Happy Reading
"Aurel?"
Aurel mendongkak, mendapati wajah Bimo dihadapannya dengan tampang herannya. Lantas Aurel langsung menghapus keringat yang bercucuran di dahi mulusnya itu. Sungguh, Aurel tak dapat menahan rasa gelisahnya sekarang ini.
"I-iya." Gugup Aurel.
"Lo kenapa? Kok kayaknya gelisah gitu?" Tanya Bimo heran dengan gerak-gerik Aurel yang tak santai.
"Ehh...Enggak kok Bim B aja." Jawab Aurel sambil cengengesan.
"Bener?" Bimo menatapnya heran. Kemudian duduk disebelah Aurel sambil terus menatap Aurel penuh tanya.
"Its okay." Mimik wajahnya sengaja ia rubah untuk meyakinkan Bimo bahwa dia baik-baik saja.
"Oh iya, Bunda lo kemana?" Tanya Aurel mengalihkan topik pembicaraan.
"Bunda belum pulang, masih di kantor." Enteng Bimo. Aurel hanya ber-oh ria menanggapinya.
"Lo mau jenguk Bima?" Celetuk Bimo sambil melirik camilan yang ada didalam kantong plastik didepannya.
Cenayang nih bocah. Umpatnya dalam hati.
"Iya. Bima nya ada?" Tanya Aurel memastikan.
"Ada tuh dikamar gue. Kalau mau jenguk masuk aja gih." Alih-alih melirik Aurel, kini Bimo menggeledah isi kantong plastik berukuran sedang itu.
Matanya berbinar, kala melihat susu cokelat rasa pisang ada dalam kantong plastik itu. Tanpa ba-bi-bu, Bimo langsung menusukan sedotannya dan meminumnya.
"Kamarnya dimana?" Ungkap Aurel tanpa basa-basi.
"Lo tinggal naek tangga aja, terus belok kanan, nanti keliatan kok kamar gue yang paling pojok." Bimo menjelaskan sambil menghentikan aktivitasnya.
"Btw, ini buat gue kan?" Cengir Bimo tanpa dosa sambil mengangkat susu cokelat rasa pisang yang hampir habis itu. Aurel mengangguk, tersenyum sambil bergidik ngeri melihat cengiran Bimo yang sangat polos.
"Yaudah, gue langsung keatas ya." Aurel berdiri, bergegas menaiki satu persatu anak tangga untuk ke kamar Bimo.
Langkahnya terhenti tepat didepan foto keluarga dekat kamar Bimo. Hatinya mencelos melihat kebahagiaan yang terpancar dalam keluarga itu. Rasa takut kini mulai menghantuinya. Perlahan, kini keringat dingin mulai bercucuran lagi.
Matanya memanas, bahkan memerah. Bulir bening di matanya kini siap meluncur pada pipi mulus Aurel. Bibir bawahnya ia gigit kuat-kuat untuk menahan agar bulir bening itu tidak dapat menerobos kelopak matanya. Akankah ia sanggup menerima kenyataan ini?
"Rel?" Bimo menyadarkannya dengan menepuk pundak Aurel. Aurel terlonjak kaget, seperti kucing yang tertangkap basah ketahuan mencuri ikan. Aurel mengedipkan matanya beberapa kali, berniat ingin menghilangkan bulir bening itu.
"Kenapa lagi Rel? Ah lo mah suka dramatis gitu orangnya. Biasa aja kali, gue juga tau lo itu pacarnya Bima, tapi ya gak usah sampe mau nangis gitu dong kalau mau nengok." Ujar Bimo dengan nada canda. Lantas Aurel tersenyum menanggapinya sambil memukul pundak Bimo pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Stay✔
Teen FictionIni tentang mereka yang menyayangiku. Tentang mereka yang masuk dikehidupanku. Tentang mereka pula yang menghancurkan kisah cintaku. Biarkan aku yang menikmatinya. Menikmati alur yang ku buat sendiri dari awal. Dan... Biarkan aku menghancurkan diri...