Rinduku semakin menggila. Jantungku terasa hiperbola. Lantas mengapa kau anggap angin lalu saja?
🎶
"Delapan x ditambah duapuluh empat y dikurang tigapuluh dua z sama dengan... " mulut Auriga berkomat-kamit berkutat mengerjakan soal matematika itu.
Biasanya hanya butuh waktu kurang dari lima menit saja cowok titisan Pythagoras itu dapat mengerjakannya, namun kali ini berbeda. 10 menit sudah ia berkutat dengan soal sialan itu tanpa menemukan jawabannya.
"Dari tadi gue nyari si X ternyata yang ditanyakan si Y, dasar soal sialan!" Auriga mendengus kesal dengan soal yang sangat menjebak itu. Ia kurang teliti dalam membaca soalnya.
Posisi badannya ia rubah menjadi tengkurap. Dua buah pensil bertengger di telinga kanan-kirinya. Tangan kanannya dengan cepat menghitung ulang latihan soal tadi.
Selang satu menit, Auriga berhasil mengerjakan soal tadi.
"Asyiaappp, beres juga," Auriga menghembuskan napasnya pelan. Ia beralih menatap langit-langit kamar yang berwarna putih bersih. Pikirannya melayang entah kemana.
"Kok gue kangen,"
"Gue kangen siapa ya?"
°°°
Brakkk
Pintu kamar Bima terbuka secara kasar oleh kembarannya, Bimo. Wajahnya memerah dengan kilatan amarah yang terlihat dikedua matanya.
"Gue tau, lo deket lagi kan sama Aurel?"
Bima diam, tak bergeming sedikitpun.
"Udah berapa kali gue ngomong sama lo, jauhin anak sialan itu!" Bimo mendekati Bima yang terduduk di pinggiran kasur.
"Lo gak bisa sedikit aja dengerin gue!"
"Kita udah sama-sama dewasa, gue tau lo masih dendam sama dia. Bukan hanya lo, bahkan gue pun ngerasain sakit yang lo rasain. Lo paham kan?" Bima menunjukan senyuman smirk khasnya.
Bimo hanya tersenyum lantas menepuk bahu Bima pelan.
"Good job bro,"
°°°
"Halo?"
Terdengar di seberang sana suara lembut Aurel yang mengangkat teleponnya. Auriga mengulum senyum merasa geli di bagian perutnya, seperti ada yang menggelitik. Setelah sekian lama, baru kali ini Auriga menelpon kembali gadis itu.
Auriga hanya diam sambil mengulum senyum tanpa menjawab Aurel.
"Halo, siapa sihh?"
"Woyyy mas mbak, salah sambung ya. Makanya kalau mau nelpon liat dulu nomornya yeuu!"
Tuttuttutttt
Sambungan telepon diputus sepihak oleh Aurel, Auriga terkikik geli membayangkan wajah kesal Aurel.
Auriga sengaja menjahili gadis itu dengan nomor barunya. Sudah lama ia tidak menjahili Aurel, hatinya sangat puas ketika rencananya terlaksana.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Stay✔
Teen FictionIni tentang mereka yang menyayangiku. Tentang mereka yang masuk dikehidupanku. Tentang mereka pula yang menghancurkan kisah cintaku. Biarkan aku yang menikmatinya. Menikmati alur yang ku buat sendiri dari awal. Dan... Biarkan aku menghancurkan diri...