[19]. Mantan

394 53 1
                                    

Bagaimana bisa api cemburu itu kini berkobar kembali. Sedangkan aku sangat membencinya.

🎶

Sial.

Itulah yang Aurel rasakan siang ini. Tamu bulanan datang tanpa permisi. Perutnya terasa sakit melilit, badannya terasa lemas, bibir mungilnya terlihat pucat pasi menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Aurel menenggelamkan wajahnya dengan kedua tangan yang berada didepan meja. Sungguh rasa sakit di perutnya ini melebihi apapun, ingin beranjak dari kursi pun rasanya susah.

Menyabalkan. Memang seperti itulah ketika kaum hawa merasakan hari pertama datang bulannya. Aurel membuka tas nya berniat mencari pembalut dan celana training untuk ganti.

'Mampus!'

Aurel lupa tidak membawa pembalut, biasanya setiap hari ia selalu siap siaga membawa pembalut kemanapun dan dimanapun. Kebetulan bulan ini Aurel lupa tidak membeli persediaan pembalut. Alhasil roknya basah dengan noda merah.

Ingin mengganti pun sangat sulit, mengingat toilet siswi cukup jauh dari kelasnya. Aurel meringis pelan, menahan rasa nyeri di perutnya.

"Pril bawa pembalut gak." April mendongkak, menghentikan sejenak aktivitas memainkan ponselnya itu, kemudian menatap Aurel heran.

"Nggak, kenapa?"

"Mmm gak papa." April mengedikan bahunya acuh. Menatap Aurel kemudian memainkan kembali ponsel pintarnya.

Aurel sangat bingung, terlampau bingung. Ingin mengganti roknya, namun Aurel tak membawa rok cadangan. Ingin meminjam namun sungkan.

Aurel pikir jikalau ada Ruby, pasti ada yang membantunya. Namun sayang, Ruby absen hari ini. Aurel menunduk lesu, keringat dingin kini mulai mengalir, sungguh tak seperti biasanya rasa sakit pada perutnya ini.

Aurel mensyukuri, dari pukul 10 tadi tidak ada guru yang masuk alias jamkos. Sekitar 30 menit lagi bel pulang sekolah akan berbunyi. Aurel mendesah berat, hari ini terasa sangat lama.

Aurel menenggelamkan kembali kepalanya pada meja.

Kringggg

Bel berbunyi nyaring, Aurel sangat lega mendengar bel pulang sekolah tadi. Tapi, kini pikirannya mulai berputar kembali.

'Aduh gue balik gimana nih?'

'Mana gue gak bawa celana ganti lagi.'

'Gak mungkin gue nebeng sama Bimo.'

'Mampus, masa naik angkot.'

'Yakali nanti gue diliatin banyak orang'

'Bodoh banget sih gue.'

Aurel menunggu teman sekelasnya bubar terlebih dahulu, agar mereka tak melihat belakang roknya yang kotor.

"Rel bareng yuk sama gue sama Bima juga." Bimo kini berada didepannya. Aurel beringsut kaget.

"Gak usah Bim, gue ada keperluan dulu." Aurel berbohong. Ia hanya ingin hubungannya baik-baik saja dengan si kembar itu.

Memang, hari ini Aurel sengaja ingin menjauhi Bimo. Aurel tak mau jika Bimo mengetahui semuanya, termasuk kejadian tadi malam.

Aurel merapikan bukunya kemudian menggendong tas yang sengaja Aurel panjangkan talinya dengan maksud agar bisa menutupi roknya.

Semua temannya sudah pulang, kecuali Zian. Si cowok cool hoodie hitam yang sekarang tengah duduk santai di kursinya.  Zian sama sekali belum pulang. Dari tadi dia terus memerhatikan Aurel yang sangat gelisah dengan wajah yang pucat.

If I Stay✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang