Eps.6 - Pesona Sang Ketua OSIS

179 52 31
                                    

Gerimis yang tadinya berupa titik-titik air merambah menjadi hujan deras. Sial bagi Rea, gara-gara minggu lalu Rea tidak masuk sekolah lantaran sakit maagh-nya kambuh, hari ini ia harus tinggal beberapa saat di kelasnya untuk mengikuti ulangan susulan mata pelajaran PKn.

Pelajaran yang hanya ada satu minggu sekali itu membuat Rea kelimpungan mengerjakan soal-soal yang diberikan Bu Rahmi, selaku guru PKn. Pasalnya semalam Rea tak sempat belajar sama sekali. Rea hanya membuka buku sekilas dan membaca materi sebelum ulangan tadi. Rea mengernyit ketika menemukan soal "Jelaskan pengertian pemerintahan menurut C.F Strong?"

"Aduh kenapa nggak menurut diri sendiri aja sih?" gumam Rea.

Akhirnya Rea mengerjakan soal-soal itu semampu yang ia bisa. Lembar jawab dan soal diberikan kepada Bu Rahmi yang sedari tadi duduk di bangku guru sambil memainkan ponselnya.

Konsentrasi Rea saat mengerjakan soal membuatnya tak sadar bahwa di luar sudah turun hujan. Beberapa saat kemudian Bu Rahmi beranjak pergi ke ruang guru setelah mengizinkan Rea untuk keluar kelas.

Rea berdiri termangu di depan kelasnya, menatap kosong ke depan parkiran yang letaknya lumayan jauh dari tempatnya berdiri.

"Kalau nunggu hujan reda, bakalan sampai malem."

Rea terkejut dan refleks menengok ke arah kiri, arah sumber suara. Rea tersenyum simpul melihat Billy yang berdiri tak jauh darinya. Seulas senyum tipis mengembang di bibirnya. Sembari membalas senyuman simpul di depannya, Rea memperhatikan Billy dengan baju seragam yang dilapisi jas OSIS berwarna biru dongker. Hal itu membuat Billy terkesan lebih charming.

"Billy," gumam Rea.

Billy berjalan mendekati Rea. "Sudah jam setengah empat lebih." Billy melihat jam di pergelangan tangan kirinya. Tersadar, pandangan mata Rea beralih pada tangan kanan Billy. Sebuah payung lipat berwarna biru laut tergenggam di tangan kanan Billy.

"Mau jalan ke parkiran, kan? Ayo gue anterin!" ajak Billy sambil membuka payungnya.

 "Ehm ... Billy. Lo ... belum selesai rapat OSIS-nya?" tanya Rea sesaat sebelum melangkah mendekati Billy. Sebenarnya hatinya ragu namun mau.

"Belum selesai. Cuma lagi pada istirahat sebentar. Kebetulan gue ngelihat lo sendirian," sahut Billy yang mulai berjalan memayungi mereka berdua dari derasnya hujan. Mendengar penuturannya, Rea mengangguk mengerti.

"Kok baru pulang?" tanya Billy sambil menggandeng lengan Rea untuk menghindari genangan air di depan.

"Ehm... iya tadi ada ulangan susulan dulu sama Bu Rahmi." Rea menjawab dengan suara santai. Ia sudah terbiasa menghadapi situasi canggung ketika berbicara dengan Billy.

"Oh." Billy mengangguk.

"Kenapa? Lo ngga percaya?" Rea milirik ke arah Billy. Cowok itu terkekeh.

"Siapa tahu aja lo habis pacaran dulu kaya anak-anak lain," jawabnya dengan nada bercanda.

"Sayangnya gue bukan salah satu di antara mereka." Rea tertawa.

Kapan lagi bisa sepayung berdua sama Billy. Hati Rea membatin senang.

"Kenapa lo mau bawa payung, Bil?" tanya Rea kembali setelah hening sesaat.

Mereka berjalan santai beriringan. Di bawah langit hujan, seakan dunia hanya milik mereka berdua.

"Loh emang kenapa Re?" Billy menengok ke arah Rea. Merasa bingung dengan pertanyaan Rea barusan.

"Yaah kan biasanya cowok pada gengsi kalau harus bawa payung. Apalagi di sekolahan." Rea mengajukan analisisnya.

Billy tertawa lirih. "Oh gitu. Bagi gue mah nggak perlu gengsi, Re. Apalagi kondisi cuaca yang sekarang kadang nggak menentu. Iya, kan? Kesehatan adalah hal utama. Kalau udah sakit, baru deh merasakan nikmat sehat. Lebih-lebih kita yang sudah kelas tiga bentar lagi ujian." Billy menjelaskan dengan tegas.

Itulah Billy, ketua OSIS yang berusaha berwibawa, yang apa adanya. Banyak cewek yang mengantri ingin menjadi tambatan hatinya. Tapi sampai saat ini Billy masih sendiri dan belum mau memikirkan soal asmara. Karena ada alasan tertentu yang membuat Billy masih betah sendiri.

Sejujurnya Rea sudah menyukai Billy sejak kelas sepuluh dulu. Rea sadar, dia hanya sekadar menyukai. Mencintai dalam diam. Tidak atau belum mengharap lebih menjadi kekasihnya. Namun Rea berpikir, jika Tuhan menakdirkan dirinya dan Billy bersatu suatu saat kelak, pastinya Rea akan bersyukur.

Hingga kebetulan di kelas sebelas, mereka memasuki kelas yang sama. Rea dan Billy semakin dekat. Sering disatukan dalam belajar kelompok. Bersama membangkitkan kembali ekskul PMR kala itu. Dan hingga akhirnya Billy terpilih menjadi ketua OSIS, mengalahkan Sekar, cewek berkepribadian tegas, peraih juara satu lomba lari jarak jauh tingkat SMA sekabupaten. Juga mengalahkan Fauzan kandidat ketua OSIS kala itu yang notabene peraih pararel pertama di kelas sepuluh dulu. Sekarang Fauzan sudah kelas sebelas dan menjadi bendahara OSIS.

Rea semakin kagum terhadap Billy. Sosoknya dengan pesona yang karismatik, berwibawa dan bertanggung jawab pantas menjadikannya sang pemimpin sekolah untuk satu periode. Belum lagi, Billy adalah seorang yang terlahir dari pasangan ayah Jepang dan ibu Indonesia. Hal tersebut membuat cowok blasteran itu semakin dikagumi di kalangan cewek.

"Gue seneng masih ada yang mikir seperti itu," ucap Rea menjawab.

Langkah mereka sudah sampai di tempat parkir.

"Ngomong-ngomong makasih ya atas tumpangan ojek payungnya. Padahal gue nggak order loh," ujar Rea bercanda. Berusaha mencairkan suasana serius menjadi lebih rileks.

"Its okay. Inisiatif gue sendiri kok. Lagian ngelihat teman sendiri lagi kebingungan gimana cara nerobos hujan, masa cuma diam aja. Iya nggak?" Billy tersenyum menampakkan lesung di pipinya.

Rea berdiri di samping pintu mobil. "Bisa aja, Bill."

Billy tertawa singkat.

"Kalau gitu gue pulang duluan, Bil." Rea bersiap membuka pintu mobil ketika lengannya ditahan Billy.

"Rea!"

 "Iya?" Rea tersenyum manis.

 "Hati-hati di jalan. Sampai ketemu besok," pesannya kepada Rea. Sungguh. Pasti kalian merasakan apa yang Rea rasakan. Diberi perhatian dari seseorang yang disukai pasti hati merasa tersanjung dan berbunga-bunga.

Rea mengangguk masih dengan seulas senyum. "Sampai ketemu besok."

Kemudian Rea masuk mobil, menyalakan mesin dan melambaikan tangan. Billy membalas dengan senyuman hangat.

Tanpa mereka berdua sadari. Sedari tadi seorang cewek yang juga memakai jas OSIS seragam dengan Billy tengah memperhatikan adegan Rea dan Billy dengan raut tak suka. Cewek itu berdiri di ujung koridor yang bisa melihat ke arah parkiran. Cewek itu yang sehabis dari toilet bersedekap menyaksikan dengan kening berkerut.

"Itu kan Rea anak kelas dua belas IPA dua. Ngapain dia jam segini baru pulang?" gumamnya curiga.

◆◆◆

Votte Comment guys.

Baca Next PART.

Terimakasih☺
Wassalam

Love To Remember [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang