[7]. First love Bimo

590 80 2
                                    

Happy Reading

"Darimana aja lo?" Ketus April. Kedatangan Aurel kini disambut dengan tatapan tajam dari April. Gadis berrambut sebahu itu kini menghampiri Aurel sambil tetap melontarkan tatapan tajam khasnya.

"UKS." Cicit Aurel tak berani menatap April.

"Orang munafik ngurusin orang munafik. Ya ya ya, cocok sih." Kini nada bicara April sedikit meledek. Sebisa mungkin Aurel menahan amarahnya agar tidak meledak.
Tangannya mengepal, tapi bibirnya tersenyum.

"Terimakasih atas sanjungannya." Jawab Aurel tak kalah menusuk sambil tetap tersenyum seceria mungkin.

Kakinya ia langkahkan menuju kursi depan tempatnya belajar dengan tujuan membawa novelnya dan duduk didepan kelas untuk membacanya. April hanya diam di tempat sambil memerhatikan Aurel yang sangat santai, seolah ucapannya hanya dianggap angin lalu oleh Aurel.

April melengos menjauhi Aurel yang nampak asyik membaca novelnya. Bagi Aurel tak ada yang begitu menarik kecuali novel dan Bima. Seolah dunianya tertarik pada buku tebal yang berisi rangkaian kalimat yang disulap menjadi sebuah kisah fiksi didalam novel itu.

Meskipun sedang membaca namun aura kecantikan Aurel tetaplah sama. Terbukti dari pandangan cowok yang sedang duduk diseberang sana.

Cowok itu tersenyum memperhatikan Aurel yang tengah membaca halaman per halaman buku tebal itu.

Aurel merapikan anak rambutnya yang terurai kedepan sehingga mengganggu aktivitas membaca nya. Wajahnya nampak terlihat lebih cantik ketika anak rambutnya diselipkan ke sisi telinga.

Aurel tersenyum ketika membaca adegan romantis di dalam novel tersebut. Senyumnya sangat manis hingga dapat menghipnotis beberapa cowok yang berlalu lalang di depan kelasnya.

Bukan hanya parasnya yang cantik, tapi salah satu daya tarik para cowok adalah senyuman yang dimiliki Aurel sangatlah manis. Aurel juga adalah salah satu most wanted girl SMA Mandala.

Keramah tamahannya dan sifat baik hatinya membuat Aurel kerap kali dijuluki Bidadari Mandala. Julukan itu sangat cocok untuk disematkan pada Aurel.

"Hai." Sapa Auriga sangat ramah. Aurel mendongkak, menghentikan sejenak aktivitas membaca novelnya.

"Hai." Balas Aurel tak kalah ramah sambil tersenyum.

"Lagi baca?" Tanya Auriga basa basi sambil duduk di sebelah Aurel.

"Iya." Singkat Aurel sambil meneruskan aktivitas membacanya.

"Gue ganggu lo ya?" Auriga tersenyum kikuk sambil menggaruk lehernya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.

"Iya sih sedikit." Gurau Aurel sambil terkekeh ringan tanpa mengalihkan pandangannya pada novel.

"Lebih menarik novel nya ya Rel, dibandingin gue." Celetuk Auriga sambil mengerucutkan bibirnya lucu.

"Idih Ga, jangan sok imut deh lo. Muka lo minta gue lempar." Aurel kini menghentikan aktivitas membaca nya.

"Gue kan kesini mau ngApelin lo, lah iya jadi gue yang diAnggurin. Nanti mah di Nanas-in kalau enggak di Melon-in sekalian aja di Mangga-in." Aurel melongo mendengar Auriga yang meracau seperti itu. Itulah Auriga, spesies langka yang harus dijaga keberadaannya.

"Ini beneran Auriga Maxime Mahesa kan?" Aurel menangkupkan kedua telapak tangannya pada pipi Auriga.

"Iya sayang ini gue. Auriga Maxime Mahesa. Maximal, menawan, Mandiri, hemat, bersahaja." Kata Auriga sambil memicingkan mata nya kearah Aurel.

If I Stay✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang