Eps.17 - Ratu Bully

122 29 19
                                    

Fraya sedang berdiri mengantre di sebuah super market untuk melakukan transaksi pembayaran ketika seorang ibu yang berdiri di depannya terlihat gelisah, ibu paruh baya itu menggeledah tas-nya sedang berusaha mencari keberadaan dompetnya. Karena ibu itu terlalu lama, akhirnya ia mempersilahkan antrean di belakangnya yang tak lain adalah Fraya, sementara ibu itu menepi sambil sesekali menyeka keringat di dahinya.

Tak lama Fraya selesai membayar barang keperluannya lantas penasaran mendekati ibu-ibu itu.

"Maaf, Tante kenapa ya? kelihatannya gelisah sekali?" tanya Fraya lembut.

"Sepertinya dompet saya ketinggalan," jawabnya murung.

"Kalau gitu Tante nggak usah khawatir, biar saya aja Tante yang bayarin?" tawar Fraya tulus. Entah mengapa Fraya berpikiran jika yang di hadapannya ini adalah ibunya sendiri.

"Kamu beneran? Tante minta tolong dulu ya, nanti pasti Tante ganti uangnya," kata ibu itu berharap.

"Nggak usah dipikirin dulu Tan."

Setelah proses pembayaran selesai, Fraya dan Ibu itu berjalan bersisian menuju pintu keluar.

"Makasih banyak ya, kalau nggak ada kamu, mungkin Tante bingung harus gimana," ujar ibu itu tersenyum ramah.

"Sama-sama Tante, saya juga seneng bisa bantu."

"Oh iya ini kartu nama Tante." Ibu itu mengambil selembar kartu nama di tasnya. Lalu menyerahkannya untuk Fraya.

"Jadi tante pemilik toko Hilya's Cake? Nama Tante, Hilya?" tukas Fraya setelah membaca kartu nama di tangannya.

"Iya saya Hilya. Oh iya nama kamu siapa dan sekolah di SMA mana?"

"Nama saya Fraya, Tante! Sekolahnya di SMA Anak Indonesia!"

"Wah kebetulan anak saya yang pertama juga sekolah di situ," sahut Hilya terkesima.

"Oh ya, siapa Tante?" tanya Fraya penasaran.

"Dia ketua OSIS yang sekarang."

"Maksud Tante, Billy? Dia satu kelas sama aku Tante!"

"Kebetulan sekali, Tante seneng ketemu sama kamu, Fraya. Billy kenapa nggak pernah cerita ada anak sebaik kamu," tukas Hilya seraya memegangi lengan Fraya. "Kapan-kapan main ke toko Tante ya?" lanjutnya.

"Pasti Tante." Fraya mengangguk mantap. Menyetujui tawaran menggiurkan tersebut.

Lengkap sudah kartu As berada di tangan Fraya. Lampu hijau sudah terpampang jelas di depan matanya. Fraya begitu terpukau dan tak menyangka ketika Billy memberinya puisi romantis saat itu, ditambah siang ini dia bertemu dengan ibu dari sang pujaan.

◆◆◆

Fraya dan Vani sedang berjalan menuju taman di sekolah ketika mata Fraya menemukan sosok Rea yang baru keluar dari toilet.

Tanpa basa-basi Fraya menghentikan langkah Rea.

"Heh Rea. Lo kemaren ngapain berduaan sama Billy. Jangan lo pikir gue nggak tahu ya?" semprot Fraya to the point.

"Heh, kok lo pengen tahu banget sih urusan gue sama Billy?" jawab Rea ketus. Merasa malas lagi-lagi harus berurusan dengan Fraya hanya karena masalah yang tak seberapa.

"Ya iyalah, Fraya kan pacarnya Billy. Dan lo nggak berhak jalan sama cowok orang." Vani menjawab judes. Seolah-olah perkataannya memang fakta.

"Hah pacar? Sejak kapan? Halu lo ya?" kata Rea tangannya terlipat di depan dada. Lalu tatapannya melihat gelegat Fraya yang aneh. Fraya sedang memerintah Vani melakukan sesuatu melalui isyarat. Vani lantas berbalik meninggalkan Fraya dan Rea berdua. Mata Rea memicing heran dan refleks, ia mundur perlahan.

