jadi pergi?" Tatapan Bi Murti seolah mencegahnya untuk pergi.

"Iya, Bi. Doain aja,"

"Hati-hati ya neng," Bi Murti mengusap lembut punggung tangan Aurel.

Aurel hanya tersenyum menutupi rasa ragu sekaligus takutnya. Hanya dengan itu, ia dapat meyakinkan Bi Murti. Aurel menyalami tangan Bi Murti untuk pamit, kemudian pergi bersama supir taksi yang sudah menunggunya lima menit yang lalu.

°°°

"Lo udah siap ketemu ayah?" Bimo menatap kembarannya yang terlihat gelisah.

Bima mengangguk ragu, ia tak yakin acara ini akan berjalan dengan lancar. Sebelumnya Bima dan Bimo berusaha merahasiakan keberadaan ayahnya, bahkan ia meyakinkan Karin bahwa Redeya masih bertugas di luar negeri. Ketika ia mendapat kabar bahwa akan digelarnya pesta ulang tahun Redeya, Bima sangat terkejut bukan main. Sebaik mungkin mereka merahasiakan ini, namun dengan entengnya Redeya muncul dengan menggelar pesta itu. Apa dia tidak berfikir bahwa itu satu langkah untuk menuju kehancuran rumah tangganya bersama Karin?

If I Stay✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang