"Eh btw, gimana kabar adik lo Sherly, Sa? Kok dia jarang berangkat bareng lo sih?" kata Mala disela-sela mengerjakan tugas bahasa Indonesia di perpustakaan.
"Dia baik kok. Emang dia nggak pernah berangkat bareng gue, Sherly lebih sering naik bus atau ikut temennya," jawab Elsa pelan, takut terdengar ibu penjaga perpustakaan. Pandangannya fokus pada buku di depannya.
"Gue iri deh sama adik lo itu, dia itu temannya banyak, Sa. Kayaknya temen cewek satu kelas berteman sama Sherly semua," ucap Mala.
"Ngomongin Sherly gue jadi kangen sama tuh anak, kapan ya kita nge-camp bareng lagi di depan rumah lo Sa?" timpal Rea mengingat momen seru bersama Sherly kala itu.
"Nggak tahu. Akhir-akhir ini Sherly agak beda. Dia lagi suka sama cowok," jelas Elsa mengingat adiknya.
"Oh iya? Bagus dong."
"Kalian tahu Elby, kan? Anak kelas sepuluh itu? Sherly lagi suka sama tuh anak. Tapi gue curiga kalau Elby nggak membalas perasaan Sherly," jelas Elsa membuat Rea menoleh ke arahnya.
"Elby? Ya ampun Sa, dia anak yang waktu itu gue ceritain," kata Rea skeptis. Rea memang sudah menceritakan pertemuannya bersama Elby dengan Elsa dan Mala.
"What? Jadi Elby yang naksir lo Re?" tanya Mala, kemudian menutup mulutnya. Menengok ke kanan-kiri.
Rea mengangguk. "Gue nggak enak sama Sherly jadinya."
"Lo nggak perlu gitu Re, bagaimana pun itu hak dia, toh lo juga nggak ada ikatan apa-apa sama Elby." Elsa menenangkan, menggegam tangan Rea.
Rea menginggit bibirnya. Sebisa mungkin Rea akan menjauh dari Elby. Meski akhir-akhir ini cowok itu merasuki pikirannya. Bahkan, tak jarang Elby hadir dalam mimpinya. Menemani setiap malam-malamnya.
Rea harus bertekad. Dia harus mengenyahkan segala perasaan aneh pada dirinya. Ia sudah mencamkan bahwa dirinya hanya mencintai Billy. Setidaknya untuk saat ini.
◆◆◆
Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Elsa masuk ke mobil Gilvan, sementara Rea, Mala dan Vicko siap berjalan menuju halte ketika Billy menghadang langkah mereka.
"Hai semua. Mau pada pulang kan? Yuk bareng gue sekalian." Billy menawarkan tumpangan untuk mereka. Jujur, sebenarnya Billy berniat mengajak Rea saja, tawaran itu hanya basa-basinya.
"Ehm... Mending lo sama Rea aja deh Bil, gue bisa bareng Vicko. Iya kan?" kata Mala seolah mengetahui isi hati Billy.
"I-iya Bil, mending lo bareng Rea aja. Gue mau ke toko buku dulu sama Mala." Vicko menyahut di samping Mala.
"Loh kalian-"
"Ya udah kita duluan ya. Dadaah," sambar Mala sebelum Rea melanjutkan perkataannya. Lalu menggandeng lengan Vicko meninggalkan pelataran parkir.
Rea dibuat terkejut dengan ajakan Billy. Awalnya Rea menolak dengan alasan tidak enak. Namun karena sebelumnya juga pernah pergi berdua dengan Billy, akhirnya Rea menerima ajakan Billy dengan hati yang tak keruan.
◆◆◆
"Ini foto lo sama siapa, Bil?" Rea mengambil sebuah foto di dashboard mobil Billy.
"Oh itu, foto gue sama adik angkat gue. Namanya Zyan. Dia anaknya nakal, tapi cukup pintar," jawab Billy sambil fokus menyetir.
"Dia lucu ya, mirip juga sama lo meski nggak ada ikatan darah," kata Rea masih memandang foto Billy yang berjongkok merangkul Zyan.
"Kapan-kapan kenalin gue sama dia ya?" pinta Rea.
"Pasti. Pasti gue kenalin lo sama dia." Billy mengangguk tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Remember [Completed] ✔
Teen FictionRea dijodohkan oleh orangtuanya dengan Gilvan, pacar dari Elsa, sahabatnya sendiri. Tentu saja mereka menolak keputusan sepihak tersebut, namun akhirnya Rea dan Gilvan memutuskan menjalani hubungan pura pura meski hanya di depan orangtua mereka. Sem...