Tak lama kemudian Vani datang kembali dengan membawa sebuah ember berisi air keruh yang sudah pasti bekas air pel lantai. Fraya dengan sigap mengambil ember dari tangan Vani, lalu dalam hitungan detik, ia menyiram air keruh itu ke hadapan Rea. Namun sial bagi Fraya, ternyata air keruh itu tidak sepenuhnya menyiram tubuh Rea lantaran dengan kecepatan kilat seorang cowok berdiri melindungi Rea dari siraman air, akibatnya seragam cowok itu menjadi basah kuyup sekaligus bewarna kecokelatan. Sementara Rea hanya terkena sedikit percikannya.

Lagi-lagi Fraya ternganga, merasa geram, ia gagal lagi untuk mengerjai Rea yang menurutnya cewek sangat menyebalkan di dunia.

"Wah-wah ternyata gini ya kelakuan salah satu anggota OSIS. Emangnya kakak ini salah apa sih ?" kata Elby dengan sekujur tubuhnya yang basah sambil menunjuk Rea yang terpaku.

"Gue laporin kakak ya ke guru BK atas perlakuan pem-bully-an. Kakak baca kan di tata tertib siswa, barangsiapa yang mem-bully sesama teman, maka dia akan dikenakan sanksi," jelas Elby memandang Fraya intens. Memperingatkan dengan tegas.
   
"Lo kenapa sih ikut campuuur mulu urusan gue?" kata Fraya menantang.

"Oh atau lo mau jadi dewa pahlawan buat pujaan hati lo itu?" Fraya menunjuk Rea yang masih terdiam.

"Bilangin ya sama dia, jangan jadi pelakor," ujar Fraya sambil berlalu dan menendang ember kesal diikuti Vani yang sesaat sebelum berkata, "Dasar pelakor." Seraya melotot ke arah Rea.

Untungnya Rea bisa menahan gejolak amarahnya dalam hati. Sejujurnya tangan Rea sudah gatal untuk mencakar muka Fraya. Namun sebisa mungkin ia tahan, dan akhirnya berhasil.

Selepas kepergian Fraya dan Vani, Rea buru-buru mengeluarkan sapu tangan dan mengelap muka Elby yang basah.

"Dasar ratu bully!" seru Elby menatap kepergian dua cewek itu.

"Lo kenapa sih harus muncul di saat seperti ini. Harusnya biarin gue aja yang kena siram," cerocosnya dengan tangan yang sibuk mengelap wajah Elby.

"Aku harus melindungi kakak, dari orang-orang tukang bully seperti mereka. Aku yakin kakak berdua tadi lagi nge-bully karna lagi butuh liburan. Makanya nuduh kakak pelakor segala. Soalnya aku nggak percaya, mana mungkin kak Rea jadi pelakor, iya nggak?" kata Elby tersenyum menggoda setelah wajahnya kering.

"Oh. Makasih deh." Mau tak mau Rea tertawa kecil lalu melanjutkan, "Terus lo gimana masuk kelas kalau seragam lo basah kuyup gini?"

"Gampang," kata Elby, kepalanya menjajarkan dengan kepala Rea. Memang Elby lebih tinggi dari cewek itu.

"Aku tinggal ijin pulang sama Bu Alisha," lanjutnya sambil mencubit hidung Rea kemudian berlari pergi diiringi gelak tawa.

"Ish dasar nggak sopan lo!" seru Rea, untung di sekitar taman dekat toilet jarang dijamah anak-anak. Jadi kejadian barusan tidak ada anak yang tahu.

Namun di balik pohon dekat taman, Sherly menggigit bibirnya menahan tangis. Sedari tadi ia telah menyaksikan kejadian tersebut. Sherly sengaja mengikuti Elby semenjak bel istirahat berdering, dan sampailah Sherly di sini. Ia sadar bahwa cewek yang sudah merebut hati Elby adalah Rea, sahabat kakaknya sendiri.

"Jadi Kak Rea orangnya," gumamnya sambil mengusap cairan bening di matanya dengan punggung tangan.

◆◆◆

Jangan lupa Vote Comment & Read next part 🆗

Wassalam

Love To Remember [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang