Eps.13 - Pangeran Penyelamat dan Pangeran Jahat

125 37 25
                                    

Bel istirahat berdering, berakhir juga jam pelajaran olahraga di kelas Billy. Beberapa dari mereka sudah ada yang langsung pergi ke kantin, namun tak sedikit yang masih di lapangan sambil duduk-duduk santai meregangkan otot, setelah lelah bermain voli dan lari lompat jauh di sebuah bak pasir tak jauh dari lapangan.

Rea, Elsa dan Mala sedang berjalan di koridor ketika pandangan mereka menangkap Billy dan kedua temannya sedang duduk kelelahan di pinggir lapangan.

Elsa dan Mala berinisiatif menyuruh Rea agar memberikan minuman dan dibagikan untuk Billy, Arsy dan Saddil. Rea ragu sejenak, namun akhirnya dengan paksaan kedua temannya Rea mengiyakan.

Tak lama setelah membeli minuman dingin, Rea menghampiri ketiga cowok tersebut yang sudah akan beranjak pergi.

"Billy tunggu!" seru Rea menahan langkah ketiganya.

"Eh hai, Re?" sahut Billy.

"Ini minuman buat kalian," kata Rea sambil membagikan minuman dingin dalam botol satu per satu untuk mereka.

"Wah, makasih lho Re, padahal kita baru aja mau ke kantin." Saddil berucap sambil membuka tutup botol minuman lalu meneguknya.

"Ngomong-ngomong dalam rangka apa nih? Tumbenan," tanya Arsy curiga menatap mata Rea. Sesaat Rea tergagap namun sedetik kemudian ia bisa menguasai diri.

"Oh nggak kok, tadi gue beli jajan di kantin, malah nggak ada kembaliannya, ya udah gue ambil minuman semua aja. Dan kebetulan gue lewat dan lihat kalian," ujar Rea berbohong. Hanya itu ide yang terlintas di benaknya.

"Makasih banyak Re, jadi kita nggak perlu ke kantin," kata Billy sambil tersenyum simpul.

"Kalau gitu kita ke kelas dulu ya, mau ganti seragam," lanjut Billy kemudian. Rea mengangguk tersenyum. Matanya tak lepas ke arah kepergian ketiga cowok itu.

"Heh Rea!" Suara melengking itu mengagetkan Rea. Rea berbalik dan mendapati Fraya dan Vani sudah berdiri di hadapannya. Apa lagi ini?

Mereka berdua sama seperti Billy dan yang lainnya yang masih mengenakan seragam olahraga.

"Maksud lo apa tadi caper-caper di depan Billy dan teman-temannya?" tanya Fraya lagi-lagi dengan nada mengintimidasi. Ditambah dengan tatapan kebencian pada kedua bola mata cewek itu.

"Caper? Siapa? Lagian kenapa lo yang sewot? Gue cuma bagi-bagiin minuman buat Billy, Saddil sama Arsy. Oh apa lo iri? Kalau lo pengen juga, nanti gue beliin buat lo," balas Rea ketus hingga membuat Fraya semakin geram. Rea lantas berbalik pergi tak mau berurusan dengan cewek di depannya ini. Namun baru dua langkah Rea berbalik Fraya memanggil namanya.

"Rea!"

Rea kontan membalikkan badan dan seketika, Fraya mengambil bola voli yang sedari tadi dipegang oleh Vani lantas melemparkan benda bulat tersebut ke arah Rea.

Namun sebelum bola tersebut mendarat ke wajah Rea, sebuah tangan menangkis bola itu dengan sigap. Rea ternganga, tak menyangka. Seseorang yang baru saja melindunginya dari lemparan bola.

"Santai aja dong, Kak. Kakak itu percuma cantik, kalau sesama temen sadis gitu," kata Elby kepada Fraya dan Vani yang terlihat kesal. Tangannya masih memegang bola warna kuning tersebut. Sementara Rea diam masih sedikit shock.

"Eh lo siapa sih?" ujar Fraya geram.

"Gue calon pacar Rea," jawab Elby santai membuat pipi Rea kian memanas.

Fraya terperanjat, lalu memandangi Elby dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Awas lo!" kata Fraya mengancam Rea yang berdiri di samping Elby.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, kedua cewek itu beranjak pergi, tentu saja setelah Vani merebut paksa bola dari tangan Elby. Karena jadwal dia yang bertugas mengembalikan bola pada Minggu ini.

"Gimana? Kamu nggak apa-apa, kan?" kata Elby. Tatapannya menelusuri tubuh Rea takut terjadi sesuatu pada cewek itu.

Rea menggeleng tersenyum.

"Thanks, tapi lain kali nggak usah sok pahlawan lagi," tukas Rea setengah hati. Lalu ia langsung pergi meninggalkan Elby.

◆◆◆

Sherly tersenyum riang memandang tempat makan yang berisi nasi goreng buatannya sendiri tadi pagi. Sherly sengaja membuat nasi goreng spesial dengan campuran telur, sosis, daging ayam yang diiris tipis-tipis, wortel, mentimun, cabe rawit dan tak lupa kerupuk renyah melengkapi nasi goreng tersebut.

Sherly berencana akan memberikan nasi gorengnya spesial untuk Elby. Sosok yang dicari sedang duduk di bangku depan kelasnya sambil memetik gitar bersama kedua temannya. Sherly berjalan menghampiri Elby dengan langkah tegas.

"Elby ... lo nggak ke kantin?" tanya Sherly ceria. Saat ini memang sedang jam istirahat kedua.

"Lo lihat gue di sini berarti ya gue nggak ke kantin," sahut Elby datar, menghentikan permainan gitarnya.

Kedua tangan Sherly yang tersembunyi di belakang punggung terulur ke depan.

"Ini nasi goreng spesial buat lo!"

Evan dan Septian memandang Elby dan Sherly bergantian.

"Ehm ... gue bikin sendiri kok, nggak beli di pinggir jalan," tandas Sherly memastikan. Tatapan penuh harap itu tertuju lurus pada Elby.

Tak diduga tangan Elby terulur mengambil tempat makan yang disodorkan Sherly. Tanpa terasa, seketika binar indah di mata Sherly menyala terang.

"Makasih perhatiannya, tapi sori gue udah kenyang."

Sherly menelan ludah, berusaha tersenyum sabar. Dan seketika pula, binar indah di matanya yang sempat menyala redup kembali.

"Ini buat kalian aja. Kalian belum sempet makan kan tadi?" kata Elby sambil meletakkan tempat nasi goreng ke tangan Evan. Kemudian Elby bangkit dan berjalan menjauh meninggalkan mereka.

 "Gila si Elby, cewek cantik gini ditolak, man," bisik Septian di telinga Evan.

"Kalau dia nggak mau mah buat gue juga boleh," lanjutnya sambil curi-curi pandang ke arah Sherly yang sedang menatap kepergian Elby.

"Eh, Sher. Sori ya atas perlakuan sikap Elby yang sengak itu. Kita sebagai sahabatnya jadi nggak enak sama lo," pungkas Evan berusaha menghibur Sherly. Senyum mengembang di bibir cowok itu.

"Iya nggak apa-apa kok. Gue kan cewek tough," sahut Sherly mengedikkan bahu. Berusaha terlihat tegar di depan orang-orang.

"Oh iya nasi gorengnya dimakan aja nggak apa-apa kok. Kan nggak baik kalau buang-buang makanan. Anyway semoga kalian suka ya masakanku. Goodbye ... dadaah!!" Sherly berjalan santai seolah-olah tak terjadi apa-apa. Namun di lubuk hatinya, goresan luka pada gelora cintanya begitu menusuk hingga menimbulkan rasa sakit pada jiwa.

Sebenarnya Sherly sedang menahan air matanya agar tidak tumpah, menahan hatinya yang terasa perih bercampur sedih.

Seperti apa cewek yang lo suka, El? benak Sherly bertanya-tanya.

Dan seperti itulah Elby Sebastian. Ia bisa menjadi sosok pangeran penyelamat seperti yang dilakukannya kepada Rea di lapangan. Menyelamatkan Rea dari timpukan bola voli yang keras. Berusaha tulus meski harapan tak berjalan mulus.

Dan ia bisa menjadi sosok pangeran jahat seperti yang dilakukannya terhadap Sherly. Terhadap cewek yang mengejar hatinya. Cintanya. Namun hanya karena Elby tak mempunyai rasa yang sama, membuat sosok pangeran gombal berubah menjadi pangeran jahat yang menolak seorang adik Tuan Putri.

◆◆◆

Jangan lupa buat Vote, Comment dan baca kelanjutannya.

W

assalam :)

Love To Remember [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang