[26]. Sepasang yang Rapuh

412 45 0
                                    

Duniamu yang kau buat luas, lantas mengapa bagiku terasa sempit? Apa semesta sepicik itu kepadaku?

🎶

Bima mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru toko buku. Ia menangkap sosok Aurel yang sedang berjongkok dengan anak perempuan yang menangis dihadapannya.

Bima memerhatikannya dengan tenang bagaimana Aurel memperlakukan anak kecil itu dengan lembut. Sejurus kemudian ia dibuat jatuh hati pada sikap peduli Aurel yang sangat tinggi, Aurel memeluk anak perempuan itu dan mengelus lembut punggungnya sampai anak itu tenang.

Lengkungan dibibirnya tercipta, dadanya bergemuruh. Perasaan bersalah dan bahagia kini bercampur dalam dirinya. Bima merasa bersalah telah menyakiti hati lembut milik Bidadari Mandala itu. Ia tahu betul bagaimana ia memperlakukan Aurel selama ini.

"Hei!" Aurel melambaikan tangannya tepat didepan wajah Bima.

Kini Bima tersadar, tepat didepannya Aurel berdiri sambil menggendong anak kecil tadi dengan hati-hati.

Bima tersenyum sambil mencubit gemas pipi gembil anak itu, sejurus kemudian anak itu menangis dan menenggelamkan wajahnya di leher Aurel. Bima terkejut melihat reaksi anak kecil itu.

"Uuuh sayang, gak papa." Aurel mengelus rambut hitam anak kecil itu.

"Gwen jangan nangis ya, nanti kakak beliin kamu es krim mau?" Aurel membaca nama kalung yang melingkar di leher anak kecil itu. Sedetik setelahnya Gwen mengangguk sambil terus menangis.

Bima gemas dengan anak itu, tangannya siap melayangkan lagi cubitan di pipi gembil anak perempuan yang bernama Gwen itu. Namun ditepis oleh Aurel.

"Gak usah jail deh, anak orang kasian nangis mulu dari tadi,"

Aurel menurunkan Gwen kemudian menyejajarkan posisinya dengan Gwen. Sedangkan Bima, menahan tangannya untuk tidak mencubit lagi pipi Gwen yang lucu bak squishy itu.

"Gwen kesini sama siapa?" Aurel memegang bahu kecil Gwen yang terus bergetar menahan tangis. Gwen terus menunduk sambil memainkan jari telunjuknya.

"Lihat kakak Gwen, kakak gak jahat kok." Gwen mulai memberanikan diri menatap Aurel.

"Tuh kan, kakak bisa lihat cantiknya Gwen. Gwen cantik ya." Aurel membelai pipi gembil Gwen kemudian menekan hidung Gwen pelan. Bima melihat interaksi Aurel dan Gwen yang cepat akrab. Sepertinya Aurel sangat menyukai Gwen.

"Kakak juga cantik!" Gwen memeluk leher Aurel sambil tersenyum.

Bima memerhatikan mereka dengan teliti. Ia melihat ada kesamaan antara Gwen dan Aurel, seperti mata bulat, bibir mungil dan rambut hitam legam.

Bima tersadar, didepannya Aurel berdiri dengan Gwen yang tersenyum lebar seperti Aurel.

"Mirip," gumam Bima.

"Hah!?" Aurel melihat Gwen yang nampak nyaman di gendong olehnya.

"Lo berdua mirip,"

"Ah cuma kebetulan," Aurel mencubit lembut pipi Gwen.

"Oh iya, namanya Gwen." Bima mencubit pipi Gwen gemas.

"Itu ciapa?" Gwen membeo, tak lagi menangis ketika Bima mencubit pipinya.

"Namanya kak Bima, orangnya baik loh Gwen. Gwen mau digendong?"

"Gwen mau peluk!" Gwen berontak kemudian Aurel menurunkan tubuh Mungil Gwen. Sejurus kemudian Gwen memeluk kaki Bima sambil memejamkan matanya.

If I Stay✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang